Kiamat

Pantai Ketawang, Purworejo, Jawa Tengah (dokumen pribadi)


Pukul tujuh tepat. Aku sudah harus berangkat sekarang. Dengan cepat aku meraih kunci motor yang ada di atas meja. Sesaat, aku memandang tumpukan buku yang ada di sana. Al Quran bersampul warna hijau ada di antaranya. Ini sudah hari ketiga Ramadan, tapi belum juga kusentuh kitab itu.

"Nanti akan kumulai," gumamku. "Dua juz pertama dulu. Besok bisa kurapel lagi dua juz. Masih akan sempat kuselesaikan sebulan ini sesuai rencana," batinku kemudian.

Bergegas aku melajukan motor ke tempat kerja. Kuparkirkan motor di tempat biasa begitu aku sampai.

"Hari ini ada yang aneh, ya?" sambut kawanku yang meja kerjanya ada di hadapan meja kerjaku.

"Apa?"

"Kamu ga liat warna langit hari ini aneh sekali?"

Belum sempat kujawab, tiba-tiba terdengar letusan keras kemudian bumi berguncang.



"Gunung meletus!" teriak orang-orang dari luar.

Rasa takut seketika menguasaiku. Jantungku berdebar keras.

Suara letusan kembali terdengar. Goncangan semakin kuat. Tapi kami tak mungkin berlari keluar sekarang. Jadi dengan cepat kami bersembunyi di bawah meja kerja kami masing-masing.

"Jangan-jangan ini kiamat!" teriak kawanku dengan panik.

Jantungku berdebar semakin cepat. Tunggu. Jangan dulu. Jangan sekarang.

Aku menarik laci meja tempat kusimpan kitabku. Sudah lama aku menyimpan satu di situ. Cukup lama tanpa pernah kubaca. Dengan cepat aku membukanya. Aku masih ingin membacanya. Masih ada waktu.

Tapi kedua mataku langsung terbelalak begitu kubuka kitab itu. Halaman-halaman itu bersih. Tak ada tulisan sedikit pun. Semua catatan firman itu hilang. Tidak, tidak. Jangan sekarang. Aku belum siap. .
Pandanganku kabur oleh air mata. Seharusya tak kusia-siakan waktuku. Padahal petunjuk itu ada, tapi kuabaikan. Padahal seharusnya aku sadar bahwa dunia akan habis pada waktunya. Lalu akan datang waktu di mana gunung-gunung serupa bulu yang berterbangan.

Letusan keras kembali terdengar. Sangat dekat. Lalu dunia berubah gelap.

Aku terbangun dengan napas terengah. Mimpi. Cuma mimpi. Bergegas aku meninggalkan tempat tidur, meraih buku bersampul hijau yang ada di atas meja. Aku membukanya. Masih ada. Lalu aku banjir air mata.


Sukoharjo, 8 Mei 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil