Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Tumpah

Gambar
Mom Milk Jebres, Surakarta, Jawa Tengah (dokumen pribadi) "Masak semalem kamar sebahku masih salat malem. Padahal dia sudah ikut tarawih dan witir bareng aku di masjid." Dia berkata sambil menikmati makan malamnya. "Ya gapapa," balas kawannya sambil menyeruput susu hangat dari dalam gelas. "Ya ga bisa, lah! Kan udah witir. Witir itu kan salat penutup. Masak udah ditutup kok salat lagi!" "Boleh kok salat malam lagi. Tapi, ..." "Kamu ini kayak yang udah ahli agama aja. Aku tuh yang bilang guru ngajiku dulu. Kalo udah witir itu udah ga ada salat lagi. Ga usah ngeyel, deh." Kawannya tak berkomentar, hanya mengangguk-anggukkan kepala paham. "Aaah.. tumpah. Pasti kebanyakan tadi nih pegawenya ngisiin gelasnya." Kawannya masih tak berkomentar apa-apa. Justru, seorang laki-laki yang semenjak tadi duduk di belakang mereka tiba-tiba berdiri dan mendatangi dia yang sedang mengelap meja. "Manusia juga kayak gitu,

Ramadan Terakhir

Gambar
Sukoharjo, Jawa Tengah (dokumen pribadi) "Banyak banget yang meninggal. Ini udah empat kali loh aku melayat sejak mulai puasa kemarin." "Ya itu.." "Itu apa?" "Peringatan buat kita kalo kematian ga bisa ditunda atau dipercepat. Bisa jadi ini ramadan terakhir kita. Bisa jadi juga kita malah ga ketemu sama lebaran besok itu. Makanya...." "Iya. Makanya..." #RamadanTerakhir #30CeritaRamadan2019 Sukoharjo, 18 Mei 2019

Harta

Gambar
Sukoharjo, Jawa Tengah (dokumen pribadi) "Ayah ayah... Coba lihat. Tabunganku sudah banyak." Buku tabungan itu disodorkan ke hadapan mukaku tepat setelah kami selesai berbuka puasa. Dan ya, untuk anak seumur itu, tabungannya terhitung banyak. "Wah iya. Banyak. Uang dari mana ini, Kak?" tanyaku. "Uang saku yang ayah kasih. Kan aku ga pernah pakai buat jajan. Kusimpan semua. Banyak, kan?" katanya dengan bangga. "Iyaa.. Pinter anak ayah, masih kecil sudah bisa berhemat dan nabung." Aku mengacak puncak kepalanya. Dia lantas bergegas masuk ke dalam kamar dengan langkah sedikit melompat-lompat. "Kamu juga, Dek. Harusnya bisa niru kakak. Bisa nabung. Uangnya disimpan, biar banyak," kataku pada si bungsu yang sedang menonton tv. Gadis kecilku itu sesaat berpaling dari tv lalu menatapku. "Tapi adik ga pengen uang banyak, Ayah," jawabnya. "Memangnya adik maunya apa?" "Adik mau surga." &quo

Buka Puasa

Gambar
Warung Mi Gacoan, Surakarta (dokumen pribadi) "Tahun ini kita mau buka bareng di mana?" "Di sini aja, yuk! Nih aku ada daftar menunya. Enak-enak loh makanannya," katanya sembari mendorong ponselnya ke hadapanmu. "Hmm.. boleh juga ini. Cuma masalahnya harganya itu loh. Per orang segini banget, ya?" "Cuma segini. Kita mampu, kok," katanya. "Ya kita sih mampu. Cuma kan pemborosan namanya. Yang lain aja, ya? Sayang kalo uang sebanyak ini kita habiskan hanya untuk sekali makan." "Ya kan sekali-kali. Gapapa. Setelah seharian puasa, bolehlaah makan yang enak sedikit." "Aku... Kalau setiap hari aku berpikir seperti itu, aku... rasanya... tak ada gunanya aku puasa." Suaramu habis di akhir kalimat. Sedangkan dia sepertinya kehabisan kata-kata. #BukaPuasa #30CeritaRamadan2019

Hanya Perlu Membaca

Gambar
credit:  http://www.pixhd.me Ada banyak hal yang tak perlu dikatakan karena bisa terbaca jika kita mau membaca. Aku tak peduli dengan ceritamu . Mereka mungkin menanggapi cerita kita sesekali. Kadang juga mereka melakukan restarting , mengulangi apa yang kita katakan hanya sekedar ingin terlihat bahwa mereka mendengarkan kita. Tapi sebelum kamu selesaikan ceritamu, tiba-tiba mereka memotong dengan cerita lain, tentang berita yang sedang mereka baca saat kita bercerita dengan mereka, misalnya. Lalu setelah mereka selesai dengan ceritanya, mereka tak lantas bertanya lagi tentang bagaimana cerita kita yang terpotong tadi, apalagi tak meminta maaf karena memotong cerita kita. Jika seperti ini, mungkin ada baiknya tak perlu dilanjutkan lagi. Sudahi saja cerita kita karena jelas, dia tak peduli. Aku tak butuh bantuanmu . Kerja kelompok, tapi mereka tak mengajak kita ikut andil dalam pekerjaan. Mungkin, mereka memang tak membutuhkan bantuan kita. Lalu ketika kita memaksa membantu, k

Shaf

Gambar
Sukoharjo, Jawa Tengah (dokumen pribadi) "Ntar malem jangan tarawih di masjid yang kemaren ya? Pindah aja. Agak jauh juga gapapa." "Kenapa emangnya?" "Ya habiiiss.. Ga nyaman banget salat jamaah di situ. Mepet-mepet banget shafnya. Padahal udah bawa sajadah masing-masing loh. Teteeep aja mepet, nginjek kaki, sampe masuk ke sajadah orang." "Bukannya memang harus rapat ya shafnya?" "Emang iya?" "Kata mbah guru dulu sih kalo ga rapat, nanti celahnya dilewatin setan. Hehehehe.. Tapi bener, kok. Kan Rasululloh pernah bersabda 'Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat.'." "Rapat sih rapat, tapi ga usah pake nginjek kaki orang juga kalik." "Ooh.. mungkin ga sengaja kali nginjeknya. Mungkin niatnya cuma mau nempelin mata kaki mereka aja ke mata kaki kamu. Biar shafnya lurus dan rapat. Cuma kan mata kakimu ga keliatan. Hehehe.." "Tetep aja sem

Jam Kerja

Gambar
Baron, Surakarta (dokumen pribadi) "Kantor kita ini aneh, ya? Kantor lain loh jam kerjanya dipotong dua jam selama Ramadan." Aku melongok keluar jendela, memandangi pegawai kantor sebelah yang saling mendahului keluar dari tempat kerja mereka. "Dinikmati aja. Kalo mikirnya gitu, nanti jadi susah loh ikhlasnya," jawabmu dari balik layar komputer. "Tapi kan ga adil, Mbak. Mereka bisa dapet pahala lebih banyak dari kita dong nanti... Waktu mereka di luar kantor lebih banyak daripada kita. Artinya waktu yang mereka pakai buat ibadah pastinya lebih banyak. Kesempatan mereka cari pahala lebih banyak." "Ibadah?" "Iya. Pagi mereka bisa ikut kajian subuh dulu sebelum ke kantor. Terus sorenya pulang kantor masih ada banyak waktu buat baca Qur'an." "Kita juga bisa, kok." "Mana ada?" celaku. "Lah kan deket kosan kita kajian subuh selesai jam setengah 6. Kita kerja jam 7.30 loh. Masih sempet banget ik

Ada

Gambar
Mojosongo, Jebres, Surakarta (dokumen pribadi) "Nanti buka puasa pake apa?" tanyamu sambil membereskan meja kerja. "Belum tahu, Kak," jawabnya. "Kok belum tau? Direncanakan dong. Udah seharian puasa kok. Makan yang enak gitu.. Ini puasa pertama lagi." "Hehe.. Iya.." "Hari ini aku rencananya mau masak semur daging sama kentang. Terus buat takjilnya kemaren udah beli kurma yang ngg.. apa ya jenisnya. Aku lupa. Pokoknya yang sekotaknya enam puluh ribu itu loh. Yang masih ada tangkainya. Daging buahnya kering. Enak banget. Kalo minumnya sederhana aja sih nanti kayaknya. Paling cuma es koktail. Kemaren udah beli yang buah kalengan itu. Pasti seger banget." "Iya," jawabnya sambil tersenyum. "Kamu belum mau pulang?" tanyamu sambil menyandang tas. "Belum, Kak. Nanggung ini kerjaannya." "Enak ya kalo masih single, terus tinggal sendiri. Bebas gitu. Ga harus masakin buat keluarga." &

Dosa

Gambar
Pantai Parangtritis, Yogyakarta (dokumen pribadi) "Coba lihat itu. Kayaknya mbaknya itu lupa pake celana," katanya sebelum kemudian terkikik pelan. Kawannya berpaling ke arah yang dia tunjuk lalu kembali menoleh padanya dengan bingung. "Itutuuh.. Lihat mbak-mbak yang itu. Perhatiin deh. Celana yang dia pake itu kan celana daleman. Legging kan seharusnya dipakai di dalam. Masak dia pakai di luar. Menunjukkan lekuk kakinya, mangundang syahwat. Bisa bikin dosa jariyah," lanjutnya pelan. Kawannya mengangguk-angguk. Tak terlihat terlalu peduli. "Ah, mas-mas yang itu asap rokoknya tebel banget. Mana ngerokok di tempat kayak gini. Bikin ga asik aja. Apa ga ngerti sih kalo rokok itu haram. Dosa tauk." Lagi-lagi kawannya tak terlihat terlalu peduli untuk menanggapi. "Eh eh. Kamu udah lihat belum video yang lagi viral? Yang jamaah salat tarawih cepet banget? Yang baca aamiin-nya kayak lagi maen-maen? Heran loh aku. Padahal kan jelas-jelas dipe

Libur

Gambar
Tipes, Surakarta, Jawa Tengah (dokumen pribadi) "Kenapa sih kita harus libur?" "Memang kamu ga capek kerja terus? Sekali-kali lah libur. Buat istirahat." "Cuma kan bosan. Sebulan loh ini liburnya. Sebulan kita ga bakalan bisa kerja apa-apa." "Sudahlah. Dinikmati saja. Dikasih libur itu dijalani. Kita kan ga bisa nolak." "Ya cuma kan sia-sia aja waktu kita terbuang cuma buat beginian. Coba kalo boleh kerja..." "Udahlah." "Gabisa gitu dong, Bang. Sebulan ini semua perbuatan baik, pahalanya dilipatgandakan loh. Tau kan, Bang?" "Tau." "Terus kita ga boleh kerja sama sekali. 'Diikat'. Pintu neraka aja ditutup. Kalo kayak gini, terus gimana sama kerjaan kita, Bang? Nanti bisa-bisa gagal dong kita ngajakin manusia ke neraka." "Tenang aja.. Kita libur kayak gini aja, masih banyak kok yang bikin dosa." "Kok bisa? Siapa yang bisikin?" "Makanya, ka

Kiamat

Gambar
Pantai Ketawang, Purworejo, Jawa Tengah (dokumen pribadi) Pukul tujuh tepat. Aku sudah harus berangkat sekarang. Dengan cepat aku meraih kunci motor yang ada di atas meja. Sesaat, aku memandang tumpukan buku yang ada di sana. Al Quran bersampul warna hijau ada di antaranya. Ini sudah hari ketiga Ramadan, tapi belum juga kusentuh kitab itu. "Nanti akan kumulai," gumamku. "Dua juz pertama dulu. Besok bisa kurapel lagi dua juz. Masih akan sempat kuselesaikan sebulan ini sesuai rencana," batinku kemudian. Bergegas aku melajukan motor ke tempat kerja. Kuparkirkan motor di tempat biasa begitu aku sampai. "Hari ini ada yang aneh, ya?" sambut kawanku yang meja kerjanya ada di hadapan meja kerjaku. "Apa?" "Kamu ga liat warna langit hari ini aneh sekali?" Belum sempat kujawab, tiba-tiba terdengar letusan keras kemudian bumi berguncang. "Gunung meletus!" teriak orang-orang dari luar. Rasa takut seketika menguasaik

Pesan

Gambar
Bukit Sentono Genthong, Pacitan, Jawa Timur (dokumen pribadi) "Dari tadi kok sibuk terus sama hape. Ada apa?" Aku mengangkat wajah lalu meringis. "Ini.. cuma ngirim pesan aja, kok, Mbak," jawabku sebelum kemudian kembali menatap layar ponsel. "Sama siapa hayooo?" Mbak menggodaku, pura-pura berusaha melihat layar ponselku. "Halaah. ga ada yang rahasia kok. Inii.. liat ajaa.." Aku menyorongkan ponsel ke arahnya. Mbak tertawa. Tapi lantas dengan cepat dia menghentikan tawanya dan benar-benar membaca pesan yang sedang berusaha aku kirimkan. "Bermaafan sebelum puasa? Ini yang kamu kirimkan, Dek?" "Heeh. Kan besok udah puasa, Mbak. Kalo ga maafan, nanti puasanya ga diterima. Kan sayang.." "Kata siapa?" "Ini loh ada hadist-nya. Sahih loh, Mbak," kataku berusaha meyakinkan. Mbak membaca setiap kata dalam pesan itu dengan saksama. Tak lama, ponsel itu diangsurkan kembali padaku. "Seben

Perangkap

Gambar
Monumen 45 Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah (dokumen pribadi) "Kudengar kau mengajak manusia buat rajin salat, ya?" "Iya." "Kau pengaruhi juga mereka agar rajin mengaji dan datang ke kajian di masjid?" "Iya." "Kau minta mereka menasihati tentang kebaikan pada saudaranya?" "Tentu saja." "Apa kau sudah sinting? Lupa kau apa tujuan utama kita di sini?" "Tidak." "Lalu kenapa malah kau ajak mereka kepada kebaikan?" "Jangan salah. Aku memang mengajak mereka untuk rajin salat - usahakan biar tepat waktu, rajin membaca kitab mereka, rajin juga ke pengajian. Tapi, jika mereka sudah melakukannya, kubisikkan juga ke hati mereka bahwa mereka lebih baik dari saudaranya. Benar kusuruh mereka menasihati saudaranya, tapi kubisikkan ke dalam hatinya agar dia menganggap saudaranya itu tak ada apa-apanya dibandingkan dirinya. Kubisikkan rasa bangga bahwa dia lebih baik, bahwa salatnya

Target

Gambar
Pantai Ketawang, Purworejo, Jawa Tengah (dokumen pribadi) "Besok sudah puasa," gumamnya sambil mengambil gambar lautan di hadapan kalian. "Iya," jawabmu. "Aku udah pasang target!" "Target apa?" "Target berburu pahala di bulan Ramadan, dong." "Apa aja emangnya?" "Tarawih, ngaji, hafalan surat...." Dia berhenti sebentar, melirikmu. Kamu masih mendengarkan. "Sholat sunnah, dzikir pagi petang, sedekah... Sholat dhuha nanti mau aku usahakan dua belas rekaat. Terus target sebulan bisa khatam baca Al Quran-nya. Terus... Pokoknya di pol-in semuanya." Kamu tersenyum. "Sip," katamu. "Gitu aja, Kak?" "Lah memang kakak harus bilang apa?" "Yaa.. ga tau juga. Biasanya sih aku dapet responnya ga kek gitu." "Emang gimana respon yang biasa kamu dapet?" "'Punya target kok cuma pas Ramadhan' atau 'Ga usah muluk-muluk. Alloh tu leb

Sahabat (2)

Gambar
Gladhag - Surakarta (dokumen pribadi) "Kok tumben udah balik ke ibukota? Biasanya kamu nunggu ujung liburan dulu, baru besoknya berangkat dan langsung ngantor." "Atasan di kantor udah ganti.". "Terus?" "Yang sekarang orangnya disiplin banget. Ga boleh telat kalo ngantor. Dulu kan orangnya nyantai. Makanya berani berangkat paginya terus langsung ngantor. Jadi telat-telat sejam juga gapapa." "Huuu.. Dasar." "Tapi beneran deh nyebelin nih bos baru. Telat ngantor, pulang duluan... Langsung dipanggil terus dimarahin." "Dimarahin beneran?" "Yaaa.. ga dibentak-bentak gitu. Dikasihtau aja aturan sama sanksi. Kalo diulangin lagi, beneran disanksi." "Bagus, lah." "Bagus apaan? Dia mah enak, ga ada suami, ga ada anak. Kalo pagi cuma ngurusin diri dia sendiri. Lah kita, krucuk-krucuknya ini kan kalo pagi harus nyiapin macem-macem." "Gitu...&qu