Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

Orang Solo Paling Tara Sopan

Gambar
  Setiap kali mengingat kalimat itu, saya tertawa. Kalimat itu pernah dilontarkan oleh teman sekantor saya yang sekaligus adalah mentor, guru, kakak, dan sahabat saya. Waktu itu kami sedang kedatangan tamu, keluarga dari salah satu teman kantor. Saya sudah agak lupa detail ceritanya, mengapa tiba-tiba beliau mengatakan hal itu. Yang masih saya ingat adalah bahwa beliau dengan tertawa menunjuk kepada saya dan mengatakan, “Dia ini orang Solo paling tara sopan sudah!”, yang artinya saya ini adalah orang Solo paling tidak sopan. Mungkin, jika beliau mengatakan hal tersebut di depan orang banyak, akan ada banyak sekali orang yang mengamini kata-kata beliau. Pada dasarnya pilihan kata yang beliau gunakan itu sudah merupakan kata-kata yang paling halus. Biasanya saya disebut dengan ‘kepala angin’, ‘pamalawang’, apa lagi ya? Saya lupa. Sepertinya sudah terlalu banyak pilihan kata lain yang orang gunakan untuk menilai saya yang sebenarnya artinya sama; Lancang. Lancang. Saya sadar,

Durhaka

Gambar
    "Uang, uang terus!” bentak bapak, laki-laki yang dua puluh tahun lalu mengucapkan sumpah pernikahan untuk ibu. ”Awal bulan kan aku sudah kasih uang belanja. Masak baru tanggal segini sudah habis?! Pasti kamu selewengkan!”   Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut ibu. Wanita berparas ayu itu hanya diam sambil menundukkan kepala, tidak berani menatap wajah kepala keluarganya. ”Kamu pasti belanja hal-hal yang tidak penting, ya?” Bapak menggenggam lengan ibu dengan erat, membuat ibu meringis kesakitan. Ibu menggeleng pelan. ”Kalau tidak, lantas kemana uang yang aku berikan awal bulan ini, hah?” ”Harga sembako naik lagi, Mas,” kata ibu pelan. ”Mana mungkin! Baru sore ini aku lihat di televisi kalo harga-harga turun!” ”Di televisi?” tanya ibu bingung. ”Iya, di televisi! Tadi menteri perekonomian sendiri yang bilang sewaktu diwawacara saat inspeksi pasar.” Bapak melepaskan genggaman tangannya. ”Masak menteri mau menipu? Kamu jangan coba-coba menipu ya

The Gift

Gambar
    Sebelumnya saya ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha bagi semua yang merayakan. Semoga di hari-hari berikutnya kita bisa menjadi umat yang lebih berserah, rela berkorban untuk agama, dan ikhlas. Taqobbalallahu minna wa minkum, taqabbal ya Kariim.. (Maaf agak terlambat :D ) Postingan kali ini khusus saya tulis sebagai permintaan maaf saya kepada salah satu teman yang saya rasa sudah tersinggung dengan ucapan dan tindakan saya. Postingan ini sekaligus juga sarana saya untuk menjelaskan alasan saya atas tindakan yang saya lakukan. Kemarin siang, sewaktu sedang menghapusi beberapa pesan singkat lama yang ada di kotak masuk telpon genggam, saya menemukan percakapan pesan singkat dengan seorang teman yang membuat saya tersenyum miris. Itu adalah percakapan terakhir yang saya lakukan dengannya bulan lalu ketika dia akan berangkat bekerja. Teman saya ini bekerja di sebuah kapal pesiar yang tahun ini berangkat berlayar ke LA. Hari itu ketika dia akan berangkat, dia men

Balada Kawat Gigi

Gambar
Kegiatan saya di akhir pekan minggu lalu tidak jauh berbeda dari akhir pekan saya biasanya. Seperti biasa, di hari Sabtu pagi saya dan teman-teman satu kos snorkling di pantai Sulamadaha. Anggotanya juga masih sama dengan acara akhir pekan biasanya. Saya, teman satu kos saya (Kak Vhe dan Bang Indra) dan beberapa teman kantor Abang. Ngomong-ngomong ini postingan pertama saya yang menyebutkan keluarga Ternate saya, ya? Kak Vhe sama Bang Indra adalah teman satu kosan yang sudah saya kenal selama hampir tiga tahun hidup saya di Ternate dan sudah seperti kakak-kakak saya sendiri. Mereka yang mengurusi saya sewaktu saya sakit, yang mau menerima masakan saya yang kadang tidak jelas bentuk dan rasanya, yang ribut mencari saya ketika saya terlambat pulang, yang siap menampung curhatan dan memberikan solusi dari masalah-masalah saya. Mereka adalah kado dari Alloh yang sepertinya memang sengaja dikirim untuk ikut menjaga dan mendewasakan saya.   Yak, kembali ke kawat gigi. Mengapa saya