Yang Terlupakan

Gladhag, Solo, Jawa Tengah (Dokumen Pribadi)


"Besok sudah idul fitri ya, Kak?" tanyanya tiba-tiba.

Aku mengangguk dengan senyuman lebar. Berharap, dia akan tersenyum sama lebarnya denganku. Tapi, nyatanya tidak. Gadis kecil itu malah menghela napas.

"Kenapa? Kok sedih?"

"Aku suka kalo lagi Ramadan, Kak. Bisa ga, idul fitrinya diundur? Ramadannya ditambah lagi?"

"Memangnya kenapa, Sayang?"

"Habis, kalo Ramadan aku bisa makan enak terus. Setiap hari adaaa aja yang dateng ke panti ngadain buka bersama. Aku seneng kalo ada buka bersama, Kak. Tapi, habis idul fitri, mana ada yang datang ke panti lagi? Nanti kita makannya cuma sayur sama tempe tahu lagi."

Aku mengelus kepalanya.

"Yang penting kita bisa makan," kataku.

"Ya tapi kan enak kalo tiap hari bisa makan enak. Gapapa deh aku nahan lapar dan haus seharian. Yang penting setiap buka puasa, ada yang dateng ke panti buat ngadain buka bersama. Ada yang ingat kalo ada kita di sini."

Dengan cepat aku menarik tubuh kecilnya dan memeluknya erat, mengajaknya melangkah cepat menapaki city walk menuju gapura Gladag yang siang ini tak terlalu ramai.


Solo, 14 Juni 2018
#YangTerlupakan #30CeritaRamadan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil