Lebaran Ini Tak Sama Lagi




Satu-satunya hal yang tidak akan berubah di dalam hidup ini adalah perubahan itu sendiri. Kata orang seperti itu. Dan itu juga yang selama ini saya rasakan dan saya alami. Semua hal mengalami perubahan atau jika memang belum, maka dia akan mengalami perubahan. Suatu saat.

Sewaktu saya masih kecil dulu, saya dan keluarga sudah memiliki jadwal yang pasti dan selalu sama setiap lebaran. Pada malam takbir, sehari sebelum hari lebaran pertama, kami akan bersilaturahim ke rumah simbah yang adalah pakdhe dari bapak di daerah Gondang, Solo. Kami akan menghabiskan malam di sana dan pulang sekitar pukul sepuluh. Kemudian, di hari pertama lebaran, setelah sholat ied, saya dan kakak-kakak akan melakukan sungkeman, minta maaf pada bapak dan ibuk dan dilanjutkan dengan silaturahim ke rumah tetangga. Selesai itu, kami akan langsung meluncur ke rumah simbah, orang tua bapak, di daerah Gentan Sukoharjo, bertemu keluarga besar, lalu berkeliling ke rumah-rumah saudara bapak yang lain. Kegiatan itu akan memakan waktu seharian penuh karena hampir semua rumah di desa itu kami masuki. Karena hampir semua orang di desa itu masih ada hubungan kerabat dengan bapak. Sore atau malamnya, kami baru akan pulang untuk beristirahat dan bersiap-siap menghadapi hari kedua lebaran yang tidak kalah melelahkannya. Di hari kedua, pagi-pagi kami sudah berangkat ke desa kelahiran ibuk. Dulu, di sana, lebaran memang dirayakan di hari kedua. Kata ibuk, dulu, di hari pertama lebaran, orang-orang hanya akan pergi sholat ied, kemudian mereka kembali turun ke sawah atau ladang, bekerja seperti biasa. Baru kemudian di hari kedua, mereka melakukan open house. Makanya, jadwal lebaran di keluarga saya tidak tumpang tindih dan selalu sama. Di hari kedua, kami akan mengulangi kegiatan di hari pertama, masuk ke hampir semua rumah yang ada di desa. Bedanya, kali ini kami melakukannya di desa kelahiran ibuk, di kecamatan Bulu Sukoharjo, di bagian selatan kota kabupaten itu.

Tapi lantas jadwal itu mulai berubah seiring waktu. Setelah bapak meninggal, setelah kakak-kakak saya menikah, jadwal kami berubah. Kami tidak lagi melakukan sungkeman pada ibuk setelah sholat ied. Ya, saya tahu. Untuk sebagian orang, hal ini dianggap aneh dan tidak wajar ketika kita melakukan sungkeman kepada hampir semua orang yang dituakan, tetapi kami tidak melakukannya kepada ibuk. Tapi, kami melakukan itu karena ibuk tidak suka menangis dan ibuk sudah pasti akan menangis setiap kali kami melakukan sungkeman. Kami menghormati itu. Kami tidak lagi menghabiskan hari pertama lebaran di rumah simbah. Sekarang, silaturahim lebih sering kami lakukan di hari kedua lebaran karena di hari pertama lebaran, kakak-kakak saya berlebaran dengan keluarga dari kakak-kakak ipar saya. Jadi, seringnya sekarang ini, di hari pertama, saya dan ibuk lebih banyak di rumah dan menerima tamu saja.

Ya, semuanya memang sudah banyak berubah. Tapi akhir-akhir ini saya merasa mulai bisa menyukai perubahan ini. Perubahan-perubahan ini mengajarkan banyak hal kepada saya. Dari perubahan ini saya belajar untuk menerima sesuatu yang tidak bisa saya ubah, yang tidak bisa saya cegah. Saya belajar untuk, jika dengan bahasa yang dianggap kekinian disebut dengan legowo. Dari perubahan ini juga saya belajar bahwa akan selalu ada seseorang yang mencintai kita dan merindukan kehadiran kita bahkan ketika kita sudah tak lagi bisa kembali.  Saya belajar bahwa pernikahan tak melulu soal cinta antara dua orang manusia, tapi juga tentang menyatukan dua keluarga dan tentang kompromi. Saya belajar bahwa semua orang memiliki alasan untuk setiap keputusan yang diambil, yang walaupun terkadang dianggap tidak wajar oleh orang kebanyakan dan keputusan itu berhak untuk dihormati. Saya belajar  bahwa ada waktu untuk semua hal; pertemuan, perpisahan, sehingga dari itu saya belajar untuk menghargai apa yang sekarang sedang saya miliki karena saya tidak tahu kapan waktunya akan habis dan hal itu diambil dari saya.

Yah, semuanya pasti akan berubah. Tapi hei, itu bukan sesuatu yang buruk. Selamat Idul Fitri. Taqabbalallahu minna wa minkum. :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Name dan Cinderella XXX

Hidup dari Jendela Bus

Belum Adzan