Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

(Masih) Tentang Kebencian

Gambar
"Kau tahu apa yang dilahirkan oleh kebencian? Aku menggeleng. "Kebencian yang lain lagi. Terlebih ketika kau tuliskan itu di tempat kata-kata bisa dibaca. Kau benar-benar akan melahirkan kebencian yang lain, pembenci-pembenci yang lain." "Kau sedang membicarakan status-statusku?" "Dan berita-berita yang kau bagikan. Yang semuanya mengandung kebencian." "Aku menuliskan fakta. Kenyataan!" "Apa harus seperti itu caranya? Sudahkah kau pikirkan akibatnya? Bukan padamu, tapi pada pembacamu. Coba kau ambil waktu dan baca lagi komentar-komentar mereka. Mereka telah menjadi pembenci, sama sepertimu." "Aku menuliskan fakta. Kenyataan. Bukan kebencian." Aku berkeras. "Untuk apa?" "Untuk membuka mata semua orang bahwa sebenarnya selama ini ada yang salah." "Lalu?" "Ya mereka akan tahu." Dia menghela napas, lalu tersenyum. "Masalah itu ada untuk diselesaikan,

Belajar Membaca

Gambar
photo source:  www.slideshare.net "manusia itu terburu-buru," katanya. "terburu-buru bagaimana? dalam hal apa?" "segalanya." "sembarangan!" bentakku. "itu kan sifat yang subyektif, tak semua orang terburu-buru. ada juga kok yang sabar. kamu itu kalo ngomong dipikir dulu. itu namanya mengeneralisasi, menganggap semuanya sama. padahal kan kau tahu, manusia itu unik di setiap satunya!" dia tersenyum, menarik napas dengan penuh ketenangan. "jadi kau tak percaya?" aku menggeleng cepat. "bukannya sudah kutunjukkan buktinya?" "bukti? bukti apa? kapan?" "itu," katanya. "sewaktu kukatakan padamu bahwa manusia itu terburu-buru. bahkan tanpa menungguku menyelesaikan kata-kataku, menyampaikan apa sebenarnya maksudku, kau sudah merutukiku. apa namanya kalau bukan terburu-buru?" aku menelan ludah. "bagaimana?" ada senyuman di wajahnya. &q

Tentang Entah

Gambar
www.polyvore.com Aku ingin menulis sesuatu, tapi tak tahu apa. Ada terlalu banyak tumpukan kata,        terlalu banyak cerita. Aku ingin menuliskan tentang kekesalan tentang kedunguan. Tentang bagaimana aku telah menyia-nyiakan waktu dengan begitu bodohnya. Tentang bagaimana aku telah selalu takut hanya pada apa yang tampak tapi tak berhak,         dan mengabaikan apa yang tak tampak tapi begitu berhak. Tentang bagaimana begitu mengkhawatirkan hal-hal yang tak pasti,         tapi mnegabaikan hal-hal yang pasti terjadi; mati. Aku ingin menuliskan tentang kekecewaan. Tentang kamu, tentang aku, dan harapan-harapan. Tentang harapan yang terlalu tinggi, yang akhirnya tak sesuai kenyataan. Aku berharap dari kata-katamu yang sempurna,         tentang kedisiplinan, kejujuran, dan idealisme pendidikan,         kau akan melahirkan tindakan nyata yang sama. Tapi apa sekarang? Kau bilang disiplin itu kunci keberhasilan,         kau bentak siapa pun yang tak disiplin dan m

Penting Tak Penting

Gambar
brucemctague.com Maafkan aku Maafkan jika aku sudah melakukan hal-hal yang menurutmu tak penting. Tapi, maaf, bagiku itu penting. Karena sama halnya dengan suka dan tidak suka, penting dan tidak penting adalah sesuatu yang subyektif. Aku minta maaf jika aku terlalu sering menyumpal telingaku dan mendengarkan musik. Mungkin bagimu mendengarkan musik tidak penting, tapi bagiku itu penting. Aku perlu melarikan diri dari suara-suara keluhan di sekelilingku, perlu menulikan diri dari mereka semua. Aku tak bisa bekerja dengan mendengarkan keluhan ini dan itu, tentang betapa banyaknya pekerjaan orang-orang di sekitarku, tentang betapa banyak masalah di hidup mereka, tentang betapa tidak menyenangkannya hidup mereka. Ya, aku tak bisa bekerja dengan mendengarkan semua itu. Makanya aku selalu akan memilih menyumpal telingaku. Aku lebih memilih mendengarkan sesuatu yang menenangkan dan memberiku semangat bekerja, daripada kata-kata penuh keluhan yang hanya akan membuatku pada a

Sesal

Gambar
islamic-quotes.com "Ketika sholat sering kau tinggalkan, larangan Alloh kau abaikan, dan yang setiap hari kau lakukan    adalah dusta.  Kau laporkan segala pekerjaan yang sebenarnya tak kau kerjakan, kau makan dengan rakus uang pembayaran atas laporan penuh kepalsuanmu itu, kau sakiti orang-orang di sekitarmu. Lalu jika tiba-tiba saat pulang dari sini     kau kecelakaan di dan mati,     yakin tak akan ada yang kau sesali?" Pertanyaan seorang guru, hari ini, yang lantas menempel di kepala saya dan tak mau pergi. Karena mati itu pasti,    tapi waktunya tak pasti. Karena hidup tak hanya sekali,    masih akan ada kehidupan lain    setelah mati nanti. Yakin tak akan ada perbuatan kita di hidup ini yang akan kita sesali di kehidupan nanti? Ternate, 18 November 2015 www.quotestags.com

Kerja

Gambar
emilysquotes.com "Manusia ini... Dasar! Tak ingatkah kau ini jika sekarang masih jam kerja? Jam kerja itu untuk bekerja,         bukannya malah duduk-duduk bercerita         dan tertawa-tawa. Kerja sana! Bukannya setiap bulan gajimu sudah kau terima? Lalu mengapa sekarang kau tak bekerja? Hei, kau tak dengar? Kerja sana!" Aku berteriak padanya,         semakin lama semakin keras aku bersuara. Tapi dia bergeming, hanya diam menatapku. Lalu kuacungkan tanganku padanya,         dan dasar manusia kurang ajar,         dia balas mengacungkan tangan padaku. Amarahku mulai naik, merambati setiap pembuluh darah Tapi lantas aku sadar,         aku sedang berdiri di hadapan sebuah cermin besar.

Apa yang Iklan Tak Pernah Katakan Kepada Kita 1: Manisnya Pemanis Buatan

Gambar
www.smarthealthtalk.com Iklan, sesuai dengan makna katanya yang merupakan berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan, memang selalu dibuat semenarik mungkin agar apa yang ditawarkan dapat terjual. Agar dapat menarik, seringnya yang disajikan oleh iklan hanyalah madunya, hanya segala yang manis dan menarik. Racun-racun dari segala hal yang diiklankan sudah pasti akan disembunyikan. Pun ketika disampaikan, penyampaiannya hanya sambil lalu atau dengan huruf yang sangat kecil yang jika tidak diperhatikan dengan seksama sudah pasti akan terlewatkan. Salah satunya adalah iklan mengenai pemanis buatan. Menurut sebuah iklan komersial, konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan risiko terkena diabetes melitus. Tidak ada yang salah dengan itu. Penyakit yang terkenal memiliki komplikasi yang cukup banyak dan berbahaya, yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan kecacatan bahkan kehilangan nyawa ini memang mudah sekali menyera

Bisa, Sih. Cumaaan....

Gambar
twitter.com "Anaknya ke sekolah naik motor, Bu?" "Iya, Mbak. Itu motor hadiah kenaikan kelas kemarin. Kan nilainya bagus, jadi saya beliin motor. Baru hlo itu motornya." "Memang sekarang kelas berapa anaknya?" "Kelas dua." "SMA?" "SMP." "Kok sudah dilepas naik motor sendiri?" "Ya anaknya sudah bisa naik motor, kok. Biar aja. Biar nggak manja. Kalo gini kan enak, saya juga enak, jadi ada yang nganterin kalo pengen ke mana-mana. Anak saya itu pinter, Mbak. Diajarin bentar aja sudah langsung bisa naik motor sendiri. Udah lancar." "Bisa sih bisa, Bu. Cuman kan dia masih kecil, belum tujuh belas tahun." "Oh, kalo masalah SIM gampang itu. Nanti tinggal dipalsuin aja umurnya. Anaknya secara fisik juga udah gedhe, kok." "Laah... Bukan itu juga." "Terus kenapa emangnya?" "Naik motor kan nggak cuman butuh bisa naik aja

Supri

Saya dipertemukan untuk pertama kalinya dengan Supri di tahun 2011. Waktu itu saya tahu kondisinya memang sudah tidak terlalu bagus, sudah tak lagi bugar. Tapi dia masih hidup, masih bisa bertahan. Itu sudah lebih dari cukup. Supri itu hebat. Di tengah kondisinya yang tidak lagi prima, dia telah menemani saya beberapa kali mengelilingi pulau Ternate dan sekali di pulau Tidore. Di luar itu, entah sudah berapa kali saja dia menemani saya menghabiskan waktu mengelilingi Ternate, memasuki gang-gang kecil, menemukan jalan-jalan tikus baru. Dia juga selalu setia menemani saya di setiap cuaca, panas maupun hujan. Seringnya hujan. Karena saya menyukai hujan sehingga setiap kali hujan, saya terjang saja. Supri itu lebih terkenal dari saya. Seringnya, setiap kali bertemu dengan saya dan Supri di jalan, yang disapa atau dipanggil oleh teman-teman kantor bukan saya, tapi Supri. Saking terkenalnya dia, teman serumah saya di kosan lama dulu pernah sampai memimpikannya, bertemu dengan Supri di

I Just Really Love You

Gambar
stuffpoint.com Ada senyuman yang langsung mengembang di wajahku sewaktu aku terbangun malam ini. Sebenarnya aku memang selalu terbangun di tengah malam seperti ini, sekedar untuk ke kamar mandi, lalu membasahi kerongkonganku dengan sebotol air, dan kembali tidur. Tapi ada yang berbeda dengan malam ini. Aku tak ingin buru-buru melakukan semua itu untuk kemudian kembali tidur. Kedua mataku menangkapmu. Kamu dan kedua matamu yang terpejam, yang terlelap dalam tidur, dan mungkin tengah terbuai mimpimu. Ini yang menjadi alasan senyumanku malam ini. Kamu. Aku tak tahu mengapa, tapi aku selalu tahu aku mencintaimu. Sejak pertama kali mendengar suaramu, aku sudah mencintaimu. Sejak pertama kali melihatmu, aku telah selalu mencintamu. Tak peduli berapa kali pun kita berdebat dan melemparkan kata-kata menyakitkan kepada satu sama lain. Tak peduli berapa kali pun kita saling mengecewakan satu sama lain. Tak peduli berapa kali pun kita memilih untuk saling tak menyapa, tak menghu

Kalau Sudah Menikah Nanti

Gambar
moritasari.com " Ya pasti bisa datang tepat waktu terus, kan dia belum menikah. Coba saja lihat kalau dia sudah menikah nanti. " Cibiran semacam itu, entah untuk yang ke berapa kali, akhirnya saya dengar lagi. Ya, ini bukan pertama kalinya saya mendengar cibiran semacam itu ketika membahas tentang kedisiplinan. Lagi-lagi yang dijadikan alasan ketidakdisiplinan adalah status perkawinan. Ya, lagi. Makanya lagi-lagi saya membahas masalah ini, masalah yang sebenarnya pernah saya bahas di postingan saya sebelumnya. Cibiran yang aneh? Tidak juga sebenarnya, apalagi jika mengingat fakta di lapangan bahwa memang kebanyakan pegawai yang sudah menikah lebih sering datang terlambat ke kantor, lebih tidak disiplin. Alasannya? Banyak. Mulai dari harus menyiapkan sarapan, mengurusi suami, memandikan anak, menyuapi anak sarapan, kemudian masih harus mengantar anak ke sekolah. Banyak. Saya mengakui, tugas seorang perempuan memang bertambah ketika sudah menikah. Apalagi jika su

Mbah Yo

Gambar
inspirably.com Dulu di dekat rumah saya, berjarak satu rumah, tinggal sepasang suami istri. Saya biasa memanggil beliau berdua dengan sebutan Mbah Yo. Mbah Kakung seingat saya bekerja sebagai penarik becak. Tapi di sela-sela waktunya, beliau menerima jasa gecel  atau pijat untuk anak kecil. Dulu bapak dan ibuk sering sekali membawa saya ke rumah beliau untuk dipijat, apalagi setiap kali kami habis bepergian jauh. Setiap kali dipijat, saya pasti menangis karena sakit. Tapi setelah itu saya akan selalu bisa tertidur dengan lelap. Mbah kakung adalah seorang pekerja keras yang ringan tangan. Simbah tidak akan tinggal diam jika melihat tetangganya memerlukan bantuan. Mbah Kakung suka bermain catur. Setiap kali saya menghabiskan waktu di rumahnya, beliau acap kali mengajak saya bermain catur, dengan sabar mengajari saya yang tak juga mengerti bagaimana cara memainkan permainan ini. Tapi saya selalu suka melihat simbah bermain catur dengan cucu laki-laki saat dia datang berkunjung. Sa

Muskil

Gambar
www.itsallaboutmillimeters.com "Negara ini sudah sakit! Pemerintah tak lagi peduli pada rakyatnya. Para wakil rakyat hanya memikirkan kantongnya sendiri,      memikirkan perutnya sendiri. Harga-harga kebutuhan pokok semakin mahal,     mereka seenaknya meminta kenaikan honor! Sekolah-sekolah yang sudah hampir roboh,     bahkan sudah roboh,     mereka diamkan, mereka tak acuhkan     lalu malah sibuk menyusun anggaran perbaikan     kantor mereka yang katanya sudah miring sekian derajat! Biaya kesehatan mahal,    banyak warga ditolak dari pelayanan kesehatan    karena tak mampu membayar, Tapi apa yang mereka lakukan?    tak ada. Mereka hanya duduk dan terkantuk-kantuk di ruang rapat,    lalu tertawa-tawa bahagia. Negara ini butuh pemerintah yang lurus, yang bersih! Kita harus membentuk negara yang sehat, harus menyehatkannya!" Dengan lantang dia berteriak,     terus berteriak seperti itu,     entah sudah pada berapa banyak tempat dan waktu. Tapi, di

Kubawakan Cermin Untukmu

Gambar
awarmplacewithin.wordpress.com "Kerjakan ujian kalian dengan jujur! Kalian tidak boleh mencontek! Mencontek itu perbuatan curang! Itu dosa!" katamu. Aku menurut karena aku tahu kau tak salah. Kau benar. Mencontek itu perbutan curang. Itu tak jujur namanya. Itu dosa. Tapi, Sudahkah kau selalu jujur? Adakah kau isi laporan pekerjaanmu dengan penuh kejujuran? Adakah kau laksanakan tugasmu dengan penuh kejujuran? Tak adakah kecurangan yang kau lakukan di sana? Sedikit pun? "Kalian ini harus selalu bersikap sopan kepada orang lain! Rendahkan suara kalian! Sapa dengan penuh kesopanan!" katamu lagi. Aku pun menurut karena lagi-lagi kau tak salah. Sesama manusia memang harus saling menghormati,       harus saling menghargai, dan menjaga kesopanan. Setiap manusia memiliki kebutuhan untuk dihargai,       untuk membuat dirinya merasa bernilai, dan dimanusiakan. Tapi, Sudahkah kau melakukan hal yang sama? Tak perlu kepadaku, kepada manusia lain s

No Name dan Cinderella XXX

Gambar
@angelabriptya Tidak ada yang spesial dengan nama ini: "No Name". Sudah umum. Sangat umum malahan. Karena ketika nama ini saya ketikkan di mesin pencari google, saya sudah langsung mendapatkan 1.490.000.000 hasil hanya dalam waktu 58 detik. Tapi, bagi saya, nama ini memiliki cerita yang luar biasa. Di tahun 2002, saya dan teman-teman satu angkatan mendapatkan tugas di mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk membuat drama. Tanpa butuh waktu lama, saya langsung menceritakan ide bodoh saya untuk membuat parodi dari dongeng anak-anak yang berjudul Cinderella kepada Uwiez, teman sebangku saya. Untungnya, karena gelombang otak kami berada pada frekuensi yang sama, dia langsung menyetujuinya dan menambah ide-ide bodoh ini dan itu lagi ke dalam kepala saya. Draft alur cerita pun jadilah dan kami bagikan kepada anggota kelompok yang lain: Ei, Muti, Edo, Nut, Ipang, dan Happy yang ternyata gelombang otaknya juga berada di frekuensi yang sama dengan saya dan Uwiez sehingga dengan s

Selamat Datang, November

Gambar
rebloggy.com Selamat datang, November. Aku tak menyangka kau bisa datang secepat ini. Ternyata benar kata mereka, waktu sekarang tak lagi berlari. Dia sudah melesat terbang tak bisa kurasakan lagi.  Kau masih ingat empat tahun lalu? Bersamamu aku diperkenalkan kepada tiga puluh dua orang anggota keluarga baru di kelas diklat prajabatan. Tak cuma itu. Aku juga diperkenalkan kepada sepasang orang tua beserta beberapa orang kakak. Hebatnya, mereka semua adalah para guru yang luar biasa. Orang tua dan kakak-kakak yang sebenarnya adalah orang asing, telah berhasil memperkenalkan dan mempersatukan tiga puluh tiga kepala dan hati yang berasal dari berbagai macam tempat, memiliki berbagai macam latar belakang budaya, dan membawa berbagai macam karakter. Mereka berhasil menanamkan ilmu-ilmu hidup yang luar biasa ke dalam kepala-kepala kami. Pada setiap tahunnya denganmu, aku selalu menikmati waktu. Aku menyukaimu, karena seringnya kamu berisi waktu yang mulai mendatangkan hujan unt