Banyak

Pantai Tafure, Ternate, Maluku Utara
(dokumen pribadi)


"Mentang-mentang habis gajiaaan," cibirku.

"Hmmm?" tanyamu tak paham.

"Banyak sekali tadi ngisiin kotak amalnya."

"Nggak juga." Dengan santai kamu menyalakan mesin motor lalu menyuruhku naik ke boncengan.

"Seratus ribu itu banyak kali, Bang! Gajimu kan cuman sejuta setengah. Belum dikurangi duit kontrakan, duit buat makan sebulan, terus kebutuhan sehari-hari.. Banyak itu, Bang," kataku di boncengan.

"Duit segitu nggak ada apa-apanya kalo dibandingin sama apa yang Alloh udah kasih."

"Ya cuman kan kudu diperhitungkan baik-baik, Bang. Kalo nanti duitmu habis sebelum akhir bulan gimana? Seratus ribu itu lumayan loh. Bisa buat makan sepuluh kali."

"Tenang aja."

"Abang, nih.. Hidup sekarang lagi susah loh. Harga kebutuhan sehari-hari mulai naik. Apalagi mau lebaran gini."

"Udah. Tenang aja."

"Tenang.. tenang..."

"Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya."

"Iya... Cuman kaaan...."

"Percaya deh. Alloh jamin. Apalagi kalo kita ga hitung-hitungan rumit ngelepasin duit buat ngisiin kotak amal."

Aku tak menjawab.

"Dek, buat ngisiin kotak amal, duit segitu kecil banget. Bandingin sama duit yang udah kita habisin buat kebutuhan dunia. Padahal yang bisa bantu kita di akhirat nanti salah satunya ya ini. Apa ga sayang kerja keras tiap hari banting tulang tapi ga bisa bawa pulang apa-apa ke akhirat?"

Kemudian hening.


Sukoharjo, 19 Mei 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil