il Mare
Nama cantik ini lagi-lagi saya kenal
dari teman yang sama yang telah memperkenalkan petrichor pada saya. Perlu tidak ya saya sebutkan namanya? Ah, sepertinya
tidak. Jika nanti dia membaca postingan saya ini, saya yakin sekali dia tahu
bahwa dia yang saya maksud. Dia, orang yang banyak sekali memberikan inspirasi
pada saya. Dia yang dulu pernah hidup bersama saya di bawah satu atap sekolah
menengah selama tiga tahun tetapi saya lewatkan begitu saja. Baru
bertahun-tahun kemudian, yang saya lupa karena apa, saya dipertemukan kembali
dengannya. Tapi, memang hidup seperti itu ya? Kadang aneh.
Well, kembali ke topik utama. Il mare. Nama yang begitu cantik, secantik
rupanya. Saya sudah lama sekali jatuh cinta padanya karena hanya dengan duduk
diam memandanginya saja, rasanya semua sampah di dalam pikiran dan perasaan
saya menguap. Tapi sebenarnya lebih
menyenangkan lagi ketika saya bisa menjejakkan kaki di atas pasir yang seolah
menghisap saya dan membiarkan air asinnya menggenangi kaki saya, membasahi
saya. Dan jauh lebih menyenangkan lagi ketika saya seolah-olah melayang,
berenang menjelajahi dunia yang dipenuhi ikan warna-warni, terumbu karang, dan
‘hutan’ kecil yang menari-nari dipermainkan arus.
Il mare, The Sea. Salah
satu tempat pelarian dan penumpahan semua sampah di dalam kepala saya. Ya, dia
dan si Langit Senja. Dua hal yang sering menjadi korban dan saya paksa
mendengarkan keluhan dan kekesalan saya. Dua hal yang saya anggap akan sanggup
menampung semua sampah itu karena mereka begitu luas.
Il mare. Laut. Dia itu seperti perempuan. Terserah orang bilang
apa, yang jelas bagi saya memang begitu adanya. Dia itu seperti perempuan. Laut
itu begitu luas, siap menampung berbagai macam makhluk yang mengisi. Sama
dengan perempuan. Perempuan itu harus memiliki hati yang sangat luas, yang siap
menampung segala macam permasalahan, keluhan suami dan anak-anaknya. Laut bisa
terlihat begitu tenang, padahal di dalamnya ada berbagai macam hal yang terus
bergerak. Perempuan juga harus bisa terlihat tenang walaupun ada segala macam
rasa dan permasalahan yang menggulung di dalam hatinya. Tapi ada saatnya laut
memiliki ombak yang bergulung sangat besar, begitu perkasa. Perempuan juga
memiliki saat di mana dia harus menjadi perkasa, siap menjadi pembela
keluarganya, siap menjadi pegangan ketika mereka sedang rapuh.
Il
mare.
Si Cantik yang secara tidak terduga dijodohkan dengan saya. Dia, yang memagari
pulau kecil tempat saya tinggal sekarang ini. Ah, Tuhan ini memang maha baik. J
Gambar Hall Pantai Sulamadaha Ternate. Di tempat ini saya biasa menumpahkan sampah-sampah saya melalui snorkeling atau hanya sekedar memandanginya. (Foto didapatkan dari www.flickr.com) |
Gambar pertama didapatkan dari www.fondospantallaone.com
Komentar