Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2009

Bintang Kecil

Gambar
Aku sebuah bintang kecil yang selama ini berpikir bahwa semua manusia adalah makhluk terhebat di antara makhluk yang lain. Tapi, kemudian aku sadar kalo apa yang aku pikir selama ini adalah sebuah kesalahan. Ternyata tidak semua manusia sehebat apa yang selalu aku dengar. Ternyata ada makhluk lain yang lebih hebat dari sebagian besar manusia. Namanya Semut. Dari atas sini, aku sering mengamati makhluk-makhluk kecil itu berbaris, mencari makan. Awalnya sih aku menganggap remeh mereka. Mereka hanya makhluk yang sangat kecil, apalagi dibandingkan dengan manusia yang selama ini aku anggap hebat. Mereka itu bukan apa-apa; kecil, jelek, lemah. Paling, terinjak manusia saja mati. Tapi sesuatu mengubah pandanganku bahwa sesuatu yang kecil itu tidak selalu lemah, bahwa sesuatu yang nampak bagus itu belum tentu bagus. Ngomong-ngomong, kemarin Bumi bilang padaku kalo dia sedang tidak enak badan. Yah, bagaimana bisa enak badan kalo pembuluh darahnya saja dipenuhi sampah. Bagaimana bisa enak

Aditya

Gambar
  Hal yang paling aku sukai adalah meneriakkan namaku dari atas tebing, mendengar suaraku digemakan oleh dinding-dinding tebing. Yah, sebenarnya aku tidak pernah tahu kenikmatan mendengarkan namaku digemakan sebelum aku mengenal sahabatku. Namanya Aditya Putri. Dia adalah orang pertama yang aku kenal sejak aku menjejakkan kaki di kampus. Dia juga orang pertama yang meninggalkanku. Tapi aku menyayanginya, sama halnya dengan teman-teman yang lain. *** “DITYAAAA!!!” Aditya meneriakkan namanya keras-keras. Jujur, aku tidak tahu apa maksudnya. Seperti anak kecil saja. “Dengar-dengar!” Aditya menarik-narik lengan bajuku. “Apaan, sih?” “Dengar tidak? Alam memanggil namaku.” “Yaelah! Itu kan gema, Dit!” Aditya duduk di sisiku, tapi tidak mengatakan apapun. Dia hanya sesekali menatapku. Entah kenapa. “Kamu tahu tidak kalo semua ciptaan Tuhan punya ingatan?” tanya Aditya tiba-tiba setelah diamnya yang cukup lama. Aku menggeleng. “Bukannya yang punya

Sssalah Kaprahhh 1: AKUT

".. Pak X kemarin meninggal. Ah, penyakitnya sudah akut .." Sering dengar kalimat semacam itu, kan? Atau jangan-jangan malah kita sendiri yang sering mengucapkan hal itu? Kebanyakan dari kita memang menggunakan istilah ini untuk menggambarkan suatu keadaan yang sangat parah. Sssalah kaprahhh!! Yang benar, AKUT adalah konotasi yang digunakan untuk menggambarkan penyakit yang durasinya pendek, perkembangannya cepat, dan membutuhkan perawatan yang segera. Akut adalah ukuran skala waktu suatu penyakit, yang merupakan kebalikan dari kronis. skala waktu ini tergantung dari jenis penyakit. Contohnya, infark miokard akut (serangan jantung) berlangsung selama satu minggu, tetapi nyeri tenggorokan akut berlangsung selama satu atau dua hari saja (http://www.medterms.com). Pada prakteknya, istilah ini sering disalahartikan dengan istilah "parah". padahal kedua istilah ini sangat berbeda. Jadi, AKUT bukanlah istilah yang menggambarkan tentang tingkat keparahan suatu penyakit, t

Perbincangan di Perempatan

Di perempatan jalan itu, di belakang lampu lalu lintas, sebuah rambu bundar berwarna merah menyala dengan garis putih di tengahnya, berdiri dengan tegak. Sudah tiga tahun rambu itu berdiri di sana, tapi masih saja ada yang melanggarnya. *** Ciiiiiiiiiiittt!!!! Jdueer!!!!! Dengan sukses, motor berwarna hitam yang baru saja melewatiku dengan kecepatan 60 km per jam itu menabrak sepeda motor lain yang datang dari arah berlawanan. Beberapa orang lantas berkumpul, mencoba menolong korban yang bermandikan darah. Ugh, menyebalkan! Padahal aku sudah berdiri di ujung jalan ini sejak tiga tahun yang lalu. Tapi tetap saja ada yang nekat melewatiku. Apa mereka tidak tahu kalau aku dipasang di ujung jalan ini untuk mencegah manusia memasuki jalan di belakangku? Sebenarnya mereka itu tidak tahu atau pura-pura tidak tahu? O iya, orang Jawa bilang namaku ”Porboden”. Iya, aku adalah salah satu rambu lalu lintas. Bentukku bulat berwarna merah dengan garis warna putih di bagian tengah. Aku yaki

Pedang

Head line surat kabar pagi ini; SEORANG DOSEN SEBUAH UNIVERSITAS TERKEMUKA MENJADI KORBAN PEMBUNUHAN Semua orang di kota ini pasti tahu Pak Hira, dosen di salah satu universitas terkemuka yang juga seorang pembicara terkenal itu. Dia meninggal. Semalam orang menemukan mayatnya tergeletak berlumuran darah di pinggir jalan. Mayatnya tidak lagi punya bibir. Pembunuh itu pasti mengambilnya. Kejam sekali. “Tidak. Dia tidak kejam. Semua itu bukan salahnya,” kata sebuah suara tiba-tiba di belakangku. Bulu kudukku langsung berdiri. Aku tidak berani menoleh. Dan suaraku rasanya tidak mau keluar, tercekat di leher. “Semuanya salahku,” kata suara itu lagi. Kali ini aku merasakan seseorang menepuk bahuku pelan. Lantas aku menemukan seorang laki-laki yang cukup aku kenal, duduk di kursi di dekat komputer yang sedang aku hadapi. Dia tersenyum dengan wajah pucatnya. Kedua matanya yang menampakkan kesedihan menatapku. “Jangan menyalahkan dia. Bukan dia yang salah. Aku yang salah. Seharusnya

Tips Memilih Wakil Rakyat yang Baik

HUWAH... Kota solo (dan kota-kota lain di negeri ini) jadi keliatan rameee banget! Jadi warna-warni en meriah sama bendera, mmt, sama gambar-gambar para calon wakil rakyat yang mewakili partai politiknya. Yap, betul! Mereka adalah orang-orang yang mengiklankan dirinya, yang berusaha membuat diri mereka dipilih oleh masyarakat umum seperti kita pada saat pemilu legislatif tanggal 9 April 2009 nanti. Harus nyoblos loh! Kan golput haram.. Hewhewhew... Becanda. Golput itu hak tiap warga negara Indonesia yang dijamin oleh undang-undang, bahkan undang-undang dasar 1945 yang adalah dasar negara kita. Dan halal-haram itu milik Gusti Ingkang Maha Kuwaos. Tapi, secara pribadi saya tidak setuju golput. Kita, sebagai warga negara sebaiknya berpartisipasi dalam menentukan masa depan negara ini. Janganlah jadi egois yang pengennya "cuci tangan" dari kewajiban, tapi ketika hasilnya buruk, bisanya cuma menyalahkan orang lain. Lagian, ini juga buat anak cucu kita, loh! Relakah kita kalo tahun