Teman
"Kupikir kita teman! Teman macam apa kau ini? Kau bilang kau sayang padaku? Sayang macam apa ini?" Suara keras penuh kemarahan itu sontak membuatku mengangkat wajah. Aku mengerutkan dahi, memandang heran pada wanita yang baru saja menggebrak meja kerjaku. "Kau pikir, kau tak punya dosa? Kau pikir kau ini manusia sempurna tanpa cela? Terbaik dari seluruh manusia?" Aku diam. "Nggak usah sok polos!" serangnya lagi. "Aku tahu kok siapa yang kau maksud dalam status-statusmu di facebook itu! Aku, kan?" katanya. "Dasar sok suci! Dasar munafik!" Aku masih bertahan untuk diam. Kupikir, api tak akan surut jika kusulut dengan api lagi. Jadi, kupikir diam akan jauh lebih baik, menunggu api itu mengecil dan menjadi lebih mudah dipadamkan. "Munafik," ulangnya. "Di depanku kau tak bilang apa-apa. Tapi di belakangku kau menulis seperti itu. Munafik!" Dia membentak lagi. "Kau pikir kau tak ...