The Unspoken



“Bosen nggak sih tiap hari diingetin buat sholat?” tanyaku.

“Iya. Makanya….” Kau tak melanjutkan kata-katamu, menghentikannya di sana, meninggalkannya tergantung bahkan tanpa menoleh sedikit pun padaku.

Aku diam memandangmu. Tak lagi mengatakan apa-apa.

Iya, aku tahu pasti membosankan sekali setiap waktu diingatkan untuk sholat. Aku tahu rasanya: seperti anak kecil. Dan untuk seseorang yang sudah memasuki usia dewasa, hal itu memang benar-benar menyebalkan.

Tapi hei, tahukah kau apa alasanku tak pernah bosan mengingatkanmu, tak bosan mengirimkan pesan-pesan singkat yang seringnya tak berbalas itu? Aku hanya terlalu mencintaimu. Aku hanya terlalu ingin selalu bisa bersama-sama denganmu, tak hanya di hidup ini, tapi juga hingga di kehidupan nanti.

Aku ingin bisa masuk surga. Aku yakin kau pun begitu. Dan kita sama-sama tahu bahwa sholat kita serupa kunci pembuka pintunya. Sebaik apa pun kita hidup, jika sholat kita tinggalkan, surga tak akan kita sentuh. Kita juga tahu bahwa sholat lah yang nanti pertama kali akan diperhitungkan oleh-Nya. Sholatlah yang pertama kali harus kita pertanggung jawabkan. Karenanya, aku tak akan berhenti mengingatkanmu, tak peduli walaupun kau tak peduli. Karena aku ingin masuk surga nanti dan inginku itu bersamamu, bukan sendiri.

Jadi, ya. Aku tak akan berhenti.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Name dan Cinderella XXX

Hidup dari Jendela Bus

Belum Adzan