Penting Tak Penting

brucemctague.com



Maafkan aku

Maafkan jika aku sudah melakukan hal-hal yang menurutmu tak penting. Tapi, maaf, bagiku itu penting. Karena sama halnya dengan suka dan tidak suka, penting dan tidak penting adalah sesuatu yang subyektif.

Aku minta maaf jika aku terlalu sering menyumpal telingaku dan mendengarkan musik. Mungkin bagimu mendengarkan musik tidak penting, tapi bagiku itu penting. Aku perlu melarikan diri dari suara-suara keluhan di sekelilingku, perlu menulikan diri dari mereka semua. Aku tak bisa bekerja dengan mendengarkan keluhan ini dan itu, tentang betapa banyaknya pekerjaan orang-orang di sekitarku, tentang betapa banyak masalah di hidup mereka, tentang betapa tidak menyenangkannya hidup mereka. Ya, aku tak bisa bekerja dengan mendengarkan semua itu. Makanya aku selalu akan memilih menyumpal telingaku. Aku lebih memilih mendengarkan sesuatu yang menenangkan dan memberiku semangat bekerja, daripada kata-kata penuh keluhan yang hanya akan membuatku pada akhirnya ikut menjadi seorang pengeluh.

Aku minta maaf jika di sela-sela waktu kerja, aku masih menerima dan membalasi pesan-pesan yang masuk ke ponselku. Mungkin menurutmu itu tak penting, tapi bagiku itu penting. Tahukah kau, pesan-pesan itu dari keluarga dan teman-temanku. Mereka adalah orang-orang yang selalu ada ketika aku butuhkan yang aku tak tahu sampai kapan kami dijodohkan, kapan kami akan dipanggil pulang. Sekedar obrolan ringan, ucapan selamat pagi, ucapan selamat beraktivitas, mungkin tak penting bagimu. Tapi bagiku, itu adalah cara mereka untuk menggantikan kehadiran fisik yang tak bisa mereka berikan padaku saat ini. Makanya, aku pun akan berlaku sama: berusaha menggantikan kehadiran fisik yang tak bisa aku berikan kepada mereka untuk sekarang, dengan membalas pesan-pesan mereka. Lagipula, mereka juga cukup tahu diri untuk tak menggangguku dengan hal-hal tak penting di jam kerja.

Aku minta maaf jika kadang, di sela-sela waktu kerja, aku melakukan ini dan itu. Bagimu itu mungkin tak penting, tapi bagiku itu penting. Itu adalah cara aku melepaskan kejenuhan. Aku manusia yang mudah jenuh dan kepalaku seringnya susah untuk diajak bekerja ketika mulai memasuki fase itu. Makanya aku akan melakukan ini dan itu untuk sesaat, untuk membuat rasa jenuh aku minggat. Setelah itu, setelah waktu yang tak terlalu lama itu, aku sudah akan kembali bekerja. Bagiku ini jauh lebih baik daripada aku memaksakan diri untuk terus memelototi pekerjaan sepanjang waktu tapi pada kenyataannya otakku tak bekerja.

Aku minta maaf jika kadang aku menasehati terlalu jauh dan berbicara terlalu banyak pada adik-adik kita. Mungkin bagimu itu tak penting dan berlebihan, tapi bagiku itu penting. Aku sadar aku manusia yang tidak sempurna yang pastinya masih butuh belajar banyak. Tapi aku sudah melewati hidup lebih banyak dari mereka, aku sudah bertemu dengan orang-orang yang menerima akibat dari kesalahan yang sama dengan apa yang mereka perbuat, yang akan mereka perbuat. Aku hanya tak mau adik-adik kita mendapatkan hal yang sama. Jika bisa kita cegah, mengapa tidak? Apakah harus kita biarkan mereka terjatuh terlebih dahulu, menerima akibatnya agar mereka bisa belajar? Apakah tidak jauh lebih baik jika mereka belajar dari kesalahan orang lain untuk tidak melakukan kesalahan yang sama?

Dan di atas semua itu, aku minta maaf karena aku berbeda. Mungkin bagimu itu tak penting, tapi bagiku itu penting. Bukannya Alloh sudah menciptakan setiap manusia berbeda-beda. Jika memang seperti itu, mengapa lantas aku harus sama?


Tapi, tenang saja. Walaupun aku suka menyumpal telingaku, menerima dan membalasi pesan-pesan, atau melakukan ini dan itu di sela waktu kerja, aku tetap akan menyelesaikan pekerjaanku. Aku tetap menjalankannya. Karena aku tahu setiap mikro detik dari waktu hidup aku nantinya akan dimintai pertanggung jawaban oleh Sang Pemberi. Aku tetap akan bekerja dan menyelesaikan pekerjaanku. Aku janji kau akan melihat hasilnya. Itu kan yang sebenarnya kau butuhkan?



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil