Belum Urgen!

davepettengill.net



"Waah.. potongan harganya sampai lima puluh persen loh, Pak!" seruku seraya membolak-balik tumpukan flashdisc yang ada di atas rak.

"Berapa kapasitasnya?" tanyanya bahkan tanpa mendekat, hanya menatap.

"Enam belas giga. Lumayan loh dengan harga segini," kataku lagi. Sebelah tanganku masih saja membolak-balik tumpukan flashdisc seolah akan bisa menemukan sesuatu yang lebih menarik dari semua barang yang sebenarnya sama itu. "Apalagi merk nya bagus nih pak!"

Tak ada sahutan. Sewaktu aku menoleh padanya, dia hanya mengangguk-anggukkan kepala.

"Lumayan sih," katanya akhirnya. "Tapi belum urgen!"

Aku menarik tanganku dan mengulum senyuman lalu cepat-cepat mengajaknya melangkah meninggalkan tempat itu. Belum urgen. Jawaban yang memang sedang sangat saya butuhkan saat itu. Karena jika tidak dijawab seperti itu, sudah pasti saya akan menarik uang dari dalam dompet dan membelinya, membeli barang yang tidak benar-benar saya butuhkan.

Belum urgen. Dua kata yang pastinya sering saya abaikan. Tidak, saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa, pun setan. Saya tidak ingin di setiap kali saya tak bisa mengalahkan hawa nafsu saya, mengambil atau menutut Alloh memberikan segala hal dikarenakan keinginan dan bukannya kebutuhan, saya menyalahkan setan, membuat mereka bertanggung jawab. Ini saya. Ini buah dari sisi api yang ada di diri saya sendiri, bukan siapa-siapa.

Belum urgen. Dua kata yang dikirimkan Alloh lewat laki-laki yang memang selalu bisa menjadi rem bagi saya ketika saya mulai dibakar oleh sisi api saya. Dua kata yang mulai saat itu seharusnya saya tancapkan erat-erat di dalam kepala saya. Belum urgen!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil