Telpon Tengah Malam
Ini sudah hampir satu tahun. Rasanya memang baru kemarin aku mengenalnya, melihatnya tertawa, mendengarnya berbicara dan menghabiskan jam kosong dengan bernyanyi bersamaku. Rasanya juga baru kemarin waktu aku dengan panik menyelesaikan PR kimia yang belum sempat aku buat di rumah, lantas berlari tak sabar ke tempat parkir, menyambar motor, lalu melajukannya ke rumah sakit bersama Nindya dan Dani, dua orang teman dekatku yang lain. Rama, sahabatku, kecelakaan. Tangis Nindya langsung pecah waktu tangan Dani membuka kain yang menutupi tubuh yang terbujur kaku di hadapan kami. Rama sudah pergi. Aku, dengan sekuat tenaga berusaha menahan agar air mataku biar tidak keluar dan membiarkan Nindya menangis di pelukanku. Sesaat aku menoleh pada Dani. Cowok itu, sama denganku, berusaha menahan agar air matanya tidak menetes. Dia berdiri mematung di sisiku, tidak berkata apa-apa, tidak melakukan apa-apa selain menatap tubuh Rama yang terbaring kaku. Rama benar-benar sudah pergi. Begitu cepat...