Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Cuti Bersama

Gambar
http://brcouncil.com/jobs/ "Sibuk kamu?" tanya seorang perempuan. "Nggak terlalu. Tinggal ngeprin ini aja. Kenapa?" jawab laki-laki yang duduk di belakang meja, yang baru saja didatangi. Dia  memandangi kursi kosong yang ada di depan mejanya, yang ada di sisi perempuan itu, memberinya tanda untuk duduk. "Kesel. Permohonan cutiku ditolak," keluh perempuan itu seperti biasa. "Duduk dulu." Perempuan itu menurut lalu menjatuhkan diri di kursi kosong yang ditunjukkan padanya. "Cuti apa?" "Kan aku ngajuin cuti tahunan. Kan cutiku belum kuambil sama sekali dua tahun ini. Mumpung ini di rumah ada acara juga, jadi aku mau cuti, mau pulang pas lebaran ini. Tapi ditolak. Ngeselin." "Kenapa emangnya?" "Soalnya katanya habis lebaran itu ada cuti bersama jadi nggak boleh ngambil cuti. Aneh-aneh aja. Emang ada gitu aturannya di PP 53?" Laki-laki itu tersenyum, sesaat membuka laci meja lalu mengelu

Sepele

Gambar
Dengan kesal aku menghentikan langkah, lalu memutar bola mata sewaktu tahu dia memungut botol plastik bekas minuman dari dekat kakinya untuk kemudian dia buang ke tempat sampah. Aku kesal karena ini bukan yang pertama kalinya dalam sehari ini. Dia selalu saja berhenti setiap kali menemukan sampah berserakan di jalam, memungutnya, lalu membuangkannya ke tempat sampah. "Kurang kerjaan banget. Mau kamu buang ke tempat sampah pun, nanti juga endingnya cuman bakalan ditumpuk di tempat pembuangan akhir." "Nggak papa. Paling engga tempat ini jadi lebih bersih. Allah kan senang keindahan," jawabnya. Cis. Aku melanjutkan langkah bersamanya. Lalu tak lama langkah kami terhenti lagi. Gadis itu hanya menepuk pundakku pelan, memberikan tanda bahwa ada yang harus dia lakukan. Lalu di sana dia, membantu seorang ibu yang kesusahan mengeluarkan motor dari tempat parkir. "Itu kan ada tukang parkir," kataku menyambutnya ketika dia kembali mendatangiku. "Y

Seringnya

Gambar
http://www.aterriblehusband.com/gift-of-listening/ Seringnya kita lebih peduli pada siapa yang berbicara, bukan pada apa yang dibicarakan. Seringnya, pada mereka yang kita anggap "di bawah" kita, kata-kata itu hanyalah sampah, yang setiap penjelasannya bisa selalu kita jawab dengan, "Sudah! Saya tidak mau dengar!". Seringnya, kebanyakan dari kita ini merasa paling mengerti, paling berpengalaman, dan lebih parahnya, paling benar sehingga berhak untuk selalu mengatakan, "Kamu itu saya jelaskan dari tadi kok susah sekali ya pahamnya?" Seringnya, kita ini lupa bahwa kita ini manusia biasa yang sudah pasti membuat dan akan membuat kesalahan. Seringnya, kita lupa bahwa hidup ini dinamis, selalu bergerak sampai nanti mencapai garis finish. Dan seringnya kita lupa bahwa sebenarnya setiap orang yang kita temui itu adalah guru yang pasti tahu sesuatu yang kita tidak tahu. #Seringnya Ternate, 28 Januari 2015

Ribet!

Gambar
Shutterstock "Nggak magrib?" "Nggak. Ntar aja dijama sama isya." "Kenapa? Kan ada mushalla itu." "Ya habis nggak ada mukenanya. Emang ribet jadi perempuan." "Ribet gimana?" "Ya ribet. Mau sholat aja ribet. Kudu bawa mukena ke mana-mana. Kan ribet. Nambahin beban bawaan." "Engga ribet kok." "Heleh.. nggak ribet gimana? Ya tetep aja ribet lah." "Lagian ngapain juga mesti bawa-bawa mukena?" "Ya buat sholat lah. Masak sholat auratnya nggak ditutup dengan benar?" "Masak nutup aurat dengan benar cuman kalo sholat? Kan perintahnya setiap saat, nggak cuman waktu sholat. Wajib pula hukumnya." "Maksudmu aku belum bener gitu?" "Kan kamu sendiri yang bilang tadi, bukan aku. Kalo nutup auratnya udah bener, kan nggak perlu ribet bawa-bawa mukena lagi kemana-mana. Jadi cewek itu nggak ribet kok."

Lawan!

Gambar
pinterest "Pemerintah itu... Bla bla bla... Sebagai generasi muda, kita harus bla..bla..bla.. Jangan hanya duduk diam di kelas. Buatlah perubahan. Mari melawan ketidakdilan!" "Berarti jadi generasi muda harus kuat ya, Mas?" "Jelas.. kita yang harus membuat perubahan, melawan kediktatoran orang-orang di atas sana, kita yang harus..." "Kalo bangun sholat subuh jam berapa, Mas?" "Hah?" "Iya. Sebelum mas ngajakin saya melawan yang macem-macem, saya mau nanya itu dulu aja. Bangun sholat subuh jam berapa?" #DuniaDalamKepala01 Ternate, 08 Desember 2016

Sayang yang Seharusnya

Gambar
http://impfashion.com/tumblr-love/ Jika dia membiarkanmu duduk di boncengan motornya tanpa mengingatkanmu untuk memakai helm dan mengencangkan talinya karena kau bilang gerah dan sebagainya, atau membiarkanmu duduk di kursi penumpang tanpa mengingatkanmu untuk memakai sabuk pengaman hanya karena kau beralasan ribet dan sebagainya, jangan percaya jika dia bilang sayang. Sayang itu tak memanjakan, tapi menjaga. Jika dia membuatmu melanggar jam malam yang ditetapkan ayahmu, atau membuatmu bertengkar dengan ibumu, atau membuatmu melawan keduanya, jangan percaya jika dia mengumbar "i love you"-nya. Karena cinta seharusnya membuat kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya, bukannya menjadi anak durhaka. Jika dia membiarkanmu tak menutupi bagian tubuhmu yang seharusnya kau tutup, atau membiarkanmu puas tertidur hingga terlewat waktu sholatmu, jangan percaya jika dia bilang cinta. Cinta itu tidak mengajakmu ke neraka, tetapi ke surga.

Balada Sidak

Gambar
123RF.com "Tapi memang tak patut sekali." Seorang perempuan berkemeja hijau menjauhkan ponsel dari hadapan wajahnya lalu menarik cangkir kopi dan menikmati isinya. "Apa yang tak patut?" Temannya, seorang perempuan dengan kemeja bunga-bunga meraih ponsel yang baru saja diletakkan di atas meja, lalu sejenak membaca apa yang ditayangkan layar itu. "Itu tuh... Pak Gubernur. Ngamuk-ngamuk dia pas sidak di rumah sakit." "Oooh... Itu." Ponsel itu kembali diletakkan ke atas meja. "Belum pernah ngerasain jaga malem sih dia. Nggak tahu gimana beratnya kerja di rumah sakit. Nggak tahu gimana capeknya." "Ya cuman kan nggak harus semua tidur bareng gitu kali. Kalo jaga itu ya jaga." "Terus nggak boleh tidur sama sekali gitu? Lah emang kita ini robot?" "Yang bilang kalian ini robot ya siapa?" "Ya kalo bukan, masak kayak gitu perlakuannya? Kayak yang kesejahteraan pegawenya udah bagus gitu."

Penista Agama

Gambar
www.asialifemagazine.com "Kasus penistaan agama itu gimana kabarnya sekarang?" tanya seorang laki-laki berambut ikal sesaat sebelum dia menyesap kopi dari gelasnya. "Udah ketutup berita lainnya kayaknya sekarang." Seorang laki-laki berkaca mata menjawab dengan tak acuh. Kedua matanya disibukkan oleh layar ponsel. "Manusia macam itu.. Seharusnya memang dihukum saja. Beraninya menista agama. Neraka tempatnya." "Menistakan itu artinya menghina kan ya?" "Iya. Agama kok dihina. Manusia kurang ajar." Laki-laki berkacamata itu menganguk-anggukkan kepalanya. "Hmmm.." "Oiya. Cuaca akhir-akhir ini serem." "Iya?" "Hujan angin terus. Apalagi hari Jumat kemarin itu, waktu aku pulang dari Bali. Cuaca tak bagus. Hujan angin parah." "Oya? Tapi bisa mendarat dengan sukses kan?" "Iya. Tapi kau tahu? Waktu mau mendarat itu... goyangannya parah. Penumpang sudah pada panik. Di

Pelajaran Hari Ini

Gambar
Pinterest Pelajaran hari ini: "Belajar. Pelajari semua aturannya. Pahami dahulu semuanya. Baru setelah itu silakan bicara." "Setiap orang yang kita temui adalah guru yang tahu ilmu yang kita tak tahu." "Jangan sombong. Alloh tak suka pada manusia yang sombong, yang merasa paling tahu, paling berkuasa, paling benar." "Kehormatan (respect) tidak bukan hadiah gratis dari umur atau kedudukan. Kehormatan itu harus diberikan terlebih dahulu baru bisa kita dapatkan. Kehormatan harus diperjuangkan. Hormati orang lain terlebih dahulu dan bersikaplah seperti manusia yang layak untuk dihormati, baru nanti, tanpa kita minta, orang lain akan menghormati kita." "TONG KOSONG NYARING BUNYINYA. Tak perlu banyak bicara. Tindakan adalah bukti yang sebenarnya, bukan kata-kata." Ternate, 20 Januari 2016 12:23 --------- Status saya di facebook satu tahun yang lalu.

Buat Apa Uji Kompetensi?

Gambar
unstrangemind.wordpress.com "Menghalangi rejeki orang saja," keluhnya dengan kesal. Aku pura-pura tak mendengarnya, berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaan yang sebenarnya baru saja kuselesaikan. "Menghalangi rejeki orang bagaimana?" "Ya kan harusnya, kalo nggak ada uji kompetensi segala, selesai wisuda, dapat ijazah, kita bisa langsung bekerja, bisa langsung bisa cari kerja. Gara-gara ada uji kompetensi, kan kesempatan kita buat cari kerjaan jadi tertunda. Apa coba namanya kalo bukan menghalangi rejeki orang?" Aku tak bergeming, sengaja bertahan hanya sekedar untuk mengetahui bagaimana akhir pembahasan topik yang cukup menarik itu. Cukup menarik, setidaknya buatku. Ini bukan pertama kalinya aku mendengar orang mengeluhkan tentang uji kompetensi. "Bukan." "Bukan? Maksudmu, bukan menghalangi rejeki orang gitu?" "He eh." "Kok bisa?" "Lah kan rejeki yang ngatur yang di atas sana. Emangnya

Bantu Saya Kah

Gambar
Www.dev-point.com "Ibu, bantu saya kah." "Bantu apa?" "Besok ada ujian dan saya ingin ikut ujian itu." "Terus?" "Tapi untuk bisa ikut ujian besok itu, syaratnya saya harus ikut kegiatan briefing hari ini." "Terus?" "Briefingnya sudah tadi pagi." "Terus?" "Saya tidak ikut briefing." "Kenapa?" "Terlambat." "Terus?" "Saya tidak diperbolehkan ikut briefing karena terlambat." "Briefing mulai jam berapa?" "Sembilan." "Kamu datang jam berapa?" "Setengah sebelas." "Kenapa tadi terlambat briefing?" "......" "Sama dengan alasan kenapa selama ini kamu selalu terlambat di kuliah, praktik, pertemuan?" "......" "Kenapa?" "......" "Sebelumnya sudah diberitahu kalo briefing akan diadakan jam 9?" "Sudah.&quo

