Loyalitas
Dulu pernah ada seorang pedagang
kaya raya yang sering sekali mengadakan perjalanan jauh untuk membeli barang
dagangan yang akan dia jual di desanya. Untuk membantunya bepergian, dia
mengandalkan dua ekor kuda yang sudah dia pelihara sejak kuda-kuda itu masih
kecil. Kedua itu memiliki bentuk dan ukuran yang serupa, kekuatan dan
ketangkasannya pun sama. Hanya warna bulu yang membedakan mereka, cokelat tua
dan hitam.
Suatu hari si Pedagang pergi ke kota
bersama si Hitam untuk mengambil barang dagangan. Selang empat hari kemudian,
dia pulang dengan dagangannya dan wajah yang bersungut-sungut kesal.
"Suamiku, lama sekali kau pergi
kali ini," tanya si Isteri menyambutnya pulang.
"Gara-gara kuda sialan
itu!" jawab si Pedagang dengan kesal.
"Memangnya apa salahnya?"
"Dia itu sudah berani
MEMBANGKANG sekarang! Dia kemarin tak mau mengikuti perintahku. Dia menolak
melewati jalan yang biasa kulewati. Kau tahu, kan? Jalan pintas di tengah hutan
itu? Aku sudah biasa lewat di situ. Jalan itu bisa MEMPERCEPAT USAHA,
memendekkan jarak. Biasanya bila pergi dengan si Cokelat, aku lewat di sana
jadi aku bisa pulang pergi dengan cepat. Tapi kemarin, si Hitam sama sekali tak
mau memasuki hutan itu. Dia tak bergeming sedikit pun walaupun sudah kupukul
berulang-ulang. Dia baru mau bergerak sewaktu aku membelokkannya, mengajaknya
melewati jalan antar kota yang ramai tapi memutar jauh itu. Menyebalkan!"
Si Pedagang bercerita panjang lebar dengan penuh emosi.
"Kau memukulnya?" tanya si
Isteri tak percaya.
"Iyalah. Tentu saja aku
memukulnya. Dia sudah TIDAK PATUH. Dia tidak mematuhiku. Jadi dia harus
DIHUKUM. Dan bagiku, pukulan itu belum cukup. Aku tak memberinya makan dan
minum sejak dua hari lalu. Biar saja. Dasar kuda PEMBANGKANG!"
"Sayang, apa kau tak
keterlaluan?"
"Keterlaluan? Aku keterlaluan?
Aku ini TUAN-nya. Aku yang memeliharanya, memberinya makan dan tempat tinggal.
Seharusnya dia PATUH padaku, pada semua perintahku, seperti si Cokelat. Si
Cokelat itu selalu patuh. Apa pun yang kuperintahkan, dia jalankan. Ah,
sudahlah. Aku lelah!"
Obrolan itu berhenti di situ.
Dua hari kemudian, si Pedagang harus
pergi lagi. Kali ini, karena dia masih marah pada si Hitam, dia pergi bersama
si Cokelat. Perjalanan mereka berjalan seperti biasa. Si Pedagang amat senang
karena, tak seperti si Hitam, kudanya kali ini mematuhi semua perintahnya. Dia
begitu patuh, mengikuti perintah tuannya memasuki jalan di tengah hutan. Tapi
jalan di tengah hutan itu ternyata tak lagi seperti dulu. Hutan itu telah
dihuni oleh rombongan perampok yang berdarah dingin yang kemudian, dengan tanpa
ampun, merampok si Pedagang, menjatuhkannya dari atas kuda, dan bahkan
membunuhnya setelah mengambil semua uang yang akan dipakainya untuk berbelanja
di kota. Dan ketika semua itu terjadi, kuda yang "patuh" itu telah
berlari pergi meninggalkannya.
Kalian tahu siapa nama kedua kuda itu? Si Cokelat bernama KEPATUHAN dan si Hitam bernama LOYALITAS
![]() |
www.coolnsmart.com |
Komentar