Ketupat - Kupat - Lepat
Liburan sudah berakhir. Ternyata 10 hari itu adalah waktu yang sangat pendek. Semalam, sewaktu saya berpamitan dengan teman-teman SMA di temu kangen, salah satu dari mereka menyeletuk, "Saatnya kembali ke dunia nyata". Ya, sudah saatnya kembali ke dunia nyata dan rutinitas.
Hari ini saya kembali ke Ternate, tempat di
mana saya mengadu nasib. Jujur, sebenarnya saya belum ingin kembali, apalagi
mendengar rengekan keponakan-keponakan yang sepertinya sangat tidak ikhlas saya
tinggalkan dan mengingat betapa serunya merayakan Bakdo Kupat dengan mereka
minggu ini. Tapi, hidup harus terus berjalan. :)
Membicarakan tentang Bakdo Kupat, saya jadi
teringat dengan artikel yang saya baca di majalah pesawat Garuda Indonesia sewaktu
saya dalam perjalanan pulang ke Solo sekitar satu minggu yang lalu tentang
makna filosofis ketupat. Ternyata, makanan yang nampaknya sederhana itu
memiliki banyak sekali makna filosofis.
1.
Makna kata
Ketupat dalam bahasa Jawa disebut
KUPAT yang merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat
dalam bahasa Indonesia berarti mengakui kesalahan. Idul Fitri adalah momen di
mana seseorang dianggap kembali suci dan momen untuk saling memaafkan. Salah
satu kegiatan yang dilakukan pada hari raya tersebut adalah sungkeman, yaitu
bersimpuh di hadapan orang yang dituakan dan memohon maaf. Sungkeman
mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon
keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khusunya orang tua. Arti lain dari
KUPAT adalah Laku Papat yang berarti ada empat tindakan dalam perayaan Idul
Fitri, yaitu:
a.
Lebaran
Lebaran berasal dari kata lebar
yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar, menandakan berakhirnya waktu
puasa.
b.
Luberan
Leburan bermakna meluber atau
melimpah, menandakan waktunya untuk bersedekah kepada orang-orang yang tidak
mampu.
c.
Leburan
Leburan berarti melebur,
maksudnya adalah bahwa pada saat Idul Fitri kesalahan kita dianggap melebur
habis dengan adanya saling memaafkan.
d.
Laburan
Laburan berasal dari kata labur atau
kapur, maksudnya Idul Fitri seharusnya menjadi saat di mana seseorang selalu
menjaga kesucian lahir dan batin agar seputih kapur.
2.
Makna bentuk
Bentuk ketupat yang persegi empat
menyimbolkan prinsip Kiblat Papat Lima Pancer yang berarti empat arah mata
angin dan satu pusat. Prinsip ini menjelaskan tentang kehidupan, ke mana
pun arah yang ingin ditempuh manusia hendaknya tidak akan lepas dari pusatnya,
yaitu Allah. Oleh sebab itu, agar tidak goyah maka manusia harus tetap ingat
kepada Allah sebagai pusat dari segalanya. Prinsip ini dapat pula berarti ke
manapun manusia menuju, pada akhirnya pasti akan kembali kepada Allah.
3.
Makna
pembungkus
Pembungkus ketupat terbuat dari
daun kelapa yang biasa disebut janur. Dalam bahasa Jawa, janur diartikan
Sejatine Nur (Cahaya) yang dalam arti lebih luas bermakna keadaan suci manusia
setelah mendapatkan pencerahan cahaya selama bulan Ramadhan.
Kerumitan rangkaian janur
pembungkus ketupat menggambarkan banyaknya kesalahan manusia. Pada saat Idul
Fitri, kesalahan-kesalahan ini dimintakan ampunan pada sesama manusia sehingga
menjadikan manusia kembali fitri. Sama halnya ketika ketupat dibelah, ketika
rumitnya rangkaian janur pembungkus terpotong, kita akan mendapatkan warna
ketupat yang putih.
Selain tiga hal di atas, masih ada makna
filosofis lain dari makanan berbahan dasar beras ini. Ketupat biasanya dimakan
dengan makanan bersantan seperti opor. Masyarakat Jawa biasa menyebut perpaduan
ini dengan KUPAT SANTEN (Ketupat Santan) yang merupakan akronim dari kalimat “Sedaya
Lepat, Nyuwun Pangapunten” (Segala kesalahan mohon dimaafkan).
Begitu selesai membaca artikel itu, saya
hanya bisa berdecak kagum. Bahkan di dalam makanan yang begitu sederhana kita
bisa menemukan ilmu. Benar kata guru saya, setiap tempat yang kita datangi
adalah sekolah. Bahkan, hanya dengan duduk di dalam pesawat saja saya sudah
mendapatkan ilmu. Ah, saya jadi menunggu-nunggu ilmu apa lagi yang akan saya
dapatkan dari ‘sekolah-sekolah’ saya berikutnya. :)
gambar didapatkan dari www.medantalk.com
Komentar