Minta Pada Siapa?




Wanita itu menjatuhkan tubuhnya dengan keras ke atas kursi sampai-sampai semua orang langsung menoleh padanya. Saya tahu, pastinya ada kesal yang sedang disangganya sekarang, karena sebelumnya, saya belum pernah menemukannya menghela napas sekeras ini.

"Kenapa?" tanya wanita lain yang meja kerjanya berhadapan dengannya.

"Masalah utang," jawab wanita itu. "Ada yang katanya mau bayar hutang hari ini, eh malah minta waktu lagi. Padahal aku butuh banget uang itu. Aku tuh jagain banget duit yang dia hutang. Kalau dia tidak membayar hutang hari ini, terus bagaimana?"

"Memangnya kenapa kalau dia tidak membayar hutang hari ini?"

"Ya sebenarnya tak apa-apa juga sih. Cuma, aku sudah terlanjur menggunakan uang simpananku yang lain untuk membeli kambing qurban. Kalo besok aku butuh uang dadakan bagaimana?" Wanita itu menghela napas. "Karena dia sudah janji untuk membayar hutang hari ini, makanya kemarin itu aku tenang-tenang saja menarik simpananku, memakainya untuk membeli kambing. Eh, sekarang kambing udah kebeli, simpanan udah menipis, dia tak jadi membayar hutangnya. Kalau besok aku butuh uang bagaimana?

"Gampang, lah!"

Saya langsung mengangkat wajah dari buku yang saya tekuni sewaktu mendengar dua kata itu.

"Gampang?" Wanita itu mengerutkan dahi, antara terkejut dan tak terima dengan kata-kata temannya itu. Sama terkejutnya dengan saya.

"Iya, gampang. Kan kamu tinggal minta saja."

"Minta? Minta kepada siapa?"

Wanita berkerudung biru itu tersenyum, tidak langsung menanggapi pertanyaan temannya.

Saya mulai benar-benar mengikuti obrolan itu, mulai tertarik dengan respon-respon lumayan datar dari wanita berkerudung biru itu ketika dia menanggapi curhatan temannya. Saya mulai penasaran dengan jawaban apa yang akan diberikannya.

"Hei, mengapa tersenyum?" tanyanya lagi, tak sabar dengan respon temannya.

"Alloh."

"Ha?"

"Iya, minta sama Alloh. Kamu itu khawatir sekali tak akan punya uang, tak akan bisa makan, seperti tak punya Alloh saja."

Saya menundukkan wajah, berusaha menyembunyikan kuluman senyuman dari dunia. Malu. Saya pun sama, sering begitu khawatirnya pada hal-hal seperti itu, begitu sayang mengeluarkan sepeser uang untuk dimasukkan ke kotak amal di masjid, atau ikut andil dalam pemberian sumbangan. Sayang untuk memberi sedekah. Begitu khawatir besok tak akan bisa membayar jika sewaktu-waktu ada kebutuhan mendadak. Sebegitu khawatirnya hingga seolah lupa bahwa Alloh itu selalu ada. Padahal saya punya Alloh. Padahal Alloh selalu ada, selalu siap mendengar doa saya. Padahal Alloh telah meminta kepada saya untuk percaya pada-Nya, bahwa Dia mencintai setiap siapa yang percaya pada-Nya. Padahal Alloh sudah menjanjikan bahwa Dia akan selalu menunjukkan jalan keluar dari kesusahan, akan memberikan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Dan asal saya bertawakal, Alloh akan selalu mencukupkan keperluan saya. Bodohnya!



syafiqahnajib.tumblr.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil