Entah ingin menulis apa.
Entah ke mana perginya kata-kata.
Atau mungkin.. Mungkin.. Bisa jadi.. Aku ini hanya lupa.
Aku lupa bagaimana caranya.
Ah entahlah.
Entah ingin menulis apa.
Saya ini bukan orang yang anti dengan kendaraan umum. Mengingat segi kepraktisan, keasyikan, dan kebebasan rute, saya lebih sering naik kendaraan pribadi (baca: motor). Saya lebih suka naik motor kemana-mana. Capek itu nomor dua, yang penting saya yang pegang kendali mau lewat mana. Tapi awal minggu kemarin saya akhirnya menggunakan fasilitas kendaraan umum juga sewaktu ke Jogja karena di rumah sedang tidak ada motor yang bisa saya culik. Setelah sekian tahun tidak pernah naik bus, saya lupa jika ternyata naik bus bisa begitu nyaman dan santai. Saya juga lupa betapa ramainya bus umum oleh suara penjual koran, buku, makanan dan minuman, barang-barang laon yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu, dan tentunya pengamen. Di atas itu semua, saya baru menyadari bahwa ketika saya naik bus, saya bisa menikmati pemandangan yang luar biasa bermacam melalui jendela bus yang lumayan lebar, termasuk memandangi langit yang siang itu cerah. Saya ini bukan orang yang mudah memb...
Siapapun yang pernah membaca tulisan saya di note facebook pasti sudah bisa menebak bahwa salah satu benda yang saya sukai adalah bulan separuh. Karena bukan hanya sekali atau dua kali saja saya menyebutkan bulan separuh di dalam cerpen-cerpen yang saya tulis. Sering. Malah mungkin terlalu sering. Teman saya pernah mengatakan kepada saya, “Apa sih bagusnya bulan separuh? Cacat!” Ya, apa ya bagusnya bulan separuh? Secara bentuk, tentunya dia kalah bagus jika dibandingkan dengan bulan purnama atau bulan sabit. Secara sinar, tentunya dia kalah jauh dengan bulan purnama. Tapi bagi saya, tidak ada bulan yang lebih cantik dari bulan separuh. Bulan separuh mengajarkan kepada saya bahwa kesempurnaan yang sebenarnya itu hanya milik Tuhan. Saya rasa sangat lucu ketika ada manusia yang mengejek dan menjelek-jelekkan manusia lain karena dianggap tidak sempurna. Saya juga merasa sangat lucu ketika ada manusia yang terus berusaha mencari pasangan hidu...
@angelabriptya Tidak ada yang spesial dengan nama ini: "No Name". Sudah umum. Sangat umum malahan. Karena ketika nama ini saya ketikkan di mesin pencari google, saya sudah langsung mendapatkan 1.490.000.000 hasil hanya dalam waktu 58 detik. Tapi, bagi saya, nama ini memiliki cerita yang luar biasa. Di tahun 2002, saya dan teman-teman satu angkatan mendapatkan tugas di mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk membuat drama. Tanpa butuh waktu lama, saya langsung menceritakan ide bodoh saya untuk membuat parodi dari dongeng anak-anak yang berjudul Cinderella kepada Uwiez, teman sebangku saya. Untungnya, karena gelombang otak kami berada pada frekuensi yang sama, dia langsung menyetujuinya dan menambah ide-ide bodoh ini dan itu lagi ke dalam kepala saya. Draft alur cerita pun jadilah dan kami bagikan kepada anggota kelompok yang lain: Ei, Muti, Edo, Nut, Ipang, dan Happy yang ternyata gelombang otaknya juga berada di frekuensi yang sama dengan saya dan Uwiez sehingga dengan s...
Komentar