Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Sofifi; Ibukota Provinsi, Sebuah Kota Mati

Gambar
Saya akhirnya sampai di ibu kota provinsi. Ya, setelah hampir empat tahun tinggal di Maluku Utara, saya akhirnya sampai juga di ibu kota provinsi, Sofifi.   Hari Sabtu kemarin saya dan Riyadi, seorang teman dari Ternate, menghabiskan waktu kami seharian di kota itu, bertamu pada Numi, teman SMA saya yang baru saja pindah tugas ke sana. menyambut matahari di Bastiong Perjalanan kami dimulai dengan menyambut matahari di pelabuhan Bastiong. Pukul enam pagi, sewaktu matahari belum muncul, saya sudah berada di pelabuhan kapal ferry dan membeli tiket. Lalu, sambil menunggu Riyadi, saya menyambut matahari yang mulai terbit. Pagi itu, di waktu masih sepagi itu, Bastiong sudah ramai. Sudah ada banyak kendaraan yang mengantri untuk bisa menyeberang ke Sofifi. Meninggalkan Gamalama :) Kapal yang   kami tumpangi baru benar-benar berangkat sekitar pukul setengah tujuh, sewaktu hari mulai terang.   Saya, yang memang jarang bepergian lewat laut, awalnya memilih akan duduk di r

Monyet!

Gambar
www.fanpop.com “Na, Masmu tahu tentang obsesimu sama monyet?” Pertanyaan seorang teman hari itu hanya saya jawab dengan tawa kecil. Sore itu saya sedang ngemall dengannya, dan seperti biasa setiap melihat boneka monyet, saya heboh. Lalu terlontarlah pertanyaan itu. Hmm.. sore itu saya baru ingat bahwa sampai saat ini, saya memang belum pernah mengatakan apa-apa tentang (kalo boleh meminjam istilah teman saya itu) “obsesi” saya pada monyet. Monyet. Pertama kali saya jatuh cinta pada monyet adalah ketika membuka kado ulang tahun dari kakak saya waktu saya kelas lima SD. Di dalam kotak yang tidak terlalu besar itu teronggok sebuah boneka monyet dengan wajah yang imut sekali, tatapannya seperti ingin dipeluk, dan badan yang sangat tipis. Boneka itu saya beri nama Momo, akronim dari MOnyet MOnyong. Dan sejak saat itu, entah bagaimana, saya selalu tidak bisa melepaskan diri dari jerat pesona monyet. Saya terjerat pesona monyet. Setelah Momo, boneka yang saya beli sen

Romantis Itu Seperti Ini

Gambar
“Iiiih.. romantis banget sih cowok ituuuu.” Saya hanya tersenyum sewaktu mendengar komentar dari beberapa ABG yang duduk di meja belakang saya. Sore itu saya sedang menikmati makan siang di sebuah warung ayam bakar sambil menikmati sebuah acara di televisi. “Iyaaa.. Aku juga mau dikasih kembang sama cokelat kayak gitu pas valentine. Romantis!” komentar temannya. Lagi-lagi saya tersenyum, masih sambil berusaha menghabiskan makan siang saya. Romantis. Bunga, cokelat, barang, materi. Ternyata masih belum berubah hingga sekarang. Ternyata semuanya masih saja dianggap romantis oleh beberapa orang. Tapi, ternyata bagi saya, romantis itu tetap saja bukan seperti itu. Romantis adalah ketika orang yang kita cintai selalu ada untuk kita. Bukan tentang fisik, bukan tentang selalu berada di sisinya atau kemana-mana berdua atau selalu bertukar pesan setiap saat. Tapi tentang bagaimana kita selalu siap membantunya ketika dibutuhkan, ketika kita siap menjadi telinga untuk me