Hangat-Hangat Tahi Ayam!
www.irfankhairi.com |
“Anak-anak kita ini harus ditertibkan! Mereka harus diajari tentang disiplin! Masak jadwal belajar jam tujuh kok lima menit sebelum jadwal, di kelas hanya ada segelintir orang. Yang lain ke mana coba! Ini pasti karena kita kurang tegas kepada mereka! Mulai sekarang kita harus tegas. Setiap pagi kita akan adakan apel pagi. Sebelum masuk belajar, wali kelas harus melakukan pengecekan kehadiran. Siswa yang terlambat harus dipanggil dan dilakukan pembinaan!”
Semenjak pagi itu, sekolah itu mengadakan apel pagi bagi para siswanya.
Setiap pagi, kepala sekolah dan para pejabat duduk di depan kelas, mengawasi
para siswanya berbaris dan dicek kehadirannya. Jika ada siswa yang belum hadir
di sekolah, paling tidak lima belas menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai,
tidak peduli guru yang mengajar pagi itu ada atau tidak, mereka akan dianggap
alpa dan akan diberikan sanksi teguran hingga pemanggilan orang tua. Selama satu
minggu diadakan apel pagi, para siswa menjadi rajin datang ke sekolah, menyetor
kehadiran, lalu dengan patuh duduk di dalam kelas, tak peduli apakah gurunya
datang mengajar atau tidak.
Tapi, sama seperti sebelum-sebelumnya, satu minggu kemudian apel pagi
tak ada lagi. Kepala sekolah dan para pejabat tak duduk di depan kelas dan
mengawasi kehadiran para siswa lagi. Lalu, para siswa datang sesukanya lagi.
Ah, memang dasar. Hangat-hangat tahi ayam!
***
“Selamat malam, mohon maaf. Bapak telah melanggar peraturan lalu lintas
dengan tidak menggunakan helm sehingga bapak kami tilang!”
Sudah beberapa hari ini di setiap persimpangan jalan besar dan lampu
merah ada polisi yang berjaga. Para polisi ini dengan sigap menghentikan setiap
pemakai jalan yang melanggar peraturan lalu lintas. Entah sudah berapa saja
pengendara motor tak berhelm, atau yang motornya tidak dilengkapi spion, atau
tidak ada lampu, atau kondisi apa pun yang menyebabkannya melanggar lalu
lintas, dihentikan dan langsung diberi surat tilang, diminta menghadiri sidang
pada tanggal yang telah ditentukan untuk kemudian diberikan sanksi. Para pengguna
jalan yang biasanya dengan sembarangan menerobos lampu merah atau tidak memakai
helm lambat laun mulai berubah. Mereka mulai berhenti ketika lampu merah mulai
menyala dan baru benar-benar kembali menjalankan kendaraannya ketika lampu
sudah berubah hijau. Para pengendara sepeda motor lantas menjadi patuh memakai
helmnya, baik pengendaranya maupun pembonceng. Semua terlihat begitu patuh
peraturan, begitu teratur dan rapi hingga sudah mulai jarang ada kecelakaan di
lampu merah.
Tapi satu minggu kemudian para polisi itu menghilang. Lampu merah dan
persimpangan jalan tak lagi dijaga. Lalu para pengguna jalan merasa tak lagi
diawasi. Lalu mereka mulai melepas helmnya ketika membonceng. Aman. Tak lagi
kena tilang. Lalu mereka mulai melanggar lampu lalu lintas yang baru saja
berubah merah. Aman. Tak lagi kena tilang. Lalu mereka mulai melepas spion,
melajukan kendaraan bahkan ketika lampu lalu lintas benar-benar sudah merah,
tak lagi memakai helm atau sabuk pengaman, tak lagi menjaga laju kendaraannya
sesuai aturan, tak lagi peduli rambu-rambu yang ada di jalan.
Hmm.. sama saja. Hangat-hangat tahi ayam!
***
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
respon. Perilaku terbagi dalam tiga domain, yaitu kognitif yang dapat diukur
dari pengetahuan, afektif yang dapat diukur dari sikap, dan psikomotor yang
dapat diukur dari tindakan[i].
Perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan,
sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari
luar dan dari dalam dirinya[ii].
Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses
belajar yang merupakan suatu proses
perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu dan dalam prosesnya
memiliki tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses,
dan keluaran (output). Untuk dapat mengubah perilaku seseorang, terdapat dua
strategi: inforcement (dorongan) dan edukasi. Dengan
strategi inforcement, perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau
menggunakan peraturan atau perundangan. Strategi ini menghasilkan perubahan
perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng). Sedangkan dengan strategi
edukasi , perubahan perilaku dilakukan melalui
proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi atau penyuluhan-penyuluhan
sehingga menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi memakan waktu
lama.
Bermimpi untuk mengubah perilaku orang banyak dan
mendapatkan perilaku baru yang langgeng hanya dengan memberikan hukuman dan hangat-hangat
tahi ayam? Entahlah.
Komentar