Barang Kan Hujan

Gambar
http://www.hdwalle.com Langit mendung dan hujan turun semenjak sebelum subuh tadi. Inginku, dengan cuaca seperti ini, aku tak perlu keluar dari hangatnya selimut tebal dan tumpukan bantal di kasurnya. Inginku. Sayangnya aku tak bisa. Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Waktuku tinggal tiga puluh menit untuk bersiap-siap dan berangkat ke kantor. Dengan cepat aku melangkah memasuki kamar mandi, mengguyur tubuh dengan air yang pagi ini lumayan menggigit dinginnya. Lumayan untuk membuat tubuhku bangun dan memaksakan diri membakar kalori untuk menghangatkan diri. Pukul tujuh lebih empat puluh menit. Aku menarik cepat sebuah dress berwarna marun dari dalam lemari lalu mulai berpakaian. Kasur yang masih berantakan masih sempat aku rapikan sebelum akhirnya aku mengunci pintu kamar, memakai sendal, lalu memakai jas hujan. Hujan belum reda, masih sederas sebelumnya. Tapi tak ada alasan. Kewajiban harus tetap dijalankan. Jadi, berbekal sandal gunung dan jas hu

Lima Belas Menit Lagi

Gambar
sizzlingmagazine.com Tinggal lima belas menit lagi. Lima belas menit dan tanggal sudah berganti. Sayang rasanya meninggalkan hari ini. Tapi, mana mau waktu kuajak berkompromi?

Teruntuk Para Isteri

Gambar
http://asmfit2012.blogspot.com Teruntuk para isteri, kuberitahu padamu. Entah ini sudah ke berapa kalinya aku mendengar seorang suami mengeluh padaku. Katanya dia malu,               isterinya membagikan tautan di sosial media               lalu melekatkan namanya di sana. "Tautan tentang pahala suami mengajak jalan-jalan isteri," katanya. "Seolah aku ini tak pernah mengajaknya jalan-jalan saja." "Tautan tentang kata-kata yang membuat isteri bahagia," katanya. "Seolah hal seperti itu tak bisa dibicarakan secara pribadi saja." "Tautan tentang menemani isteri berbelanja ternyata membuahkan pahala," katanya. "Masih pula ditambahkannya tulisan, 'ini loh, Pa. Nemenin isteri belanja itu ternyata bisa dapat pahala'. Bah, memangnya tak pernah begitu kutemani dia?" katanya. "Kau sudah bilang padanya?" tanyaku. "Tentu saja sudah kubilang. Tapi ya... begitulah." Lalu ada lagi. "

Heran

Gambar
SQ online "Aku heran dengan manusia.." "Apa yang kau herankan?" "Yaaa... heran saja dengan mereka. Dengan pola pikir mereka," "Hmmm.." "Misalnya ini, sudah tahu kalo melanggar peraturan lalu lintas itu salah, sudah diingatkan bahwa tidak memakai helm dan melanggar lampu merah bisa membahayakan dirinya dan orang lain, tapi tetaaaaaap saja dilanggar. Terus nanti kalo kecelakaan terus sakit, dia tanya, 'apa salahku, Tuhan?'. Gitu." "Hmmm..." "Terus, misalnya lagi ini. Sudah tahu kalo bikin dosa itu nanti masuk neraka. Teteeeeep aja bikin dosa." "Hmmmm..." "Ah, kamu ini. Dari tadi cuma hmmmm... hmmmm... terus. Malas sudah aku." "Hmmmmm...." "Memangnya kamu itu bukan manusia?" "Manusia." "Lalu?" "Yaaa itu. Aku itu heran pada diriku sendiri. Begitu."

Senja Sudah Beranjak Pulang

Gambar
Pantai Kota Baru, Ternate (Koleksi Pribadi) Senja sudah beranjak pulang. Lalu aku teringat padamu,         pada waktu         yang sekali lagi kulewati tanpa arti. Entah apa yang harus kujawab jika Tuhanku nanti bertanya "Apa saja yang sudah kau lakukan dengan waktu yang kuberikan padamu?" Aku harus bilang apa? Tak ada pun yang bisa kubanggakan. Tapi oh tapi.... Bahkan ketika aku merencanakan untuk melakukan sesuatu nanti,          sesuatu yang kutahu akan menjadi jawaban yang berarti,          pada akhirnya waktu sekali lagi terlewati tanpa arti Ah, senja di sana sudah beranjak pulang Kurasa aku harus mulai benar-benar menyiapkan diri untuk pulang.

Pecahan Cermin Setan

Gambar
Pinterest Saya pernah membaca sebuah cerita tentang sebuah cermin ajaib. Saya agak lupa detail ceritanya seperti apa, tapi yang jelas, inti ceritanya adalah pada jaman dahulu ada cermin yang bisa digunakan untuk melihat kekurangan manusia. Cermin itu kemudian, entah karena apa, pecah menjadi kepingan-kepingan super kecil yang tertiup angin hingga masuk ke mata semua manusia di bumi. Sebagai akibatnya, setiap manusia sekarang lebih mudah melihat dunia dan seisinya dari sisi buruknya dan sulit untuk melihat sisi baiknya. Cerita ini mungkin hanya sebuah cerita fiksi. Tapi akibat yang diceritakan di dalamnya benar-benar terjadi di dunia ini. Lima tanda bahwa anda adalah orang Indonesia. Saya membaca kalimat itu sebagai sebuah judul video di youtube semalam. Saya mengeceknya dan saya lumayan kecewa dengan isinya. Menurut video itu, ada lima tanda bahwa Anda adalah orang Indonesia, di antaranya adalah (1) Anda sudah mulai menyetir sejak usia 12 tahun. Anda 'membeli' surat ij

Adil Tak Adil

Gambar
keshaphotography.com "Menurutmu adil nggak sih aturan yang memperbolehkan laki-laki menikah lagi karena istrinya nggak bisa punya anak?" "Hmmm.. Di agama diperbolehkan tidak?" "Boleh." "Berarti adil." "Gitu aja?" "Ya kan salah satu tugasnya manusia itu berkembang biak, melanjutkam keturunan. Kalo tidak bisa punya anak terus tidak diperbolehkan untuk menikah lagi, artinya kan menghalangi perkembang biakan manusia, memutuskan keturunan. Jika dengan si suami menikah lagi akan bisa melanjutkan keturunan, maka peraturan itu adil." "Rasanya kok engga ya? Ada tuh tetanggaku, karena dia nggak bisa punya anak, terus suaminya kawin lagi. Sama istri kedua dia punya anak. Terus sekarang istri pertama tugasnya ngurusin anaknya dan si suami pergi-pergi terus sama istri kedua. Ke mana-mana istri kedua yang diajak. Istri pertamanya suruh jagain anak di rumah. Nggak adil, kan?" "Kan tadi kamu nanya aturannya.

Hai, Matahari

Gambar
pixabay Hai, Matahari. Apa kabar? Sebenarnya aku ingin menyapamu sedari tadi. Tapi, maaf pekerjaanku banyak hari ini. Jadi, bagaimana kabarmu? Lama aku tak melihatmu bersinar seterang hari ini. Rindu aku sebenarnya pada kehangatanmu. Beberapa hari ini aku tak benar-benar bisa merasakanmu. Ada hujan yang turun, atau jika tidak, ada awan mendung. Ini, aku bukan mengeluh. Untuk apa pula aku mengeluh. Kau tahu sendiri bagaimana aku mencintai hujan. Tapi, Matahari, kau juga tahu bagaimana aku membutuhkanmu. Aku jelas merindu jika tak ada dirimu. Tapi, ngomong-ngomong, kau tahu tidak mengapa hari ini hujan tak datang? Iya, kan? Dia sama sekali tak datang hari ini? Apa kalian memang sengaja mengatur waktu, tahu bahwa aku merindukanmu? Atau mungkin karena dia di sana sudah menyampaikan salamku pada hujan? Iya, kemarin aku memang mengirimkan salam pada hujan sewaktu dia bilang di tempatnya sana hujan turun dengan deras. Aku bilang padanya untuk menyampaikan salamku, menyampaikan pada

