Daster Ungu Bercorak Kuning



Ada robekan di bagian bawah belakang dan jahitan di beberapa tempat lainnya. Ada lagi robekan kecil di bagian perut yang dibiarkan menganga. Aku ingat seminggu yang lalu tikus menggigitinya ketika daster itu diletakkan di tumpukan pakaian kotor di belakang rumah. Ada juga tambalan di salah satu ketiaknya. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa ibu masih juga memakai daster berwarna ungu itu.
.
Aku juga tak habis pikir, mengapa daster-daster ibu yang lain nasibnya tak berbeda jauh dengan si Daster Ungu Bercorak Kuning itu. Ada jahitan di sana-sini. Mengapa tak beli saja daster baru?
.
Aku juga tak habis pikir dengan piring-piring seng yang tertumpuk di meja makan, yang setiap hari masih ibu pakai, yang sudah ada sejak aku SD dulu, dan berlubang di sana-sini. Tak habis pikir mengapa ibu tak membuangnya saja dan membeli yang baru, tapi lebih memilih membeli stiker penambal panci di abang-abang tukang jualan perkakas di pasar.
.
Aku benar-benar tak habis pikir. Setiap kali kubilang untuk membuang barang-barang itu, pasti ibu tak mau. "Sayang duitnya," katanya. "Selama masih bisa difungsikan, mengapa harus beli yang baru lagi?" Padahal anak-anaknya sudah gemas sekali. Tapi kalau dipaksa dibelikan, bisa mengomel tak habis-habis ibu nanti.
.
Yang aku tak habis pikir lagi, ibuku itu hidupnya pas-pasan sekali. Tapi suka sekali membagi-bagikan duitnya. Bayar parkir sepeda motor saja, selalu dikasihnya uang lebih. Lalu setiap kali ke toilet umum, dikasihnya uang sepuluh puluh ribu ke penjaganya. Tukang sapu di jalanan, dia kasih uang juga. Segala kotak sumbangan masjid diisi banyak-banyak. Padahal katanya sayang uang, eh ini malah dikasihnya ke orang-orang.
.
Sampai akhirnya tak tahan lagi aku untuk diam. Kubilang ke ibu barusan, "Ibu ini macam orang kaya. Semua orang dikasih duit."
.
"Ngasih orang tak perlu menunggu kaya," katanya. "Lagian kan mereka udah kerja keras. Ibu cuma mau kasih hadiah buat kerja keras mereka. Walaupun ga bisa kasih banyak. Katamu memberikan hadiah itu sunnah."
.
"Betul sudah. Tapi kan buat hidup saja kita ini pas-pasan. Kata ibu, sayang duitnya. Ini malah...."
.
"Iya. Sayang duitnya kalo hanya dibelikan barang-barang duniawi seperti itu. Tak bisa nanti ibu bawa mati daster baru, piring baru. Iya, kan? Lagipula, rezeki sudah diatur. Jangan khawatir. Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Begitu, kan?"
.
.
.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil