Pengemis

Gladhag, Solo, Jawa Tengah (dokumen pribadi)

.
.
"Paringi, Den.."
.
"Ibu ini, badan masih sehat begitu kok mengemis! Cari kerja sana, Bu. Jualan, kek. Apa,  kek. Jangan ngemis gitu!" katamu. "Pasti ibu ini sebenarnya uangnya banyak. Kayak yang di tv itu. Bu, puasa-puasa gini jangan nipu, Bu. Dobel-dobel dosanya! Orang mampu kok ngemis."
.
Wanita yang pakaiannya lusuh dan wajahnya terlihat kusam itu hanya diam menatapmu.
.
Lalu tiba-tiba kawanmu merogoh saku celana, mengeluarkan selembar uang dua ribuan, dan memberikannya kepada wanita itu. Wanita itu segera berlalu.
.
"Kalo mau ngasih, kasih aja. Kalo ga, yaudah. Bilang aja ga bisa ngasih," kata kawanmu sewaktu kalian kembali melangkah di city walk Gladag.
.
"Kamu tuh, mendorong mereka terus mengemis. Kamu tahu kan Alloh ga suka sama hambanya yang mengemis?" tanyamu. "Mereka itu tuh cuman pemalas aja. Sebenernya masih mampu kerja. Cuman karena males, terus masih banyak orang kayak kamu yang bisa dimanfaatin, jadilah ngemis mereka!"
.
"Aku tahu Alloh tak suka pada hambanya yang mengemis, apalagi jika hambanya sebenarnya masih mampu. Tapi, aku juga tahu, Alloh tak suka kita menghardik pengemis," kata kawanmu. "Dan terhadap orang yang meminta-minta makan janganlah kamu menghardiknya (1)," lanjutnya.
.
Kamu diam.
.
"Kalo mau ngasih, ya kasih. Kalo ga, ya ga usah. Tapi tolak dengan cara yang baik. Dia juga manusia. Dan kita tak tahu dengan pasti bagaimana cerita hidupnya."
.
.
Solo, 17 Juni 2018
#Pengemis #30CeritaRamadan #UtangCerita30CeritaRamadan
.
(1) QS 93:10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil