Belajar Membaca

photo source: www.slideshare.net


"manusia itu terburu-buru," katanya.

"terburu-buru bagaimana? dalam hal apa?"

"segalanya."

"sembarangan!" bentakku. "itu kan sifat yang subyektif, tak semua orang terburu-buru. ada juga kok yang sabar. kamu itu kalo ngomong dipikir dulu. itu namanya mengeneralisasi, menganggap semuanya sama. padahal kan kau tahu, manusia itu unik di setiap satunya!"

dia tersenyum, menarik napas dengan penuh ketenangan.

"jadi kau tak percaya?"

aku menggeleng cepat.

"bukannya sudah kutunjukkan buktinya?"

"bukti? bukti apa? kapan?"

"itu," katanya. "sewaktu kukatakan padamu bahwa manusia itu terburu-buru. bahkan tanpa menungguku menyelesaikan kata-kataku, menyampaikan apa sebenarnya maksudku, kau sudah merutukiku. apa namanya kalau bukan terburu-buru?"

aku menelan ludah.

"bagaimana?" ada senyuman di wajahnya. "itu baru satu. satu manusia. kamu. yang bahkan tak terima ketika kubilang terburu-buru. lalu bagaimana dengan yang lain? sama saja. hanya membaca judul berita, sudah langsung ikut menyebarkan bahkan tanpa membaca isinya terlebih dahulu. mendengar orang berkata yang berbeda dengan apa yang biasanya ada, sudah langsung menuduh yang macam-macam bahkan tanpa mau memberikan waktu untuk bertanya maksud yang sebenarnya. baru melihat dari satu sudut pandang sudah langsung berani memberikan cap yang tak baik, bahkan tanpa bertanya dan melakukan klarifikasi sebelumnya."

sekali lagi, aku menelan ludah.

"sepertinya kita ini masih perlu belajar membaca. bukan tentang bagaimana merangkai huruf menjadi kata, tapi membaca makna. karena seringnya, makna itu tak langsung bisa terlihat oleh mata, perlu klarifikasi, perlu banyak bertanya, perlu kesabaran, bukan hanya keinginan untuk cepat-cepat memberikan penilaian."



‪#‎BelajarMembaca‬
Ternate, 26 November 2015 09.35 PM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil