Takut, Bukan Cemas
Aku takut kamu pergi, kamu hilang, kamu sakit..
Kenal dengan penggalan lagu di atas? Ya, itu adalah lagu milik Viera yang berjudul takut. Lagunya cocok sekali ya untuk yang sedang jatuh cinta, apalagi yang sedang menjalin hubungan jarak jauh. Tapi, maaf. Kali ini saya sedang tidak ingin membahas tentang isi lagu dan ber-melow ria dengannya. Kali ini saya ingin membahas tentang penggunaan kata ‘takut’ yang selama ini sering disama artikan dengan cemas.
Ketika menghadapi sesuatu yang mengancam, manusia memiliki respon fight or flight, melawan atau menghindar, suatu respon alamiah dasar. Kontraksi otot, peningkatan detak jantung, peningkatan kecepatan pernapasan merupakan tanda fisiologis yang merupakan respon terhadap bahaya. Rasa takut dan kecemasan, keduanya menghasilkan respon yang mirip terhadap bahaya tertentu. Tetapi banyak ahli yakin bahwa terdapat perbedaan yang penting di antara keduanya.
Stuart dan Sundeen menjelaskan bahwa kecemasan berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kecemasan berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Kaplan dan Sadock mengartikan kecemasan sebagai perasaan pemahaman yang samar, tidak menyenangkan, dan bias. Kecemasan biasanya merupakan respon terhadap ancaman yang tidak diketahui. Sedangkan rasa takut adalah respon emosional terhadap ancaman yang sudah jelas atau diketahui. Jadi, secara garis besar, letak perbedaan dua respon emosi ini adalah pada obyek ancamannya. Obyek dari kecemasan bersifat abstrak, tidak nyata, atau belum terjadi. Sedangkan rasa takut memiliki obyek yang nyata dan kongkrit.
Contoh dari kecemasan adalah cemas dengan keadaan saudara kita yang sedang dalam perjalanan jauh dan tidak dapat dihubungi. Dalam hal ini, keadaan saudara kita belum jelas apakah dia baik-baik saja atau sedang mengalami masalah. Kita tidak tahu apa yang sedang menimpanya saat ini tetapi kita memilki bayangan hal-hal yang mungkin terjadi padanya. Nah, ketika obyek dari respon emosi kita belum jelas atau tidak kongkrit seperti ini, maka ini disebut sebagai cemas atau khawatir. Sedangkan ketakutan terjadi ketika kita merasa tidak nyaman atau gentar terhadap sesuatu yang benar-benar ada. Misalnya ketika kita berjalan sendirian dan tiba-tiba ada seseorang yang mengacungkan senjata tajam ke arah kita. Nah, respon emosional kita terhadap ancaman nyata seperti inilah yang dinamakan rasa takut. Walaupun demikian, kedua respon emosional ini saling berhubungan. Rasa takut dapat menyebabkan kecemasan, begitu pula sebaliknya.
Jika didasarkan pada penjelasan di atas, saya rasa kita sudah paham bahwa takut itu bukan cemas. Keduanya memang adalah respon emosional yang mirip, saling mempengaruhi, tetapi memiliki perbedaan yang signifikan.
Kalo begitu yang dirasakan Vierra dalam lagunya itu takut atau cemas? J
Sumber:
Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J. 1998. Synopsis of Psychiatry, Eighth Edition. Baltimore: Williams & Wilkins
Stuart, Gail W., Laraia, Michele T., Sundeen, Sandra J. 2008. Stuart and Sundeen’s Principle and Practice of Psychiatric Nursing. Mosby Co.
Komentar