Ketika Pulang Nanti


 
 
Hari ini saya pulang.

Sejak tiga bulan yang lalu, tepatnya ketika tiket pulang saya sudah di tangan, rasanya badan dan jiwa saya sudah tidak berada di tempat yang sama. Setiap hari yang saya pikirkan hanya hari ini dan bahwa saya akan pulang, bertemu dengan keluarga dan teman-teman lama saya. Kegiatan baru saya dalam bulan ini adalah mengecek kalender, menghitung mundur hari untuk pulang.

Saat-saat seperti itu sebenarnya dilema buat saya. Saya bingung apa saya harus bahagia atau sedih. Setiap kali mengecek kalender, saya pastinya merasa senang melihat hari berlalu dengan cepat jadi saya bisa segera pulang. Tapi rangkaian tanggal-tanggal itu sekaligus membuat saya sedih karena mereka terlalu cepat berlalu, artinya Romadhon juga akan segera berakhir dan jatah hidup saya berkurang. Saya merasa saya belum mendapatkan apa-apa selama Romadhon ini. Masih sedikit sekali harta karun yang saya kumpulkan di bulan ini. Saya dilema, saya ingin cepat pulang tapi saya tidak ingin Romadhon berlalu. Hmm.. Setelah saya pikir-pikir, sepertinya ini bukan bentuk dilema, tapi lebih pada keegoisan saya. Ampun ya Allah.. 

Oiya, semalam ada teman menawarkan tiket pulang gratis ke Solo. Saya membayangkan pasti menyenangkan sekali mendapatkan tiket pulang gratis ya? Memang yang gratis itu selalu menggoda dan menyenangkan kok. Tapi anehnya kadang terlewatkan begitu saja. Seperti hari, seperti waktu. Allah sudah memberikan begitu banyak waktu dengan tawaran pahala yang berlipat. Waktu itu diberikan dengan gratis, tapi sering sekali dilewatkan begitu saja. Yah, saya pun pada dasarnya juga belum bisa memanfaatkannya dengan lebih bijak. Saya sedang berusaha sekarang. Semoga saya tetap setia di jalan ini.

Sekarang ini di hadapan saya terbentang langit pagi yang dihiasi semburat awan, tetapi warnanya kuning cerah tertembus sinar matahari. Matahari, mengingatkan saya tentang pulang lagi. Bisa tidak ya ketika nanti saya benar-benar pulang kepada sang Pemilik hidup saya sebahagia ketika saya pulang ke rumah seperti sekarang ini? Bisa tidak ya nanti saya pulang dengan bekal yang cukup? Atau, ada tidaknya yang nanti menawari saya tiket pulang gratis yang bisa membebaskan saya dari pembayaran? Bisa tidak ya?
 
 
Gambar didapatkan dari www.sophihelangley.com

Komentar

Dimas Muharam mengatakan…
tidak selamanya yang namanya tiket gratis itu kita butuhkan. Ada kalanya yang "gratis" itu malah akan membuang-buang waktu kita. atau memang dibiarkan tidak mendapat gratisan, agar lebih tahu menikmati hidup #apasih :D

Postingan populer dari blog ini

No Name dan Cinderella XXX

Hidup dari Jendela Bus

Belum Adzan