Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2013

Hak

Gambar
Jari telunjukku menelusuri daftar menu rumah makan tempat aku dan Mas Tio, pacarku, makan siang hari ini. Sudah sejak lama aku ingin makan di tempat ini. Kata teman-teman kantor, masakan di rumah makan ini enak, bersih, dan murah.   “Makan apa, Mas?” tanyaku sambil masih membaca daftar menu.   “Terserah kamu aja, Dek.” Mas Tio mengeluarkan sebatang rokok lalu menyulutnya. Asap rokok langsung menutupi mukanya.   Aku menuliskan beberapa menu dari daftar makanan lalu memanggil pelayan.   “Nggak pake lama ya, Mas.” Permintaanku dijawab oleh senyuman Mas Pelayan.   “Habis ini nonton yuk,” ajakku.   Mas Tio membuang abu rokok ke lantai rumah makan, padahal ada asbak yang ditumpuk tak jauh dari tempat kami duduk. Dasar.   “ Ada film apa?” tanya Mas Tio sebelum kemudian menghisap rokoknya.   Belum sempat aku menjawab pertanyaan Mas Tio, seorang laki-laki yang baru saja datang dan duduk di belakang Mas Tio berbalik. Dia menyentuh pundak Mas Tio.   “Maa

Petrichor

Gambar
  petrichor   / ’pɛtrʌ I kɔ: / a pleasant smell that frequently accompanies the first rain after a long period of warm, dry weather   Menurut kamus Oxford, petrichor adalah aroma menyenangkan yang sering menemani hujan pertama setelah cuaca hangat dan kering yang lama. Kata petrichor berasal dari bahasa Yunani, tersusun atas kata petra yang berarti batu dan ichor yang berarti cairan yang mengalir di dalam pembuluh darah dewa-dewa mitologi Yunani. Istilah ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1964 oleh dua orang peneliti dari Australia, Bear dan Thomas, dalam artikel di Jurnal Nature . Dalam artikel tersebut mereka menjelaskan bagaimana aroma tersebut berasal dari minyak yang dihasilkan oleh beberapa tanaman selama periode kering di mana minyak ini diserap oleh tanah dan batu yang berbahan dasar clay . Selama hujan, minyak ini dilepaskan ke udara bersama geosim, sebuah hasil metabolisme actinobacteria tertentu, sehingga menghasilkan aroma khas.   Saya pertama

Cokelat, Nikmat Sesaat

Gambar
    Cokelat adalah sebutan untuk hasil olahan makanan atau minuman dari biji kakao ( Theobroma cacao ). Untuk bisa dkonsumsi, biji tanaman ini harus mengalami proses yang panjang dan lumayan rumit; diambil, difermentasikan, dikeringkan, dipanggang, kemudian digiling. Namun, rumitnya proses pengolahan sepadan dengan manfaatnya. Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa cokelat memiliki kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan. Sebuah hasil penelitian membenarkan bahwa kandungan flavanol dalam cokelat dapat melindungi otak dari penyakit neurodegeneratif, atau setidaknya dapat mengurangi risikonya, seperti dipublikasikan dalam Journal of Cellular Biochemistry. Galleano (2009) dan American Academy of Neurology (2010) juga menyebutkan bahwa s enyawa-senyawa aktif pada coklat dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular yaitu dengan bekerja sebagai antioksidan, anti peradangan, meningkatkan HDL (kolesterol baik), menurunkan tekanan darah, dan memperbaiki fun

Baju Baru, Nasib, dan Hidup

Gambar
    Malam itu sepulang kantor, tawa saya langsung meledak waktu membuka BBM dari Mey, adik sepupu saya. Dia mengirimkan foto masa kecil kami. Sumpah, saya tidak bisa berhenti tertawa memandangi beberapa foto itu. Gaya yang jaman dulu saya rasa sudah paling keren ternyata terlihat begitu lucu dan aneh sekarang.   Mey    : Lebaran bsk kita kembaran baju lagi, yuk! Me       : Ogah!! Kek anak kecil aja!   Awalnya saya menolak ajakan dia. Secara, kami berdua sudah bukan anak kecil lagi. Rasanya aneh sekali ketika kami harus mengenakan baju yang sama lagi. Selain itu, saya tidak pernah membeli baju baru di Lebaran. Saya bahkan sudah lupa kapan terakhir kali saya mengenakan baju baru saat lebaran. Sepertinya sewaktu SD, entah kelas berapa, saya masih mewajibkan diri membeli baju baru untuk lebaran. Tetapi semakin bertambah usia, saya semakin merasa bahwa baju baru itu bukan suatu kewajiban. Saya pikir masih banyak hal yang lebih penting dari sekedar baju baru. Toh baju yang

Ketika Bunga Tak Lagi Mekar

Gambar
Edo melangkahkan kakinya pelan memasuki pemakaman yang siang itu sepi. Cowok berambut cepak itu lantas berjongkok di dekat sebuah makam yang nampaknya sudah lama tidak diurus, meletakkan beberapa tangkai mawar merah yang dia bawa lalu sebelah tangannya dengan cepat membersihkan kotoran yang menutupi nama di nisan makam itu. Ananda Fresa, 1985-2001 . Ya. Nama dan tahun itu yang tertulis di sana.   “Ternyata udah lama juga kamu pergi. Padahal baru kemarin rasanya aku menghabiskan waktu di teras rumah kamu. Rasanya baru kemarin aku mencium kening kamu, meluk kamu dan mencium wangi tubuh kamu.” Edo berbicara seolah-olah ada orang di sisinya. “Sori ya aku udah lama nggak ke sini. Tiap liburan aku ambil smester pendek, biar kuliah aku cepet kelar. Bulan depan aku wisuda. Dan kebetulan aku udah dapat kerjaan di kota ini. Jadi aku bisa sering-sering ke sini.” Edo menghela napas. Lama kemudian setelah Edo merasa sudah tidak ada lagi yang bisa dia ceritakan, cowok itu berdiri. “A