Sedang Kasmaran
“Kamu lagi kasmaran?”
Membaca komentar itu di salah
satu status saya di facebook kemarin, saya hanya bisa tersenyum. Dia tidak
salah. Saya memang sedang kasmaran. Saya sedang kasmaran dengan Tuhan. Saya
jatuh cinta pada Alloh. Semuanya berawal dari obrolan sore bersama Rifa,
sahabat saya di kantor beberapa hari yang lalu. Sore itu kami membahas hampir
semua hal, tentang pekerjaan, tentang hidup, dan tentang si Empunya hidup. Ada
satu kalimat yang dia ucapkan yang menjadi hantaman besar bagi saya, “Gimana
kita bisa nggak cinta sama Alloh coba?”
Saya sebenarnya malu sewaktu mendengar
Rifa mengatakan hal itu. Membuat saya merasa bahwa saya ini manusia yang sangat
tidak tahu diri. Saya sudah selalu diberi apa yang saya butuhkan tapi saya masih
saja susah sekali untuk memenuhi kewajiban tepat waktu. Masih malas sekali
untuk melakukan apa-apa yang harus saya lakukan untukNya. Ya, saya tahu Alloh
tidak membutuhkan saya. Ketika saya tidak melaksanakan semua kewajiban
untukNya, Alloh tidak akan apa-apa. Tapi justru itulah yang saya juga lupakan.
Saya lupa bahwa bukan Alloh yang membutuhkan saya, tetapi saya yang
membutuhkanNya.
Selama ini secara tidak sadar,
saya telah diberikan semua hal yang saya butuhkan tanpa saya perlu berusaha
keras. Saya masih ingat sewaktu saya kecil saya bepergian dengan bapak dan ibuk
kemudian melewati sebuah sekolah taman kanak-kanak yang jaraknya lumayan jauh
dari rumah. Waktu itu, saya berteriak bahwa saya akan bersekolah di tempat itu
nantinya. Namanya anak kecil, perkataan saya waktu itu pastinya hanya dianggap
angin lalu, hanya celoteh anak-anak. Ibuk kemudian mendaftarkan saya di sekolah
TK dekat rumah. Tapi entah dengan alasan apa, saya tidak diterima di sekolah
tersebut. Hingga akhirnya saya berceloteh lagi tentang sekolah yang waktu itu
saya tunjuk. Bapak dan Ibuk lantas mendaftarkan saya ke sekolah itu dan saya
diterima di sana. Hal itu terus berulang sampai saya SMA, bahkan sampai saya
bekerja. Sewaktu sekolah dulu saya berulang-ulang mengatakan pada ibuk bahwa
nanti saya tidak akan mencari pekerjaan setelah lulus sekolah, tapi
pekerjaan-lah yang akan mencari saya. Dan lagi-lagi, Alloh memberikannya. Belum
sampai wisuda profesi, saya sudah mendapat surat panggilan wawancara kerja di
fakultas tempat saya mengenyam pendidikan. Pun dengan CPNS. Saya hanya sekali
mengikuti ujian seleksi CPNS dan alhamdulillah saya lulus.
Bukan. Saya bukannya ingin
memamerkan betapa menyenangkannya hidup saya. Saya justru sebenarnya malu
menuliskan apa yang sudah saya tuliskan ini. Karena dengan pemberian yang
begitu banyak itu, dengan hidup yang begitu nyaman itu, saya justru melupakan
hal penting dalam hidup. Saya lupa bahwa hidup ini sendiri adalah sebuah
sekolah yang suatu hari nanti akan berakhir dan hasil akhir dari sekolah ini
ditentukan oleh proses yang saya jalani. Saya lupa bahwa yang akan saya
butuhkan nanti bukan hanya seberapa nilai Bahasa, Matematika, Anatomi,
Fisiologi, atau Biokimia saya. Saya lupa bahwa nantinya saya tidak akan
membutuhkan seberapa mapan pekerjaan saya ataupun seberapa besar gaji saya.
Saya lupa bahwa nantinya yang akan dipertanyakan kembali kepada saya adalah
hasil dari pelaksanaan tanggung jawab dan kewajiban saya sebagai manusia,
sebagai makhlukNya. Saya terlalu asyik dengan hidup saya yang menyenangkan.
Saya masih saja menunda melaksanakan kewajiban untukNya. Saya bahkan begitu
sering melewatkan kewajiban saya hanya untuk menikmati dunia. Dan yang paling
parah adalah saya lupa bersyukur. Saya masih saja sering mengeluhkan ini dan
itu. Padahal jika seandainya seluruh cerita hidup saya ini direkam dan diputar
ulang pastinya saya akan menemukan bahwa saya ini begitu disayangi olehNya.
Saya malu. Saya tidak pernah
merasa begitu mencintaiNya. Saya, yang merasa lebih tua, yang merasa lebih
banyak makan asam garam kehidupan, ternyata juga lebih terlambat menyadari
betapa saya begitu dicintai oleh Alloh daripada Rifa, sahabat saya yang usianya
terpaut lumayan di bawah saya.
Jadi, mengingat semuanya, tentang
perjalanan hidup saya, ya, sekarang ini saya benar-benar sedang kasmaran. Saya
kasmaran denganNya, dengan Alloh, Tuhan saya. Saya jatuh cinta padaNya.
Bagaimana mungkin saya bisa tidak mencintaiMu, ya Alloh?
Ini lirik lengkap lagu I Love You So-nya Maher Zain yang setelah obrolan saya dengan Rifa hari itu rasanya terus-menerus berputar di dalam kepala saya. Lagunya cantik. Suka. :) |
Komentar