Mewarnai Warna
Sewaktu kecil dulu, saya sering diajak tarling oleh kakak saya. Tarawih keliling, kami melakukan sholat tarawih di masjid yang berbeda setiap hari. Saya sebenarnya jug tidak tahu alasan kakak saya melakukan itu. Saya belum sempat dan belum ingin bertanya. Yang jelas, tahun ini saya kembali melakukan itu di Ternate, walaupun frekuensi kepindahannya tidak seperti dulu.
Minggu pertama saya melaksanakan tarawih di masjid Muhajirin di Swering. Minggu ke dua saya sudah mulai berpindah-pindah dari masjid di kampus tempat kerja saya, masjid dekat kos, sampai masjid Al Munawar, masjid mengapung terbesar di Ternate. Suasana baru setiap malam, orang-orang baru, menambah semangat.
Di malam terakhir sebelum saya pulang kemarin, saya kembali ke tempat awal, di masjid Muhajirin. Karena sebelumnya saya ada acara buka bersama dengan teman-teman kantor, saya agak terlambat sampai di masjid. Rekaat pertama sholat isya sudah dimulai. Tapi, saya bersyukur malam itu saya terlambat karena saya mendapati pemandangan yang luar biasa indah.
Di masjid itu, shaf perempuan berada di lantai dua. Dari tempat shaf perempuan, saya bisa melihat shaf laki-laki. Kebetulan saya mendapatkan tempat agak di depan. Yah, biasa, minggu-minggu terakhir, posisi shaf semakin maju. Sewaktu saya sedang bersiap-siap dan mengenakan mukena, saya sempat melihat shaf laki-laki di lantai satu di depan saya. Di sana berdiri puluhan orang dengan pakaian, yang walaupun didominasi warna putih, namun terdiri dari berbagai warna dan corak. Awalnya saya memang tidak terlalu peduli, tapi ketika imam memberi 'komando' untuk ruku', saya tiba-tiba terharu. Semua macam warna dan corak itu secara bersamaan mengikuti imam, melakukan ruku'.
Rasanya luar biasa sekali melihat itu, begitu cantik dan luar biasa. Malam itu saya sholat isya dan tarawih dengan hati yang dipenuhi rasa takjub dan syukur karena saya diberi kesempatan menyaksikan momen ini.
Bukankah luar biasa ketika sebegitu banyak manusia dengan perbedaan latar belakang budaya, keluarga, pekerjaan, yang bahkan tidak saling mengenal bisa berdiri berdampingan dengan sama tinggi tanpa memandang semua perbedaan itu? Bukankah luar biasa ketika sebegitu banyak warna dan corak bisa bergerak seirama?
Saya membayangkan suatu hari nanti di Indonesia juga bisa seperti itu. Tidak perlu dipaksakan untuk menjadi sewarna untuk bisa menjadi indah. Justru perbedaan itu yang menjadikannya indah. Tidak perlu sewarna, asal bisa berjalan bersama, bisa bergerak bersama, itu sudah luar biasa indah. Warnai saja warna yang ada dengan kebersamaan, saling menghargai perbedaan, dan saling menjaga. Bukannya manusia itu memang diciptakan dengan sekian banyak perbedaan untuk saling mengenal?
Gambar didapatkan dari www.republika.co.id
Komentar