Korupsi
Sejak mobil yang kami tumpangi memasuki kawasan perumahan elit, budhe -yang duduk di kursi belakang- tidak berhenti berkomentar. “Rumah kok gedhenya minta ampun. Pasti ini rumah-rumah para koruptor. Pasti dibangun pake duit hasil korupsi.” Biasanya aku akan menjawab komentar yang hanya berdasarkan asumsi. Tapi kali ini tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku, entah karena kecapean setelah perjalanan jauh demi liburan di kota besar ini atau memang sedang malas bicara. “Mereka itu buta kali ya? Mereka nggak melihat rakyatnya pada kelaparan, kena gizi buruk, nggak bisa sekolah, nggak bisa berobat kalo sakit gara-gara nggak punya duit. Tega-teganya mereka korupsi dan bangun istananya." Aku melirik Mas Aji, anak budhe, yang memegang setir di sebelahku. Dia balas menatapku dan tersenyum. Sebelah tangannya mengacak rambutku kemudian. “Ngantuk?” tanyanya. Aku mengangguk. “Tidur aja. Nanti kalo sudah sampai aku bangunin.” Aku menurut, menutup mata, mencoba untuk...