P-R-I-C-E ! !

gettyimages.co.au

Bukan. Kali ini saya bukan akan membahas tentang harga kebutuhan pokok yang mungkin akan naik di bulan puasa. Saya akan membahas tentang penanganan keseleo/terkilir. Isi postingan kali ini diilhami dari pertanyaan si Mas sewaktu semalam saya laporan bahwa saya baru saja jatuh dan pergelangan kaki kanan saya terkilir dan saya mengatakan mau mengompres pergelangan kaki dengan es alih-alih melulurinya dengan sal****as. Dan si Mas menanyakan pertanyaan itu, “kenapa?”.  Semalam sih alasan saya karena itu hasil konsultasi dengan perawat spesialis gawat darurat, jadi saya ikut saja. Tapi gara-gara pertanyaan si Mas itu, sore ini saya tidak langsung pulang setelah jam kerja habis. Saya menjelajahi internet dan akhirnya menemukan teori tata laksana untuk keseleo yang disebut “P-R-I-C-E , M-S-A, Medicine, and don’t H-A-R-M”. Tapi sebelumnya, sepertinya ada baiknya kita samakan persepsi tentang keseleo dulu.

mekanisme cedera
Keseleo atau terkilir di medis disebut dengan sprain atau strain. Sprain adalah cedera yang terjadi karena regangan berlebihan atau terjadi robekan pada ligamen (penghubung antar tulang). Akibatnya dapat muncul nyeri, bengkak, memar, dan sulit menggerakkan sendi. Sedangkan strain cedera yang terjadi karena regangan berlebihan atau terjadi robekan pada otot maupun tendon (penghubung tulang dan otot) dan dapat menyebabkan munculnya nyeri, spasme otot, kelemahan otot, bengkak, kram, dan kesulitan untuk menggerakkan otot. Sprain biasa terjadi pada pergelangan kaki dan tangan atau sendi jempol akibat jatuh, terpelintir, atau adanya tekanan pada tubuh yang menyebabkan sendi bergeser sehingga terjadi cedera pada ligamen. Strain seringnya terjadi pada punggung, otot harmstring, dan kaki akibat otot terpelintir atau mengalami tarikan seperti pada overstressing , mengangkat benda berat, atau olah raga.


P-R-I-C-E, M-S-A, dan H-A-R-M yang dibahas di depan tadi sebenarnya adalah standar penanganan untuk strain atau sprain tadi. Awalnya, penanganan pertama cedera ini disingkat dengan R-I-C-E. Tetapi, oleh National Institute for Health and Care Excellence (NICE), telah diperbarui menjadi P-R-I-C-E.

P    : Protection, lindungi are cedera dari cedera lebih lanjut. Kita perlu melindungi pergelangan kaki yang cedera misalnya dengan menggunakan pembalut atau penahan pergelangan kaki.
R    : Rest, istirahatkan pergelangan kaki selama 48-72 jam setelah cedera. Misalnya, pertimbangkan penggunaan kruk atau alat bantu mobilisasi. Tapi perlu diingat bahwa pergelangan kaki tidak boleh diistirahatkan terlalu lama karena akan memperlama penyembuhan.
I     : Ice, lakukan kompres dingin secepatnya setelah cedera selama 10-30 menit karena jika kurang dari 10 menit, tidak akan bermanfaat, sedangkan lebih dari 30 menit dapat merusak kulit. Pengompresan dapat dilakukan dengan memasukkan es ke dalam handuk atau kantong, lalu mengompreskannya pada area cedera. Jangan lakukan kompres es langsung pada kulit karena akan menyebabkan ice burn. Beberapa dokter merekomendasikan untuk melakukan kompres ulang selama 15 menit setiap 2 jam sekali dalam 48-72 jam pertama.
C    : Compression, lakukan penekanan dengan pembalut untuk meminimalkan pembengkakan dan membantu mengistirahatkan sendi. Pembalutan sebaiknya tidak terlalu kencang atau terlalu longgar karena akan menyebabkan ketidaknyamanan atau justru tidak menghentikan perdarahan sesuai tujuan tindakan. Lepaskan pembalut sebelum tidur. Setelah 48 jam,  pemakaian pembalut dapat dihentikan sehingga sendi dapat bergerak.
E    : Elevation, tinggikan area cedera untuk membatasi dan mengurangi pembengkakan. Misalnya menyangga kaki dengan kursi hingga setinggi panggul ketika duduk atau ketika di tempat tidur, kita bisa menggunakan bantal untuk menyangga kaki kita.

Selain P-R-I-C-E, lakukan juga M-S-A

M  : movement, lakukan latihan gerakan sendi/otot setelah istirahat selama 24-48 jam. Tapi jangan dipaksakan jika memang masih sakit.
S    : strength, bila bengkak sudah berkurang dan latihan dasar otot bisa dilakukan dengan baik, maka mulai latih kekuatan sendi dan otot
A   : alternate activity, selama masa penyembuhan, latihan fisik tetap dapat dilakukan dengan tanpa membebani area yang cedera

Untuk membantu mengurangi gejala, dapat digunakan medicine atau obat-obatan. Tapi ingat, harus dengan pengawasan tenaga kesehatan, ya? Obat-obatan yang dapat digunakan antara lain adalah antinyeri dan anti radang. Obat bisa dalam bentuk obat yang diminum maupun obat yang dioles.

Terakhir, untuk menyokong penyembuhan cedera, kita perlu menghindari H-A-R-M selama 72 jam setelah cedera:

H   : Heat, misalnya mandi air panas, sauna, atau kompres hangat/panas.
A   : Alcohol, hindari konsumsi alkohol selama proses penyembuhan
R    : Running, jangan berlari selama pergelangan kaki mengalami cedera
M  : Massage, jangan memijat area cedera.

Untuk heat (panas) akan dibahas pada paragraf selanjutnya. Jadi kita bahas dahulu tentang alkohol, berlari, dan pemijatan. Mengapa ketika mengalami cedera kita tidak dilarang untuk mengonsumsi alkohol, berlari, dan melakukan pemijatan? Keseleo sering terjadi pada pergelangan kaki yang merupakan sendi tumpuan berat tubuh. Berlari akan membebani area yang mengalami cedera sehingga dapat menyebabkan cedera lebih lanjut dan memperlama penyembuhan. Konsumsi alkohol dapat meningkatkan perdarahan sehingga memperparah pembengkakan dan memperlambat penyembuhan. Sedangkan pemijatan dapat meningkatkan perdarahan dan pembengkakan. Namun, setelah 72 jam, pemijatan ringan mungkin dapat mengurangi ketidaknyamanan. Jika setelah enam minggu penanganan dan nyeri tidak berkurang, sebaiknya kita segera memeriksakan diri agar dapat dilakukan pemeriksaan X-ray karena terkadang terdapat fraktur atau cedera ligamen berat yang tidak terdeteksi.

Nah, sekarang tentang pertanyaan awal tadi: “Mengapa ketika keseleo dianjurkan untuk dikompres es alih-alih kompres hangat?”. Begini penjelasannya. Pada fase akut (baru saja terjadi), daerah yang mengalami cedera akan mengalami proses peradangan dan kerusakan pembuluh darah. Sel-sel darah akan keluar dari pembuluh darah dan menyebabkan kulit berwarna merah kebiruan. Jika pada fase tersebut kita melakukan kompres es atau air dingin, bengkak dan memar akan berkurang karena es atau air dingin menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga darah tidak keluar lagi. Di samping itu, sensasi dingin dapat mengurangi nyeri melalui stimulasi saraf dengan memblokade sensasi nyeri. Lain halnya jika pada fase akut kita melakukan kompres hangat atau memberikan sesuatu yang sifatnya menghangatkan. Berkebalikan dengan es, kompres hangat menyebabkan pembuluh darah melebar sehingga sel darah yang keluar dari pembuluh darah akan semakin banyak. Akibatnya akan terjadi penumpukan cairan di luar sel dan bengkak semakin besar. Selain itu, sensasi hangat akan meningkatkan suhu pada area cedera dan meningkatkan sensasi nyeri.

Penjelasan di atas adalah tata laksana untuk sprain/strain secara umum. Pada keadaan yang lebih berat, misalnya jika sampai ligamen robek atau sendi tidak stabil, perlu adanya penanganan khusus. Imobilisasi dilakukan dengan menggunakan gips selama beberapa minggu. Saya pernah mengalami ini sekitar empat tahun lalu dan mendapatkan terapi imobilisasi dengan gips selama 6 minggu (sekedar informasi :D). Dalam kondisi tertentu, pembedahan dapat juga dilakukan. Misalnya jika ligamen robek parah atau sendi menjadi sangat tidak stabil.

Jadi, seperti itu ternyata penanganan cedera pergelangan kaki yang benar. Jika nanti mengalami (semoga tidak, karena sakitnya itu benar-benar di sini), jangan buru-buru digosok minyak macam-macam yang menghangatkan, yak? Ingat P-R-I-C-E, dan hindari H-A-R-M.

Oiya, selamat menjalankan ibadah puasa untuk semua umat Islam. Semoga amal ibadahnya diterima dan berkah. Aamiin. 

Sumber: Jarvis, Sarah. 2015. Ankle Injuries. http://patient.info/health/ankle-injuries-leaflet

Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Name dan Cinderella XXX

Belum Adzan

Hidup dari Jendela Bus