Ada

Mojosongo, Jebres, Surakarta (dokumen pribadi)


"Nanti buka puasa pake apa?" tanyamu sambil membereskan meja kerja.

"Belum tahu, Kak," jawabnya.

"Kok belum tau? Direncanakan dong. Udah seharian puasa kok. Makan yang enak gitu.. Ini puasa pertama lagi."

"Hehe.. Iya.."

"Hari ini aku rencananya mau masak semur daging sama kentang. Terus buat takjilnya kemaren udah beli kurma yang ngg.. apa ya jenisnya. Aku lupa. Pokoknya yang sekotaknya enam puluh ribu itu loh. Yang masih ada tangkainya. Daging buahnya kering. Enak banget. Kalo minumnya sederhana aja sih nanti kayaknya. Paling cuma es koktail. Kemaren udah beli yang buah kalengan itu. Pasti seger banget."

"Iya," jawabnya sambil tersenyum.

"Kamu belum mau pulang?" tanyamu sambil menyandang tas.

"Belum, Kak. Nanggung ini kerjaannya."

"Enak ya kalo masih single, terus tinggal sendiri. Bebas gitu. Ga harus masakin buat keluarga."

"Ya dinikmati aja lah, Kak. Nanti juga ada waktunya," jawabnya dengan sopan.

"Yaudah. Aku duluan."

"Eh, Kak. Sisa bika ambon yang ada di kulkas boleh kumakan nanti?"

"Boleh lah. Makan aja." Kamu lantas berlalu.

Ada senyuman di wajahnya. Ada rasa lega di dalam dadanya. Hari ini dia sudah punya menu buka puasa: sepotong bika ambon dan segelas es teh sisa kemarin yang masih tersimpan di dalam kulkas kantor. Karena buatnya tak perlu banyak, tak perlu enak, tak juga mewah. Buatnya, yang penting ada. Itu sudah lebih dari cukup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil