Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Belum Adzan

Gambar
Ds Bembem, Gentan, Sukoharjo, Jawa Tengah (Dokumen Pribadi) "Udah waktunya buka belum, sih?" tanyamu. Dia mengecek penunjuk waktu di ponselnya. "Buka puasa jam berapa emangnya?" tanyanya. "Tujuh belas dua lapan sih di jadwal." "Udah buka berarti. Udah jam enam kurang dua puluh kok," katanya seraya meraih botol berisi air putih. "Eh, tunggu!" cegahmu. "Kenapa?" "Belum adzan." "Lah kan udah masuk waktunya. itu matahari juga sudah terbenam." "Tapi belum ada adzan magrib. Jadi belum bisa buka puasa." "Ya kali buka puasa harus nunggu adzan magrib." Dia meraih botol minumannya, membaca basmallah lalu meneguk isinya tiga tegukan. "Eh.. belum adzan." Kamu ngotot. Dia tak segera menanggapimu, masih membaca doa lalu kembali minum. "Waktu berbuka puasa adalah dengan tenggelamnya matahari. Kita disunnahkan untuk menyegerakan berbuka puasa begitu masuk w

Status

Gambar
Wonodoyo, Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah (Dokumen Pribadi) "Ga dapet pahala puasa ni orang. Masak kemaren pas buka puasa statusnya 'alhamdulillah puasa pertama lancar..." Dia tak menanggapi. "Ini lagi. Puasa baru dua hari aja keluhannya banyak bener. Dari tadi statusnya cuman 'laper.. lemes.. adzan magrib kapan sih?'" Dia masih tetap sibuk dengan buku yang dibacanya "Yang ini jam puasa gini kok malah mengunggah video-video makanan. Dasar nggak menghormati orang yang lagi puasa." Masih tak ada komentar darinya. "Meh. Orang ini, kayak aku ga tau aja gimana kelakuan dia sehari-hari? Statusnya sok agamis gini. Sok menasihati soal agama." Dia tetap saja tak menanggapi. "Orang berjilbab kok bajunya ketat gini. Pakai pamer foto di sosmed lagi. Ngumbar aurat ini mah namanya. Malu-maluin agama saja." Kali ini dia menoleh padamu. "Sudah selesai?" tanyanya. "Siapa?" "Kamu." &q

Pengen Puasa

Gambar
Solo Paragon Mall, Surakarta, Jawa Tengah (Dokumen Pribadi) "Pengen puasaaaaa!!!" keluhku, menyambutmu yang baru saja keluar dari musala mall dengan sepasang sepatu di sebelah tangan. "Apaan, sih?" tanyamu. Antara kaget dengan keluhanku yang tiba-tiba dan sedikit kesal dengan rengekanku yang itu-itu saja. "Pengen ikut puasa.. Pengen sholat juga.. Pengen bisa tarawih bareng di masjid," rengekku. "Hutang puasaku udah enam hari ini tauk! Masih bakalan nambah.. Pengen ikut puasaa.." "Jadi orang kok ga ada syukur-syukurnya sih kamu ini?" Kamu berdiri begitu selesai memakai sepatu, lalu mengajakku memutari teras luar mall menuju tangga batu yang akan mengantar kita ke halaman depan. "Kok kamu bilang gitu?" protesku sambil cepat-cepat menyusul langkahmu. "Bersyukurlah dengan apa pun yang udah dikasih." "Tapi kan ga bisa puasa, ga bisa sholat, ga bisa tarawih, ga bisa tadarus.." "Puasa kan

Ga Toleran

Gambar
Mojosongo, Jebres, Surakarta (Dokumen Pribadi) "Dasar si Anu ini.. ga toleran. Udah tahu lagi bulan puasa kok seenaknya aja makan minum di tempat umum!" keluhmu. Dia yang berjalan di sisimu tak menanggapi. "Punya rasa dikit kek. Orang kok ga ada sopan santun, ga punya perasaan. Temennya lagi pada puasa juga..," lanjutmu. "Yaudah, ikut makan aja," katanya kemudian dengan tenang. "Siapa?" tanyamu bingung. "Kamu." "Aku puasa, tauk!" Dia tersenyum geli. "Puasa kok ngomel-ngomel terus? Ngomongin orang terus dari tadi?" "Ya habis.. Kebangetan sih dia itu. Nggak toleran!" "Puasa itu artinya menahan diri. Kalo kamu ngomel-ngomel ga jelas gitu.. Terus ngomongin orang gitu.. Terus nge-judge orang kayak gitu.. Menurutmu sudah berhasil kamu menjalani puasa? Berhasil menahan diri?" "Mulai deh resehnya..." "Lah, malah dibilang reseh." Dia kembali menahan tawa. &quo

