Tiga Hari Suci





www.country-magazine.com


Di desa kecil, tiga sahabat – Muslim, Yahudi, dan Kristen – menggarap tanah yang bersebelahan. Muslim menganggap hari Jumat sebagai hari suci, Yahudi menganggap hari Sabtu sebaai hari suci, sementara Kristen menganggap hari Minggu sebagai hari suci.

Pada hari Jumat pada musim gugur, sekitar tengah hari, Yahudi dan Kristen telah selesai menggarap ladang mereka. Saat duduk menyantap makan siang, Kristen melihat ladang Muslim sahabatnya belum dibajak. “Kalau dia tidak membajaknya hari ini, besok mungkin uhjan dan dia takkan bisa menyelesaikan menanam. Aku bisa membajak sedikit ladangnya dan dengan begitu mempermudah pekerjaannya.” Dan itulah yang dilakukannya.

Di ladang sebelahnya, Yahudi berpikiran sama. Tanpa mendiskusikannya, mereka berdua membajak ladang teman mereka hingga tuntas.

Keesokan harinya, ketika Muslim melihat ladangnya telah dibajak, dengan penuh sukacita ia berkata, “Tentunya Allah telah mengirim para malaikatnya untuk membajak ladangku ketika aku menjalankan kewajiban agamaku.”

Berbulan-bulan kemudian, ketika musim panen tiba, ladang ketiga sahabat itu un siap dipanen. Pada hari Minggu, Yahudi dan Muslim tengah memanen ladang mereka sedangkan sahabat Kristen mereka merayakan hari suci. Setelah selesai memanen jagungnya, Yahudi menyadari bahwa ladang Kristen sudah siap dipanen. “Kalau dia tidak memanen hari ini, dia akan kehilangan sebagian panennya,” pikirnya. “Aku akan memetiki jagungnya sampai hari gelap.” Dan itulah yang dilakukannya.

Tanpa sepengetahuannya, Muslim juga mencapai kesimpulan yang sama. Mereka berdua sama-sama memanen ladang teman mereka sampai selesai.

Hari Senin, ketika Kristen datang ke ladang, ia mendapati seluruh ladangnya telah selesai dipanen. “Ini mukjizat,” pikirnya. “Saat aku merayakan hari suci, malaikat-malaikat Tuhan memanen.”

Selama musim mengirik, Muslim dan Kristen bekerja pada hari Sabtu, sementara sahabat Yahudi mereka tinggal di rumah, merayakan hari suci. Saat selesai menebah gandumnya, Muslim melihat ke ladang sebelah dan berpikir, “Kalau tetangga Yahudiku tidak mengumpulkan bulir gandumnya sekarang, hujan ungkin akan menyapunya dan dia akan kehilangan seluruh panennya. Aku akan mengirik sebagian panennya siang ini.” Dan itulah yang dilakukannya.

Tanpa sepengetahuannya, sahabat Kristennya memiliki pikiran yang sama. Secara terpisah, kedua pria itu menebah, mengikat, dna menutupi seluruh hasil panen.

Ketika hari suci berakhir, petani Yahudi melihat gandumnya telah selesai ditebah. Ia mengangkat pandangan ke langit dan berdoa, “Terpujilah Engkau, penguasa semesta alam, karena mengirim para malaikatmu selagi aku merayakan hari suci-Mu.”

Willian White

Sumber: Silf, Margaret. 2012. Pohon Abadi & 100 Cerita Inspiratif dari Seluruh Dunia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Name dan Cinderella XXX

Belum Adzan

Hidup dari Jendela Bus