Ikhlaskan Saja

http://www.imgrum.org/user/yaamahdiii/580467586/1111294963651997112_580467586


Dadaku sakit. Rasanya kedua paruku tak mau berkembang, tak mau dimasuki udara. Aku tak bisa bernapas.

Aku menggapai-gapai, berusaha berteriak pada orang-orang berseragam putih yang ada di sekitarku. Mereka harus menolongku. Aku harus bernapas. Aku belum mau mati, Tapi, tak ada suara yang keluar.

Aku menggapai-gapai lagi.. Tapi mereka tak melihatku.

"Sudah, Bu. Ikhlaskan saja."

Suara perempuan itu terdengar lembut tapi bagiku bagai sambaran petir. Bagaimana bisa dia bilang seperti itu tanpa berusaha sedikit pun untuk menolongku? Mereka ini seharusnya bekerja menolong nyawa manusia. Mengapa mereka mengatakan hal semacam itu tanpa berusaha melakukan apa-apa?

"Iya, Saya ikhlaskan saja, Suster." Istriku di sana menganggukkan kepalanya, bersiap melangkah meninggalkanku.

Tunggu! Bantu aku dulu! teriakku dalam diam. Tak ada suara yang keluar. Hanya ada sebelah tanganku yang berusaha menggapai mereka.

Lalu seorang perempuan melangkah ke arahku, berdiri di sisi tubuhku yang mulai kaku dengan senyuman menghiasi wajahnya. Dia membungkuk, mendekatkan wajahnya ke depan wajahku.

"Sudah, ikhlaskan saja, ya?" katanya.

Sudah, ikhlaskan saja... Ketiga kata itu menamparku. Bayang-bayangan itu mulai berkelebat di kedua mataku. 

"Sudah, ikhlaskan saja," kataku dengan malas setiap kali ada yang datang melapor padaku bahwa ada pencurian di rumahnya. "Ikhlaskan saja, mungkin kalian memang kurang sedekah," kataku lagi. Padahal aku dibayar untuk menjaga keamanan. Seharusnya aku berusaha membantu mereka. Tapi aku terlalu malas dan tak peduli. Aku tak mau melakukan apa pun yang tak menguntungkan bagiku.

"Sudah, ikhlaskan saja," kataku lagi sewaktu istriku bilang ada yang mengambil uangnya. Tak ada untungnya bagiku. 

"Sudah ikhlaskan saja." Entah sudah berapa ratus kali aku mengucapkan kata-kata itu untuk menutupi kemalasanku bekerja dan ketidakpedulianku.

Aku lupa bahwa suatu hari nanti aku akan membutuhkan bantuan orang lain. Aku lupa bahwa kewajiban itu harus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab, Aku lupa bahwa apa yang kutanam akan kutuai.

Napasku kemudian putus. Hidupku berhenti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil