Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Daster Ungu Bercorak Kuning

Gambar
Ada robekan di bagian bawah belakang dan jahitan di beberapa tempat lainnya. Ada lagi robekan kecil di bagian perut yang dibiarkan menganga. Aku ingat seminggu yang lalu tikus menggigitinya ketika daster itu diletakkan di tumpukan pakaian kotor di belakang rumah. Ada juga tambalan di salah satu ketiaknya. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa ibu masih juga memakai daster berwarna ungu itu. . Aku juga tak habis pikir, mengapa daster-daster ibu yang lain nasibnya tak berbeda jauh dengan si Daster Ungu Bercorak Kuning itu. Ada jahitan di sana-sini. Mengapa tak beli saja daster baru? . Aku juga tak habis pikir dengan piring-piring seng yang tertumpuk di meja makan, yang setiap hari masih ibu pakai, yang sudah ada sejak aku SD dulu, dan berlubang di sana-sini. Tak habis pikir mengapa ibu tak membuangnya saja dan membeli yang baru, tapi lebih memilih membeli stiker penambal panci di abang-abang tukang jualan perkakas di pasar. . Aku benar-benar tak habis pikir. Setiap kali kubil

Pengemis

Gambar
Gladhag, Solo, Jawa Tengah (dokumen pribadi) . . "Paringi, Den.." . "Ibu ini, badan masih sehat begitu kok mengemis! Cari kerja sana, Bu. Jualan, kek. Apa,  kek. Jangan ngemis gitu!" katamu. "Pasti ibu ini sebenarnya uangnya banyak. Kayak yang di tv itu. Bu, puasa-puasa gini jangan nipu, Bu. Dobel-dobel dosanya! Orang mampu kok ngemis." . Wanita yang pakaiannya lusuh dan wajahnya terlihat kusam itu hanya diam menatapmu. . Lalu tiba-tiba kawanmu merogoh saku celana, mengeluarkan selembar uang dua ribuan, dan memberikannya kepada wanita itu. Wanita itu segera berlalu. . "Kalo mau ngasih, kasih aja. Kalo ga, yaudah. Bilang aja ga bisa ngasih," kata kawanmu sewaktu kalian kembali melangkah di city walk Gladag. . "Kamu tuh, mendorong mereka terus mengemis. Kamu tahu kan Alloh ga suka sama hambanya yang mengemis?" tanyamu. "Mereka itu tuh cuman pemalas aja. Sebenernya masih mampu kerja. Cuman karena males, terus masih ba

Rumah

Gambar
Plosorejo, Sukoharjo, Jawa Tengah (dokumen pribadi) . . "Dulu kita suka mandi di sumur itu," kataku. . Aku tersenyum sendiri. Ingatan tentang masa lalu itu kemudian datang bertubi-tubi. . Di dekat sumur itu dulu ada kamar mandi. Dua. Satu bilik berisi bak mandi cukup besar. Bilik satunya hanya bak kecil. Keduanya tak berpintu. . Sekarang sumur itu berdiri sendiri. . Pintu yang ada di dekat sumur itu mengarah ke dapur. Di sisi kiri, di bawah jendela, ada tungku berbahan bakar kayu tempat simbah biasa memasak. . Aku kemudian membayangkan lebaran di rumah itu dulu. Tak pernah sepi. Ada saja suara tawa dan canda. Ada juga suara simbah yang terdengar khawatir melihat cucu-cucunya berlarian ke sana ke mari. Teriakan simbah yang menyuruh kita makan, mandi. . Dulu. . Sekarang, di lebaran kali ini, rumah ini terlihat sepi. Sama juga di beberapa lebaran sebelumnya setelah simbah akhirnya memutuskan untuk tak lagi tinggal di sana. . Banyak yang sudah berubah. Ada a

Syawalan

Gambar
. . "Lusa mulai puasa lagi," katamu sewaktu melangkah pelan di sisiku. . Salatiga malam ini cukup ramai. Maklum malam takbiran. . "Puasa syawal, ya?" tanyaku. . "Nggak. Mau bayar hutang puasa dulu. Habis itu baru puasa syawal." . "Kok gitu? Harusnya kan puasa syawal dulu." . "Ya nggak, lah. Harusnya tuh bayar hutang puasa dulu. Masak sunnah-nya dulu baru wajibnya?" . "Bayar hutang kan bisa nanti-nanti. Ada waktu setahun. Puasa syawal kan waktunya terbatas. Ya kalo habis bayar hutang, kamu ga haid. Kalo haid lagi, bisa habis nanti bulan syawalnya." . "Ya kalo umur kita nyampe setahun? Kalo ga? Mending mati tanpa nanggung hutang puasa lah." . "Kalian ini..." Dia yang ada di antara kita mulai tak lagi tahan untuk berdiam. "Mau bayar utang dulu kek, mau puasa syawal dulu kek, ga ada yang salah. Terserah kalian." . "Kok gitu?" protesku berbarengan

Yang Terlupakan

Gambar
Gladhag, Solo, Jawa Tengah (Dokumen Pribadi) "Besok sudah idul fitri ya, Kak?" tanyanya tiba-tiba. Aku mengangguk dengan senyuman lebar. Berharap, dia akan tersenyum sama lebarnya denganku. Tapi, nyatanya tidak. Gadis kecil itu malah menghela napas. "Kenapa? Kok sedih?" "Aku suka kalo lagi Ramadan, Kak. Bisa ga, idul fitrinya diundur? Ramadannya ditambah lagi?" "Memangnya kenapa, Sayang?" "Habis, kalo Ramadan aku bisa makan enak terus. Setiap hari adaaa aja yang dateng ke panti ngadain buka bersama. Aku seneng kalo ada buka bersama, Kak. Tapi, habis idul fitri, mana ada yang datang ke panti lagi? Nanti kita makannya cuma sayur sama tempe tahu lagi." Aku mengelus kepalanya. "Yang penting kita bisa makan," kataku. "Ya tapi kan enak kalo tiap hari bisa makan enak. Gapapa deh aku nahan lapar dan haus seharian. Yang penting setiap buka puasa, ada yang dateng ke panti buat ngadain buka bersama. Ada yang in

Habis

Gambar
Gawok, Sukoharjo, Jawa Tengah "Besok lebaran kok mukamu malah jelek gitu? Kenapa? Ga ada duit buat beli baju baru?" "Baju baru.. Kayak anak kecil aja." "Terus kenapa? Pusing mikirin persiapan lebaran?" "Bukan.." "Terus?" "Sedih aja mikirin, udah mau habis." "Apa?" "Obralan." "Yaelah. THR lu kan masih banyak. Ya masak sedih cuman gegara obralan di toko habis. Jangan kayak orang susah gitu, deh." "Obralan pahala yang mau habis." "Ooh... itu." "Taun depan, masih bisa ketemu ga ya? Umurku masih cukup ga ya buat ketemu Ramadan lagi?" "Semoga masih." "Semoga." Solo, 14 Juni 2018 #Habis #30CeritaRamadan photo credit: @damarpoet

Duit Fitrah

Gambar
Masjid Muhajirin, Falajawa, Ternate, Maluku Utara "Besok udah lebaran. Udah nyiapin angpao?" "Buat apa?" "Dibagiin lah. Kan ponakanmu banyak." "Nggak nyiapin. Nggak ada duit." "Lah. Kamu kerja setahun, masak ga bisa nyisihin duit buat ponakan sendiri?" "Kan udah sering ngasih kalo pas ada rejeki." "Ya kan beda. Ini kan lebaran. Kalo lebaran tuh wajib bagi-bagi duit buat anak kecil." "Nggak ada aturannya kok di agama." "Di sosial ada. Masak ga malu kamu ga ngasih duit ke ponakan-ponakanmu? Nanti kan anakmu juga bakal dapet duit dari sodara-sodaramu." "Ga. Buat apa malu? Kenyataannya memang ga ada duit buat dikasih sekarang. Nanti kalo ada rejeki, ya pasti ngasih. Ga harus pas lebaran." "Liat aja nanti. Kusuruh anakku minta duit fitrah ke kamu. Hahahaha.." "Kamu ga malu?" "Malu kenapa gitu?" "Ngajarin anakmu mengemis."

