Langit Hari Ini



"Langit hari ini." Dia bergumam. Gumaman yang bagiku lebih terdengar sebagai keluhan.

"Langit hari ini?" tanya kawannya.

"Iya. Itu." Dia menunjuk ke arah bentangan langit di hadapan mereka. "Awan di mana-mana."

"Apa yang salah dengan awan-awan itu?"

"Aku tak suka. Mereka pasti akan membawa hujan. Yah, kau tahu lah seperti apa repotnya jika hujan turun."

"Kau juga tahu lah seperti apa repotnya jika hujan tak pernah turun?" Ada senyuman jahil di wajah kawannya sekarang.

Dia melirik kawannya dengan lirikan tak suka.

"Syukuri saja. Hujan itu rahmat. Jika kau tak suka, tetap nikmati saja. Dijalani. Sama dengan semua hal di dunia ini. Segala hal yang tak bisa kita ubah, suka atau tak suka, ya dijalani saja. Dinikmati. Karena bisa jadi kau tak menyukai sesuatu padahal itu baik untukmu."

"Ah, kenapa jadi berat begini obrolan kita? Sudah. Aku lapar, mari makan." Dia menegakkan tubuh, siap meninggalkan balkon belakang kantor yang ada di depan kamar mandi itu.

Tapi langkahnya tiba-tiba dia urungkan. Kepalanya terangguk pelan beberapa kali, seolah sedang meyakinkan diri.

"Terima kasih untuk nasihatmu," katanya begitu berbalik. "Aku memang sedang butuh mendengarkan itu. Kau tahu kan hidupku...."

Kawannya tersenyum dan mengangguk, lalu dengan cepat meraih sebelah tangannya, mengajaknya kembali melangkah.

Ternate, 25 Januari 2018
@30haribercerita #30hbc1825

------------------------

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil