The Power of Emak-Emak



"Mengapa harus the power of emak-emak yang menjadi sorotan?

Sedangkan tidak semua emak-emak suka melanggar lalu lintas.
Tidak juga semua suka seenaknya sendiri di jalan.
Tidak juga semuanya tidak mahir mengendarai kendaraan.

Sedangkan tidak semua pelanggar peraturan dan rambu lalu lintas itu perempuan.
Tidak juga semua yang suka menyalakan sen kanan tapi belok kiri, menyalakan sen kiri belok kanan, berbelok tanpa menyalakan sen, atau menyalakan lampu sen langsung belok itu perempuan.
Tidak juga semua yang berkendara pelan di sebelah kanan dan menghalangi jalan itu perempuan.
Tidak juga semua yang suka ngotot jika diperingatkan atau diberi sanksi oleh polisi itu perempuan.

Laki-laki juga ada. Juga tak sedikit.
Bapak-bapak juga ada. Juga tak sedikit.

Mengapa kita suka sekali memukul rata untuk hal-hal yang negatif?
Mengapa juga kita suka sekali mengonsumsi kesalahan orang lain?
Mengapa istilah "The Power of Emak-Emak" tidak digunakan saja untuk benar-benar menyebut kekuatan mereka saja?

Padahal mereka kan beneran hebat.
Mereka mengandung anak selama 9 bulan dan dituntut untuk tetap beraktivitas seperti biasa.
Mereka melahirkan anak. Taruhannya nyawa.
Mereka rela kehilangan jam tidurnya demi menjaga anak.
Mereka rela tak makan asal suami dan anak-anaknya makan.
Mereka harus bisa menjadi guru, koki, pengasuh, konselor, pengatur keuangan, penanggungjawab kebersihan da kerapian rumah. Banyak. Kenapa bukan itu saja yang dielukan sebagai The Power of Emak-Emak?"

Kopi di cangkirku masih penuh. Sepenuh isi kepalaku setelah mendengar pertanyaan-pertanyaanmu barusan itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil