Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

60 Km/Jam

Gambar
    Seiring dengan pertambahan usia, ada beberapa kebiasaan saya yang disengaja maupun tidak memang harus berubah. Salah satunya adalah kebiasaan saya melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Dulu, sewaktu saya masih agak muda (iya, sekarang sudah merasa tua), saya suka sekali melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Sebenarnya bukan suka, tapi merasa harus karena untuk bisa mencapai sekolah atau kampus, saya harus melewati jalan raya antar kota yang banyak berisi bus atau truk yang tentunya kecepatannya tidak bisa dikatakan pelan. Ditambah lagi, waktu itu saya masih muda, masih belum banyak pertimbangan. Lama-kelamaan, hal ini menjadi kebiasaan dan saya mulai menyukainya.   Dulu, batas minimal rata-rata kecepatan saya adalah 60 km/jam. Dulu, saya menyukai bagaimana rasanya melaju dengan kecepatan itu, menyukai sensasi tiupan anginnya, menyukai sensasi ketika berhasil melewati beberapa kendaraan lain dan meninggalkan mereka jauh di belakang. Ya, saya tahu bahwa kebiasaan

Menyalahi Kodrat

Gambar
Saya bersyukur terlahir sebagai perempuan. Bukan karena saya merasa lebih unggul dari laki-laki. Bukan. Bagi saya laki-laki dan perempuan itu sama hebatnya, tidak ada yang lebih unggul satu sama lain karena pada kenyataannya tiap-tiap dari kita memiliki kelebihan dan kekurangan. Tapi, sungguh. Saya bersyukur terlahir sebagai perempuan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.   Bagi saya perempuan itu hebat karena secara langsung telah ditunjuk oleh Tuhan untuk mengemban tugas berat. Perempuan mendapat penunjukkan langsung untuk menjadi makhluk yang siap bekerja 24/7, dua puluh empat jam sehari dan tujuh hari seminggu. Perempuan itu diciptakan sebagai leher yang harus siap menyangga kepala keluarga dan menghubungkannya dengan badan, dengan tangan dan kaki yang siap bekerja. Sayangnya, saat ini ada beberapa hal yang sedikit mengganggu saya sebagai seorang perempuan.   Saya bukan perempuan yang akan setuju ketika ada yang mengatakan bahwa kodratnya perempuan itu di dap

Bukan Anak Bapak, Bukan Anak Ibu

Gambar
  Perkenalkan, nama saya Fina. Itu nama yang orang tua saya berikan kepada saya. Tapi kemudian banyak nama yang orang gunakan untuk memanggil saya. Nama-nama khusus yang mereka buat untuk memanggil saya. Nina, Pipin, Pintoy, Pinot, Fini, Fani, entah apa lagi. Saya sudah lupa. Bukannya saya bermaksud sombong, tapi memang pada kenyataannya banyak orang yang dekat dengan saya dan saking dekatnya, mereka membuat nama kesayangan untuk saya. Saya tidak pernah bermasalah dengan itu. Saya tahu mereka menyayangi saya dan itu adalah salah satu cara mereka menunjukkan rasa sayang mereka kepada saya. Tapi, di luar itu, ada juga beberapa nama yang beberapa orang gunakan untuk menyebut saya yang tidak saya sukai.   Seingat saya sewaktu saya kecil sampai SMA, saya adalah orang yang begitu menikmati hidup. Saya benar-benar melakukan apa yang saya suka dan menyukai hal-hal yang saya lakukan. Saya tidak pernah merasakan dipaksa untuk ikut les ini dan itu, tidak pernah dituntut untuk selalu m

Dari Telinga Saya Belajar

Gambar
    Ada yang bilang bahwa perempuan itu jatuh cinta dengan apa yang dia dengar. Sebagai seorang perempuan, saya mengamini hal itu. Saya merasa memang saya mudah jatuh cinta dengan apa yang saya dengar daripada apa yang saya lihat. Saya lebih mudah jatuh cinta pada sebuah lagu daripada sebuah film atau buku. Makanya, ada lebih banyak hal yang saya pelajari dari mendengar daripada melihat. Ada banyak hal yang saya pelajari dari telinga.   Saya belajar bahwa manusia dikaruniai sepasang telinga dan satu mulut bukan tanpa alasan. Dari awal Tuhan memang sudah memberikan petunjuk kepada manusia untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara. Karena Tuhan tahu manusia itu makhluk yang terburu-buru, yang lebih sering sekilas mendengar, tidak memahami, tapi sudah buru-buru menjawab. Sampai akhirnya muncul yang namanya salah pengertian dan mungkin berujung pada pertengkaran. Seperti yang semalam terjadi. Saya tidak terlalu tahu apa permasalahan sebenarnya tetapi tiba-tiba salah sat

Terbang Bersama Para Malaikat dan Sebuah Suara Tawa dari Kursi Belakang

Gambar
    Hari Jumat kemarin saya terbang dari Ternate menuju Jakarta. Ceritanya, minggu ini saya mendapat tugas untuk mendampingi mahasiswa yang sedang praktik klinik keperawatan Jiwa di Jakarta. Hari Jumat kemarin saya mengambil penerbangan siang agar paling tidak Jumat malam saya sudah bisa sampai di Jakarta dan melanjutkan perjalanan ke Bogor dulu untuk bertemu dengan keluarga Om saya. Tapi yang namanya manusia memang hanya bisa berencana.   Sesuai jadwal yang tertulis pada tiket, pesawat saya seharusnya berangkat pada pukul 14.30 WIT. Pukul 13.30 saya sampai di bandara, di depan meja cek in. Dengan wajah yang tidak menyenangkan dan tanpa senyuman, petugas di meja cek in tersebut mengambil tiket yang saya serahkan lalu mengangkat wajahnya ke arah saya.   “Jakarta ya, Mbak?” tanyanya.   “Iya.”   “Pesawatnya delay. Nanti jam setengah empat baru berangkat,” katanya masih tanpa senyuman. Dan lebih parahnya, tanpa kata maaf. Dia kemudian diam menatap saya dengan sebe