Jabat Tangan

Batu Angus, Ternate (Dokumen Pribadi)



"Si Anu berubah ya sekarang?"

"Nggak, ah. Apanya yang berubah?"

"Memangnya kamu ga tahu? Dia sekarang ga mau salaman sama yang bukan makhramnya."

"Masa? Perasaan minggu lalu aku ketemu dia masih mau salaman, kok."

"Itulaaah. Makanya kubilang berubah. Sok alim. Kayak manusia udah paling suci aja. Cuman salaman aja kok nggak mau."

"Hihihi.. Lucu ya kita ini?"

"Kok lucu?"

"Orang berubah menjadi lebih baik malah kita omongin."

"Baik apanya? Jadi aneh. Nggak lumrah. Lumrahnya orang di sini itu ya salaman aja. Digenggam tangannya."

"Hihihi... Itu juga lucu lagi."

"Apa lucunya?"

"Kita ini berusaha menjadi lumrah hanya untuk manusia. Kita lupa siapa yang memiliki kita. Bahkan rela melanggar larangan-Nya cuma buat mengejar menjadi lumrah di mata manusia."

"Heh! Siapa yang melanggar larangan-Nya? Sembarangan kamu! Uwa Haji juga mau kok salaman sama yang bukan makhramnya. Biasa aja, deh!"

"Sungguh jika kepala seorang laki-laki ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik baginya dari pada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya“

"............."

"............."

"Hahaha.. Iya ya. Kalau kupikir lagi, lucu juga aku ini. Padahal jika dia tak mau bersalaman denganku pun, tak ada ruginya untukku. Mengapa pula aku harus bingung."

"Ya, untuk sementara, begitu dulu juga boleh."



#jabattangan
Solo, 24 April 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil