Pengen Puasa

Solo Paragon Mall, Surakarta, Jawa Tengah (Dokumen Pribadi)


"Pengen puasaaaaa!!!" keluhku, menyambutmu yang baru saja keluar dari musala mall dengan sepasang sepatu di sebelah tangan.

"Apaan, sih?" tanyamu. Antara kaget dengan keluhanku yang tiba-tiba dan sedikit kesal dengan rengekanku yang itu-itu saja.

"Pengen ikut puasa.. Pengen sholat juga.. Pengen bisa tarawih bareng di masjid," rengekku. "Hutang puasaku udah enam hari ini tauk! Masih bakalan nambah.. Pengen ikut puasaa.."

"Jadi orang kok ga ada syukur-syukurnya sih kamu ini?" Kamu berdiri begitu selesai memakai sepatu, lalu mengajakku memutari teras luar mall menuju tangga batu yang akan mengantar kita ke halaman depan.

"Kok kamu bilang gitu?" protesku sambil cepat-cepat menyusul langkahmu.

"Bersyukurlah dengan apa pun yang udah dikasih."

"Tapi kan ga bisa puasa, ga bisa sholat, ga bisa tarawih, ga bisa tadarus.."

"Puasa kan bisa diqodo. Sholat, tadarus.. kan kamu sudah tahu amalan lain yang bisa dilakukan buat ganti semuanya, buat ngejar pahalanya. Apa lagi?"

"Tapi... pengen..." Suaraku memelan.

"Bersyukur, Dek. Memangnya mau kamu diambil itu kodratmu buat 'libur' tiap bulannya? Mau kamu ga bisa mens lagi?"

"Ya ga mau laaah!!"

"Makanyaa... bersyukur. Dijalani. Kodratmu itu. Tenang saja. Alloh ga mungkin kok menghalangi umatnya buat berburu pahala. Banyak kok caranya."

Aku menghela napas panjang.

"Udah.. Jangan manyun gitu, ah! Semangat!" katamu seraya mengacak puncak kepalaku.


Surakarta, 22 Mei 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil