Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Belum Urgen!

Gambar
davepettengill.net "Waah.. potongan harganya sampai lima puluh persen loh, Pak!" seruku seraya membolak-balik tumpukan flashdisc  yang ada di atas rak. "Berapa kapasitasnya?" tanyanya bahkan tanpa mendekat, hanya menatap. "Enam belas giga. Lumayan loh dengan harga segini," kataku lagi. Sebelah tanganku masih saja membolak-balik tumpukan flashdisc seolah akan bisa menemukan sesuatu yang lebih menarik dari semua barang yang sebenarnya sama itu. "Apalagi merk nya bagus nih pak!" Tak ada sahutan. Sewaktu aku menoleh padanya, dia hanya mengangguk-anggukkan kepala. "Lumayan sih," katanya akhirnya. "Tapi belum urgen!" Aku menarik tanganku dan mengulum senyuman lalu cepat-cepat mengajaknya melangkah meninggalkan tempat itu. Belum urgen. Jawaban yang memang sedang sangat saya butuhkan saat itu. Karena jika tidak dijawab seperti itu, sudah pasti saya akan menarik uang dari dalam dompet dan membelinya, membeli barang ya

People.. People..

Gambar
www.familysecuritymatters.org Ada yang bilang bahwa semakin kita tua, maka akan ada semakin banyak orang yang kita benci. Well, untuk saya sepertinya hal itu tidak salah. Entahlah. Saya pribadi memang merasa sepertinya ada semakin banyak orang yang saya benci akhir-akhir ini. Orang-orang yang sebenarnya sudah lama saya tahu, sudah saya hafal perangainya, yang dulu tak terlalu terasa mengganggu. Atau orang-orang asing yang bahkan tak saya kenal sekali. Banyak. Saya mulai membenci para penggerutu. Saya membenci setiap orang yang mengisi harinya dengan menggerutu, menggerutukan semua hal, setiap saat. Pemerintah tak adil, atasannya dzalim, teman-temannya yang menyebalkan, dan tentu saja hidupnya yang tak menyenangkan. Saya membenci mereka yang selalu mengeluhkan semua hal, seolah semua hal itu salah, seolah dia adalah orang yang paling menderita di antara semua manusia di muka bumi ini. Saya membenci para penakut. Saya membenci setiap orang yang setiap hari hanya bisa membicarak

Pada Suatu Hari Minggu Pagi

Pada suatu hari Minggu pagi, sewaktu jalan-jalan ditutup, katanya untuk car free day, memberi kesempatan pada pejalan kaki. Tapi sepertinya ada yang lupa bahwa tak semua orang pagi itu berjalan kaki, atau tak butuh untuk menggunakan jalan, tak ada pekerjaan dan hanya liburan. Ada yang lupa mencarikan solusi alternatif jalan untuk lainnya. "Pak Polisi, maaf saya bertanya." "Bagaimana, Dek?" "Jalan di depan ditutup, ya?" "Iya. Motor tak bisa lewat. Memangnya adek mau ke mana?" "Saya mau ke ruko di ujung jalan itu, Pak." "Oh, motor tidak bisa lewat sini. Lewat saja memutar ke dekat alun-alun sana." "Jalan dekat alun-alun kan ditutup untuk car free day  juga, Pak." "Ya udah. Lewat gang kecil dekat situ saja. Repot amat." "Tapi gang itu kan jalan searah, Pak." "Tak apa. Lewat saja." "Jadi bapak menyuruh saya melanggar rambu-rambu lalu lintas? Ba

Kehilangan Rasa

Aku kehilangan rasa, lupa sudah kuletakkan dia di mana atau kapan mulai kutinggalkan dia. Yang aku tahu, sekarang aku tak bisa menemukannya. di dalam setiap kata yang kueja, pun di setiap kali kutuliskan cerita, Dia tak ada.