Belum Syar'i

Ds. Wonodoyo, Boyolali (Dokumen Pribadi)


"Bajumu baru, Dek?" tanya suami sewaktu menemukan istrinya duduk menikmati matahari terbit.

"Hehe.. Iya. Bagus ya, Mas?"

"Bagus.. Kapan kamu beli?"

"Kemaren. Biasa.. olshop."

"Kelihatannya mahal, ya?"

"Cuman empat ratus ribu kok. Ya wajar lah, Mas. Namanya juga gamis syar'i. Kan butuh bahan yang banyak. Lagipula, ini bahannya juga bagus, kok. Merk ternama lagi. Teman-teman kantorku juga koleksi yang merk ini."

"Menurutku itu tidak syar'i," kata suami.

"Kok bisa? Memangnya mas ga liat? Kerudungnya panjang menutup dada. Kainnya juga ga menerawang. Ga juga membentuk lekuk tubuh jika dipakai."

"Kalau benar syar'i, lalu mengapa tadi kamu sibuk sekali mencari mukena sewaktu mau sholat subuh?"

"Ya masa mau pakai ini?" tanya istri sambil menunjuk ke pakaian yang melekat di tubuhnya sendiri.

"Kenapa tidak?"

"Kan punggung tanganku masih terlihat. Sholat itu kan harus menutup aurat. Auratku kan seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan!"

Suami menaikkan kedua alisnya dan tersenyum.


Solo, 28 April 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil