Sombong






"Kau tau pak X, kan? Iya, yang kemarin naik haji itu... Dia itu, sombong sekali sekarang. Tak mau dia menoleh kalo tak kita panggil dengan sebutan Haji."

Perempuan yang di sebelahnya mengangguk-anggukkan kepala. Tak menanggapi kawannya dengan kata.

"Eh, sudah kau dengar tentang Bu Y? Masuk rumah sakit kemarin dia, kena stroke. Katanya lumpuh sekarang dia. Yaah.. begitulah. Semua pasti ada balasannya. Dia itu kan sombooongnya setengah mati. Tiap kali ada pertemuan di masyarakat, cuma hartaaa saja yang dia pamerkan. Mobil baru lah, perhiasan lah, semuaaaa dia pamerkan. Sampai semua orang tak suka padanya."

"Hmm.." Perempuan yang di sisinya hanya mengatakan itu. Ah, itu bahkan bukan sebuah kata.

"Nah, kalau si B itu, tahu kan, yang baru selesai sekolah S3 di luar negeri itu, nah, dia itu sok tahu orangnya. Mentang-mentang dia itu lulusan S3, merasa paling pintar, paling tahu sudah. Menyebalkan."


Perempuan di sisinya lagi-lagi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Mau jadi apa dunia ini? Isinya orang-orang sombong macam mereka." Dia masih terus mencibir, tak peduli kawannya tak menanggapi. "Manusia-manusia sombong itu, tak taukah mereka apa yang sudah membuat setan diusir dari surga? Kesombongan! Kau tahu kan? Karena kesombongan mereka hingga tak mau bersujud pada Adam, diusirlah mereka dari surga, dijadikan mereka kerak neraka."

"Iya. Aku tahu. Tapi apa kau tahu bahwa kesombongan itu bertingkat-tingkat?" Perempuan di sisinya akhirnya angkat suara.

Dia diam, menunggu kawannya melanjutkan.

"Semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit terdeteksi. Kesombongan karena hal-hal fisik, harta, rupa, jabatan, paling mudah terdeteksi. Lalu kesombongan karena kecerdasan, agak sulit terdeteksi." Perempuan itu mengambil jeda. "Kau tahu apa yang paling sulit terdeteksi?"

Dia menggeleng.

"Kesombongan karena kebaikan, karena merasa paling suci, paling benar, paling baik hati." Ada senyuman tersungging di bibir perempuan itu. "Termasuk merasa menjadi manusia paling tak sombong dengan mengatakan bahwa orang lain itu sombong."

Dia menundukkan kepala, tak mengatakan apa-apa.

"Kau tahu kan apa yang membuat setan terusir dari surga dan dijadikan kerak neraka?" tanya perempuan itu, masih dengan senyuman di wajahnya.

Kemudian tak ada lagi kata. Dia, yang semenjak tadi mengumbar kata, kemudian hanya mengulum senyuman terpaksa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Name dan Cinderella XXX

Belum Adzan

Hidup dari Jendela Bus