Tarawih

Gambar
Ds Cemani, Grogol, Sukoharjo (Dokumen Pribadi) "Ntar malem tarawih di mana?" "Masjid belakang rumah paling." "Rame?" "Alhamdulillah.." "Ya ramelah pastinya. Satu minggu pertama... Full..." "Paan?" "Jamaah di masjid. Tunggu aja minggu kedua, ketiga.. Pasti tambah maju aja itu barisannya." "Ooh.. Tarawih?" "He eh. Lagian aneh juga mereka ini. Sholat wajib aja nggak pernah ke masjid. Ini sholat sunnah malah pada rajin amat ke masjid." "Biarin ajalah." "Ke masjid kok cuman kalo Ramadan.. Habis itu.. mana ada? Mentog-mentog pas sholat Jumat doang." "Biarin aja kenapa, sih? Mereka yang ke masjid kok kamu yang ribut? Alhamdulillah mereka masih mau ke masjid. Daripada nggak sama sekali? Alhamdulillah walaupun cuma pas Ramadan, daripada nggak pernah sama sekali?" "Lah kok kamu belain mereka, sih?" "Ga belain siapa-siapa. Cuman, ng

Banyak

Gambar
Pantai Tafure, Ternate, Maluku Utara (dokumen pribadi) "Mentang-mentang habis gajiaaan," cibirku. "Hmmm?" tanyamu tak paham. "Banyak sekali tadi ngisiin kotak amalnya." "Nggak juga." Dengan santai kamu menyalakan mesin motor lalu menyuruhku naik ke boncengan. "Seratus ribu itu banyak kali, Bang! Gajimu kan cuman sejuta setengah. Belum dikurangi duit kontrakan, duit buat makan sebulan, terus kebutuhan sehari-hari.. Banyak itu, Bang," kataku di boncengan. "Duit segitu nggak ada apa-apanya kalo dibandingin sama apa yang Alloh udah kasih." "Ya cuman kan kudu diperhitungkan baik-baik, Bang. Kalo nanti duitmu habis sebelum akhir bulan gimana? Seratus ribu itu lumayan loh. Bisa buat makan sepuluh kali." "Tenang aja." "Abang, nih.. Hidup sekarang lagi susah loh. Harga kebutuhan sehari-hari mulai naik. Apalagi mau lebaran gini." "Udah. Tenang aja." "Tenang.. tenang

Ngabuburit

Gambar
Dusun Bembem, Desa Gentan, Sukoharjo (Dokumen Pribadi) "Jalan yuk, Dek!" "Ke mana, Mas?" "Cari makanan buat buka puasa nanti. Biar kamu nggak usah masak." "Yaelah, masih jam setengah empat ini, Mas." "Udah pada buka kok yang jualan. Yuk!" "Di luar masih panas, Mas. Ntar aja agak sorean ngabuburitnya, pas udah deket-deket Magrib." "Sekarang aja. Biar pas deket magrib udah di rumah." "Lah. Mas ini aneh, deh. Ada juga orang ngabuburit itu ngedeketin buka puasa nanti." "Sekarang aja. Menjelang magrib udah sampe rumah. Sayang kalo waktu mustajab dihabisin di jalan. Lagian, menjelang magrib itu banyak setan. Sebaiknya di rumah saja. Yuk!" "Iya..." Sukoharjo, 18 Mei 2018

Puasa

Gambar
Desa Wonodoyo, Cepogo, Boyolali (Dokumen Pribadi) "Capeeeek... Lapeerrr..." "Semangaaattt!!!" "Lemes. Puasa gue." "Lah emang kalo puasa ga boleh semangat?" "Bukannya ga boleh. Cuman kan... lemeess..." "Udah, jangan ngeluh terus. Semakim dikeluhin, rasanya bakalan makin berat. Makin dikeluhin, makin hilang maknanya. Nanti jadinya cuman dapet laper sama haus loh." "Heemmmm...." "Bersyukur. Di sini suhunya ga ekstrem panas atau dingin. Di sini siangnya cuman sekitar dua belas jam, cuman setengah hari. Di sini mayoritas orang puasa jadi godaan nggak banyak banget. Pun yang ga puasa pada bertoleransi, menghindari makan di depan yang lagi puasa. Bahkan, jam kerjamu saja dipotong selama bulan puasa. Nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan?" "Udah, ah. Buruan jalannya kalo gitum Biar cepet sampe rumah. Terus nyiapin buka puasa." "Itu lagi. Kamu masih bisa buka puasa. Mas

