Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Tentang Waktu

Gambar
https://onsizzle.com Aku akan lama jika kau tunggu.. Tiket sudah terbeli. Padahal masih akan ada waktu satu bulan lagi. "Tak apa, waktu tunggu ini akan kunikmati," katamu. Tapi sebulan itu lama. Tiga puluh hari. Tujuh ratus dua puluh jam. Lalu entah berapa ribu detik. Waktu yang lama dan aku tak suka. *** Aku akan menjadi singkat saat kau bahagia "Udah malem lagi," katamu. "Iya. Waktu cepet banget," sambutku. "Besok udah ganti hari." "Lalu lusa kamu sudah harus kembali," keluhku. Kamu tersenyum. "Ya mau bagaimana? Apa kamu mau waktu berhenti?" Aku menggeleng. "Nikmati saja apa yang bisa kita nikmati. Iya?" Aku mengangguk walau tak suka. *** Aku akan menjadi begitu berat saat kau merindu "Aku pergi, ya?" katamu sebelum kemudian menarik kepalaku dan mendaratkan kecupan di dahi. Aku menggangguk, tak mengatakan apa-apa. Lalu kamu melangkah memasuki terminal keber

Belum Selesai Membaca

Gambar
LMG - WordPress.com "Bantu ya? Manusia kan harus saling membantu," katamu. Dia terdiam, memandangmu, lalu kepalanya tergeleng pelan. "Apa sih susahnya mengubah sedikit saja angka di kertas itu? Hanya sedikit. Tak apa. Nanti keuntungannya kita bagi dua. Kita saling membantu. Ini hubungan yang akan saling menguntungkan," katamu panjang lebar. Lagi, dia tak mengatakan apa-apa, hanya menatapmu lalu menggeleng pelan. "Kamu ini seperti tak pernah dan tak akan pernah butuh orang lain saja. Manusia itu saling membutuhkan," katamu. "Akan ada saatnya kamu butuh bantuan orang. Ingat, manusia itu harus saling tolong-menolong, harus saling membantu. Begitu kan perintah agamamu?" "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." Dia akhirnya mengeluarkan kata-kata. "Dalam

Ikhlaskan Saja

Gambar
http://www.imgrum.org/user/yaamahdiii/580467586/1111294963651997112_580467586 Dadaku sakit. Rasanya kedua paruku tak mau berkembang, tak mau dimasuki udara. Aku tak bisa bernapas. Aku menggapai-gapai, berusaha berteriak pada orang-orang berseragam putih yang ada di sekitarku. Mereka harus menolongku. Aku harus bernapas. Aku belum mau mati, Tapi, tak ada suara yang keluar. Aku menggapai-gapai lagi.. Tapi mereka tak melihatku. "Sudah, Bu. Ikhlaskan saja." Suara perempuan itu terdengar lembut tapi bagiku bagai sambaran petir. Bagaimana bisa dia bilang seperti itu tanpa berusaha sedikit pun untuk menolongku? Mereka ini seharusnya bekerja menolong nyawa manusia. Mengapa mereka mengatakan hal semacam itu tanpa berusaha melakukan apa-apa? "Iya, Saya ikhlaskan saja, Suster." Istriku di sana menganggukkan kepalanya, bersiap melangkah meninggalkanku. Tunggu! Bantu aku dulu!  teriakku dalam diam. Tak ada suara yang keluar. Hanya ada sebelah tanga

Bertahun-Tahun Nanti

Gambar
http://www.theindependent.sg "Senengnya mereka ini." Kedua mataku memandangi beberapa bocah laki-laki yang sedang bercanda ria, bergantian melemparkan tubuh-tubuh kerempeng mereka dari dermaga, membiarkan diri ditangkap oleh air laut di bawah kami. "Dulu kita juga seperti itu," katamu. "Hm.. Iya." Aku meluruskan kaki sambil sedikit melirik padamu. Kedua matamu memandangi sekumpulan bocah laki-laki di depan kita itu. Ah, aku selalu menyukai keduanya. Aku menyukai ketakjuban yang selalu saja muncul di sana setiap kali kamu memandangi sesuatu yang kamu sukai. "Dulu kamu suka lari-larian kalo disuruh mandi sama ibu." Kamu ganti melirikku, membuatku mengangkat kedua alis dan mengembangkan senyuman. Memangnya apalagi yang bisa kulakukan ketika terpergok sedang melirikmu seperti barusan. "Ada gitu orang disuruh mandi susah banget." Kamu lantas terkikik. "Aku sengaja sebenernya. Kalo nggak gitu, aku nggak punya alesan buat