Sekantong Permen Jeli

Gambar
segiempat.com Orang bergolongan darah B tidak suka diatur. Begitu bunyi salah satu kalimat di buku yang membahas tentang golongan darah. Sebagai seorang bergolongan darah B, saya sebenarnya tidak terlalu setuju. Saya suka keteraturan dan tidak suka manusia yang tidak bisa diatur. Tapi memang sebenarnya saya ini lebih suka kebebasan. Saya tidak suka diatur dengan peraturan yang aneh-aneh, tidak berdasar, atau dibuat sesuka hati. Saya lebih suka keteraturan, tapi saya menghargai kebebasan. Peraturan dan kebebasan. Dua hal ini membuat saya teringat pada sekantong permen jeli. Permen warna-warni beraneka rasa yang kenyal itu. Iya. Itu. Sewaktu kuliah dulu, saya sudah lupa semester berapa, saya pernah sedikit berseteru dengan seorang pengawas ujian karena sekantong permen itu. Sewaktu saya kuliah dulu, setiap kali akan mulai ujian, pengawas ujian akan membacakan peraturan ujian sampai saya, setelah beberapa kali ikut ujian, cukup hafal dengan isinya. Dan saya ingat dengan jelas seka

Salam Untuk Hujan

Gambar
@MarkHope "Di sini hujan," kataku. "Hujan tak datang di sini hari ini," balasmu. Lalu kita berdua diam sejenak. Kedua mataku memandangi tetes-tetes hujan yang disambut tanah, membuatnya menguarkan aroma yang tak pernah tak menyenangkan itu. Aku lantas mengeratkan dua lengan, melingkari kedua lutut seperti biasa, berusaha menghalau dingin yang malam ini dibawa hujan. "Bisakah kau sampaikan salamku untuknya?" tanyamu kemudian. "Siapa?" Aku tahu, ada nada bingung yang jelas di dalam suaraku. "Hujan." Lalu aku tertawa. Tak bisa aku menahannya ketika mendengar jawabmu. Titip salam kok untuk hujan. Ada-ada saja. "Bagaimana? Mau tidak kau sampaikan salamku untuknya?" tanyamu lagi. "Sebentar," kataku seraya menjauhkan ponsel dari telinga dan menoleh ke arah hujan. "Hei, Hujan... Risang mengirimkan salam buatmu," kataku sebelum kemudian kembali mendekatkan ponsel ke telingaku. "Dia bilang d

Besok

Gambar
The Shawl Label I found myself dreaming in silver and gold. Like a scene from a movie that every broken heart knows we were walking on moonlight and you pulled me close Split second and you disappeared and then I was all alone I woke up in tears with you by my side A breath of relief and I realized No, we're not promised tomorrow... . . . . . . "Aku sayang mama." Seharusnya malam itu dia mengatakan hal itu sebelum dia menutup matanya untuk tidur. Tapi dia pikir, besok pagi dia masih akan bisa bertemu dengannya. Masih ada besok. Dia salah. Seharusnya dia mengatakannya. Seharusnya. Karena ketika dia membuka mata besok paginya, yang dilihatnya untuk pertama kali adalah kedua mata kakaknya yang basah oleh tangis. "Mama sudah pergi, Dek," bisiknya. . . . . . . . . In the blink of an eye, just a whisper of smoke You could lose everything, the truth is you never know So I'll kiss you longer baby, any chance that I get I'll

Di Luar Jendela Sana Hujan Mulai Turun

Gambar
photobucket Di luar jendela sana,      hujan mulai turun. Lalu aku mulai merasa begitu merindu      pada waktu yang telah berlalu,      pada tempat yang pernah kutuju,      dan tentu saja, padamu.

Setahun Kemarin

Gambar
http://ceramicsbylaura.com/ Ada banyak hal yang terjadi dalam satu tahun kemarin. Saya dilepaskan dan  belajar melepaskan. Saya mengalami kehilangan, lalu menemukan. Hanya dalam waktu satu tahun. Tak lama. Bahkan tak hampir tak terasa. Tiba-tiba saja tahun yang baru sudah ada. Saya dilepaskan. Tiga tahun saya bertahan pada suatu harapan. Tiga tahun saya memperjuangkan. Dan pada akhirnya, di awal tahun kemarin, dia sampai pada satu keputusan untuk melepaskan. “Tak ingin menjadi penghalangmu untuk menemukan yang lain,” katanya. Tak apa. Kata seorang penulis terkenal, daun yang jatuh tak pernah menyalahkan angin. Ya, saya setuju. Untuk apa pula menyalahkan angin? Tak ada gunanya. Dia tak bersalah. Dia hanya bekerja sesuai tugasnya saja: berhembus. Sama dengan hidup. Untuk apa saya menyalahkan keadaan, menyalahkan jarak yang sepertinya telah selalu menjadi tumpuan kesalahan bagi sebagian orang. Tak ada gunanya. Jalannya memang sudah harus begini: bahwa saya dilepaskan. Daun-da

Sepertinya Aku Merindukanmu

Gambar
"Sepertinya... aku merindukanmu." Tak pasti. Tak pasti apa nama rasa ini. Tak pasti apakah aku menyukai ini. "Oh ya? Apanya yang kau rindukan?" Aku menatapi layar ponsel, membaca ulang pesan yang baru saja kau kirimkan untuk membalas pesanku. Apa yang kurindukan? Semuanya. Aku merindukan suara tawamu. Aku merindukan tenangnya suaramu ketika menanggapi semua keluhanku. Aku merindukan bagaimana kau menyediakan tanganmu, lalu dengan cepat mengaitkan jemarimu ketika kuletakkan tanganku di sana. Aku merindukan kedua mata cokelatmu. Aku merindukan bagaimana aku bisa secara sembunyi-sembunyi memandangimu. Aku merindukan caramu menggenggam tanganku. Aku merindukan obrolan-obrolan kita yang begitu dalam dan tak tahu waktu. Aku merindukan... Semuanya. Semua tentangmu. "Entah." Satu kata itu yang kutuliskan lalu kukirimkan padamu. "Tak apa," balasmu. "Merindu itu tak harus ada alasan." Kau mengakhirinya dengan sebuah gambar senyu

Bukan Saya

Gambar
getty images Sampah-sampah itu menumpuk lagi , keluh saya dalam hati. Entah semenjak kapan, kedua mata saya tidak dapat lagi menoleransi tumpukan sampah yang tidak berada di tempat seharusnya. Seperti siang ini, di tengah pelaksanaan ujian praktik pelatihan yang saya ikuti. Dengan sedikit kesal, saya mulai memunguti kardus bekas tempat kudapan pagi yang berserakan di lantai koridor laboratorium. Sosok-sosok yang lain sedang sibuk menghadapi ujian praktik. Beberapa. Beberapa lainnya duduk-duduk mengobrol dengan peserta lainnya. Beberapa lainnya lagi sibuk ber- selfie . Tak ada yang peduli bahwa di lantai beserakan sampah bekas pembungkus makanan mereka. Tak ada yang peduli . "Tolong angkat kardus itu, Dek!" Saya menoleh. Seorang teman tersenyum ke arah saya sambil ikut memunguti sampah yang bisa dia jangkau. Saya membalas senyumannya. "Bukan saya, Bu!" Senyuman langsung surut dari wajah saya demi mendengar jawaban itu. Saya menoleh padanya, pada

Selamat Malam, Januari

Gambar
Selamat malam, Januari. Ya, aku tahu seharusnya aku menyapamu pagi tadi seperti kebanyakan orang. Seharusnya aku semakin cepat menyapamu. Seharusnya ketika pergantian waktu. Atau mungkin tidak? Januari, semalam tidurku tak nyenyak sekali. Mimpi aku tentang dirimu setahun yang lalu. Tentang aku yang menunggu pergantian waktu, menunggu kedatanganmu. Lalu cerita-cerita lain merangsek masuk ke dalam mimpiku. Tentang menemukan, tentang kehilangan, tentang pembelajaran, tentang benci, tentang rindu, dan tentang waktu. Ya, waktu. Kau tahu dia kan? Yang tak akan pernah berputar kembali, kau tahu? Dia.. Yang ketika aku terbangun pagi ini, aku menangisinya. Waktu.. Entah berapa miliyar detik sudah kubiarkan mati begitu saja. Ah, menyebalkan. Bukan kamu, bukan waktu, tapi aku. Januari, aku tak tahu mau menulis apa lagi. Begini saja. Tak ada cerita. Begini saja. Semoga kita tetap bisa berdamai hingga aku harus meyambut Februari. Begini saja dulu, semoga tahun depan kita masih bisa bertemu