Utang Puasa

Gambar
Jalam Ciu, Telukan, Sukoharjo (dokumen pribadi) "Masih ada utang puasa?" tanyanya tiba-tiba setelah lama diam memandangi langit merah di luar sana. "Masih.... Mmmm... Masih ada dua kayaknya," jawabmu santai dengan sebelah tangan berada di setir mobil. "Mau dibayar kapan?" "Aaah.. nanti sajalah." "Udah mau Ramadhan lagi loh." "Ya kalo nggak bisa kebayar tahun ini, kan masih ada tahun depan. Bisa kok utang puasa dibayar tahun depannya lagi." "Yakin?" "Yakin. Bisa kok. Aku pernah denger pengajian tentang itu. Kata ustadz boleh kok dibayar di tahun berikutnya." "Bukan yang itu." "Terus?" "Yakin umurmu sampai di tahun depan?" Kemudian kamu tak menjawabnya lagi. Sukoharjo, 16 Mei 2018

Mungkin Ada Baiknya

Gambar
Daripada bilang, "Masa gitu aja nyerah?" dengan nada meremehkan,  mungkin ada baiknya bilang, "Kamu hebat ya, sudah berusaha. Besok dicoba lagi, ya?" Daripada bilang, "Ih, kamu kurus banget sih sekarang. Keliatan tua, tau! Nggak usah deh diit-diit gitu. Beneran keliatan tua. Jadi jelek sekarang!", mungkin ada baiknya bilang, "Wah, kamu sukses ya diitnya. Bagi tips dong." Daripada bilang, "Ayu yang mana? Yang jelek apa yang cantik?", mungkin ada baiknya bilang, "Ayu yang mana? Yang rambutnya sebahu, atau yang panjang?" atau karakteristik lain yang bisa dipakai yang tidak menyakitkan hati jika mereka mendengarnya. Daripada bilang, "Halah, diit apa? Paling baru dua hari juga udah nyerah! Emangnya bisa kamu?", mungkin ada baiknya bilang, "Sukses, ya! Kamu harus semangat pokoknya biar berhasil!" Daripada bilang, "Ih, kamu baperan deh. Gitu aja kok dimasukin ati. Kan cuman beca

Jabat Tangan

Gambar
Batu Angus, Ternate (Dokumen Pribadi) "Si Anu berubah ya sekarang?" "Nggak, ah. Apanya yang berubah?" "Memangnya kamu ga tahu? Dia sekarang ga mau salaman sama yang bukan makhramnya." "Masa? Perasaan minggu lalu aku ketemu dia masih mau salaman, kok." "Itulaaah. Makanya kubilang berubah. Sok alim. Kayak manusia udah paling suci aja. Cuman salaman aja kok nggak mau." "Hihihi.. Lucu ya kita ini?" "Kok lucu?" "Orang berubah menjadi lebih baik malah kita omongin." "Baik apanya? Jadi aneh. Nggak lumrah. Lumrahnya orang di sini itu ya salaman aja. Digenggam tangannya." "Hihihi... Itu juga lucu lagi." "Apa lucunya?" "Kita ini berusaha menjadi lumrah hanya untuk manusia. Kita lupa siapa yang memiliki kita. Bahkan rela melanggar larangan-Nya cuma buat mengejar menjadi lumrah di mata manusia." "Heh! Siapa yang melanggar larangan-Nya? Semba

Belum Syar'i

Gambar
Ds. Wonodoyo, Boyolali (Dokumen Pribadi) "Bajumu baru, Dek?" tanya suami sewaktu menemukan istrinya duduk menikmati matahari terbit. "Hehe.. Iya. Bagus ya, Mas?" "Bagus.. Kapan kamu beli?" "Kemaren. Biasa.. olshop." "Kelihatannya mahal, ya?" "Cuman empat ratus ribu kok. Ya wajar lah, Mas. Namanya juga gamis syar'i. Kan butuh bahan yang banyak. Lagipula, ini bahannya juga bagus, kok. Merk ternama lagi. Teman-teman kantorku juga koleksi yang merk ini." "Menurutku itu tidak syar'i," kata suami. "Kok bisa? Memangnya mas ga liat? Kerudungnya panjang menutup dada. Kainnya juga ga menerawang. Ga juga membentuk lekuk tubuh jika dipakai." "Kalau benar syar'i, lalu mengapa tadi kamu sibuk sekali mencari mukena sewaktu mau sholat subuh?" "Ya masa mau pakai ini?" tanya istri sambil menunjuk ke pakaian yang melekat di tubuhnya sendiri. "Kenapa tidak?"

Data

Gambar
Agrowisata Amanah - Karangpandan, Karanganyar (Dokumen Pribadi) "Katanya mau tadabur alam?" "Hmm?" tanyaku sambil menoleh padamu. "Kamu itu. Katanya pengen tadabur alam. Kok dari tadi malah mantengin hape terus?" "Ini loh, Mas. Lagi seru. Debat calon gubernur tuh. Kan aku kemaren ga sempet nonton." Aku kembali melihat layar ponselku. "Calon yang baru aneh deh, Mas. Masak semua pertanyaan yang seharusnya dia jawab dengan data, dia cuman jawab dengan banyak, ada, dan katanya." Aku mendongak. Kamu sedang menatapku. "Harusnya kan ga boleh gitu ya, Mas. Masak orang cerdas kok percaya katanya. Harusnya kan dia belajar kasusnya, cari datanya yang akurat. Ga cuma katanya. Iya, kan?" "Iya," katamu. "Tapi ga usah jauh-jauhlah bahas mereka. Bahas kita aja. Ga beda kok sama mereka." "Enak aja! Mas aja kali. Aku ga." "Yakin?" "Iyalah. Ngomong itu kan ga boleh sembarangan.

Ga Berkah

Gambar
dokumen pribadi "Nipu lagi!" keluhku sambil memundurkan posisi duduk, menempelkan punggung ke dinding. Orang-orang yang baru saja selesai menonton film mulai keluar dari pintu teater yang ada di depanku. "Siapa yang nipu?" tanyamu. "Orang-orang, nih. Suka banget nipu. Ngaplot film apa, dikasih judulnya apa.. Nipu orang cuman biar banyak yang mampir terus nonton videonya. Kamu tau kan, semakin banyak yang nonton, semakin nguntungin buat dia?" "Terus kenapa?" "Ya ga papa sih. Cuman cari duit kok ya gitu banget. Nggak berkah lah rejekinya dia itu." "Udahlah, nggak usah ngomong gitu. Toh, kamu juga nyari film bajakan di youtube. Mbok ya modal dikit, cari yang ori gitu. Hargain yang udah bikin film." "Aku pake kuota juga kali nontonnya. Kuota itu bayar kali," jawabku tanpa mengacuhkanmu. "Lagian, yang bikin film itu kan orang kaya. Artisnya orang kaya. Nggak papa lah kalo aku liat bajakannya aja.

Permisi

Gambar
image source: http://www.ekaenlinea.com Aku berdiri mengamati manusia-manusia yang saling berjubelan di antara rak-rak berisi barang dagangan. Di dekat rak berisi sabun mandi, seorang wanita sedang berdiri memandangi susunan sabun mandi batang. Sesekali, dia mengambil satu sabun mandi, mencium aromanya, lalu meletakkan benda itu kembali ke tampatnya. Di belakangnya, seorang wanita yang lain melakukan hal serupa pada botol-botol sabun cair, menciumi aromanya. Mungkin, mereka sedang berusaha menemukan sabun mandi dengan aroma yang pas. Lalu, tak lama, seorang wanita datang dengan troli berisi belanjaan. Mungkin, dia juga ingin mengambil sabun mandi. Gang di antara rak itu ternyata tak cukup besar untuk wanita ketiga dan troli belanjaannya. Aku menunggu, ingin tahu apa yang selanjutnya terjadi. Troli itu berhenti di ujung gang. Wanita ketiga menunggu. Wajahnya mulai terlihat terlipat-lipat. Akses masuk ke gang itu terhalang dua wanita sebelumnya. Tak lama, dia memilih memundu