Tragedi Sandal Jepit Bagian Ke Tiga


ceriaaufiary.blogspot.com



Tragedi sandal jepit terulang lagi. Untuk yang belum tahu kisah awalnya, sila mampir ke postingan saya sandal ijo – sendal item. Tapi perlu saya ingatkan untuk tidak terkejut dengan gaya bahasa penulisannya, ya? Postingan itu ditulis bertahun-tahun yang lalu semasa saya jauh lebih tidak dewasa dari pada sekarang. Iya, sekarang pun masih belum merasa dewasa. Tapi itu…. ah, sudahlah. Abaikan saja. Mari membahas inti dari postingan ini.

Intinya adalah bahwa tragedi itu terulang lagi. Sandal jepit warna ungu kesayangan saya, yang sudah menemani saya selama hampir dua tahun di kantor, yang sudah melindungi kaki saya, yang sudah saya ajak wara-wiri menjelajahi kantor, sudah tidak lagi berada di tempatnya ketika saya datang dari mudik terakhir kemarin. Sedih? Sebenarnya tidak terlalu. Saya bukan tipe orang yang terikat dengan benda. Barang itu rejeki, jodoh itu ada umurnya. Saya hanya kecewa.

Iya, saya kecewa. Saya kecewa karena ternyata masih ada manusia yang tidak menghargai barang milik orang lain, yang dengan tenangnya mengambil barang milik orang lain tanpa ijin, yang meminjam tanpa ijin dan tidak mengembalikan. Saya kecewa karena bahkan setelah beberapa hari saya kembali dari cuti itu, tidak ada juga orang yang menemui saya dan mengatakan meminjam sandal ungu saya. Baru kemudian, ketika saya mempertanyakan, ada seorang teman yang mengatakan siapa yang meminjam sandal saya. Untungnya si Peminjam ini ketika saya mempertanyakan padanya tentang sandal saya, di langsung meminta maaf. Yah, walaupun sebenarnya saya sedikit kecewa dia mengatakan, “Iya, mbak saya yang bawa. Tapi kan sudah saya ganti dengan yang baru. Saya ganti yang merk X”. Kasusnya serupa dengan kasus sandal ijo dulu. Tidak ada penghargaan bahwa itu adalah barang milik orang lain yang mungkin memiliki arti khusus. Ya walaupun saya tidak terikat dengannya, tapi jika mengingat betapa langkanya sandal jepit Swallow di sini, apalagi yang berwarna ungu, saya sebenarnya kehilangan.

Ternyata kasusnya masih sama. Barang orang lain itu bisa dipinjam dengan seenaknya dan ketika hilang dapat diganti dengan yang lebih bagus dan merk tertentu lantas masalah langsung selesai. Masalah ini memang selesai, sih bagi saya. Tapi bukan karena sudah diganti dengan merk X. Masalah ini saya anggap selesai lebih karena si Peminjam sudah meminta maaf. Ya, masalah selesai.

Lalu mendadak saya merasa, ternyata saya ini drama sekali, ya? Hehehe.. Hanya masalah sandal saja saya pusingkan. Hanya masalah sandal. Yah, saya berharap ini memang hanya masalah sandal. Seandainya ini memang hanya masalah sandal. Sayangnya bukan. *angkat bahu*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Name dan Cinderella XXX

Belum Adzan

Hidup dari Jendela Bus