Pohon Pahala

Gambar
Benteng Vastenburg, Solo, Jawa Tengah (dokumen pribadi) "Ini pohon apa, Pak?" tanya anak kecil yang baru saja berlarian di halaman benteng. Dia duduk di kursi besi di sebelah kursi yang kududuki sekarang. "Asam Jawa," jawab bapaknya. "Pohon Pahala," lanjutnya. Aku mengernyit. Heran. Pohon pahala, katanya? "Pohon pahala?" tanya anaknya. "Iya. Pohon pahala buat siapa pun yang sudah menanamnya." "Kok bisa, Pak?" "Kakak seneng ga duduk di sini?" tanya si Bapak. Anaknya mengangguk. "Kenapa?" "Soalnya di sini teduh. Terus segar. Kata Pak Guru, kalo siang pohon menghasilkan oksigen yang kakak butuh buat bernapas. Makanya segaaaar.." "Pinter nih anak bapak. Kakak dapet teduhnya, dapet oksigennya. Bapak juga. Siapa pun yang duduk di sini juga dapat manfaatnya. Belum lagi kalo nanti ada yang makan buahnya. Binatang atau manusia. Mereka juga akan dapat manfaatnya. Setiap manfaat it

Tau Gitu

Gambar
Pantai Falajawa, Ternate, Maluku Utara "Tau gitu tadi aku nggak usah keluar cari makan," kataku, penuh keluhan, begitu mematikan sambungan telpon dan memasukkan ponsel ke dalam taa kecil yang kusandang. "Kenapa emangnya?" "Dapet kiriman makanan mateng dari sodara. Barusan bunda nelpon, nyuruh kita pulang, ga usah beli makanan buat buka puasa." "Ooh.. gitu." "Iya. Makanya. Tau gitu nggak usah keluar dulu tadi. Mana panas. Bikin tambah haus.. lemes.." "Hush. Nggak boleh gitu," tegurmu. "Alhamdulillah." "Apa? Emangnya kalo lagi puasa terus ga boleh ngerasain haus gitu?" "Ngerasain jelas lah. Kan emang nggak makan sama minum. Tapi janganlah dikeluhin. Sebisa mungkin kurangi mengeluh. Yang ikhlas dong." "Iye.. iye ah." Kamu tertawa kecil. "Tapi bukan itu juga sebenernya yang kubilang ga boleh tadi." "Terus?" "Ga boleh ah bilang tau gitu.. t

Ibadah

Gambar
Pelabuhan Bastiong, Ternate, Maluku Utara "Duh, panas. Malesnya kalo berangkat kerja pas panas gini. Mana lagi puasa." "Ayuk semangaaat..." "Apa nggak usah berangkat aja, ya? Tidur aja." "Masak tidur terus? Puasa bukan alesan buat males-malesan.. Mumpung Ramadan, banyak-banyakin ibadah. Jadikan kerja sebagai ibadah. Harus tetep semangat." "Eits.. jangan salah. Tidurnya orang puasa itu ibadah, loh." "Eits... jangan salah juga. Ibadah atau tidak itu tergantung niatnya." "He?" "Kalo niatmu karena bermalas-malasan ya nggak bakal jadi ibadah. Tidur yang kayak gini mah tidur yang sia-sia. Beda kalo tidurmu itu tidur dengan niat biar kuat melakukan shalat malam dan kuat melakukan amalan lainnya. Tidur yang kayak gini nih yang bernilai ibadah. #Ibadah #30CeritaRamadan Surakarta, 11 Juni 2018 photo credit: Wahyu Wiyono Sumber : https://rumaysho.com/454-tidurnya-orang-yang-berpuasa-adalah-ibadah

The Power of Emak-Emak

Gambar
"Mengapa harus the power of emak-emak yang menjadi sorotan? Sedangkan tidak semua emak-emak suka melanggar lalu lintas. Tidak juga semua suka seenaknya sendiri di jalan. Tidak juga semuanya tidak mahir mengendarai kendaraan. Sedangkan tidak semua pelanggar peraturan dan rambu lalu lintas itu perempuan. Tidak juga semua yang suka menyalakan sen kanan tapi belok kiri, menyalakan sen kiri belok kanan, berbelok tanpa menyalakan sen, atau menyalakan lampu sen langsung belok itu perempuan. Tidak juga semua yang berkendara pelan di sebelah kanan dan menghalangi jalan itu perempuan. Tidak juga semua yang suka ngotot jika diperingatkan atau diberi sanksi oleh polisi itu perempuan. Laki-laki juga ada. Juga tak sedikit. Bapak-bapak juga ada. Juga tak sedikit. Mengapa kita suka sekali memukul rata untuk hal-hal yang negatif? Mengapa juga kita suka sekali mengonsumsi kesalahan orang lain? Mengapa istilah "The Power of Emak-Emak" tidak digunakan saja untuk benar-be