Senyum

Tapak, Ternate, Maluku Utara
(dokumen Pribadi)


"Paaak!" sapamu sambil tersenyum.

Aku menoleh ke arah yang kamu lihat. Seorang laki-laki tersenyum lebar dan menganggukkan kepala ke arah kita, ke arahmu lebih tepatnya. Tapi dia lantas berlalu.

"Siapa itu, Mas?" tanyaku.

Kamu mengangkat bahu.

"Lah, mas ga kenal sama bapak yang barusan?" tanyaku bingung.

"Enggak."

"Lah terus kenapa pede banget senyum sama nyapain?"

"Emang kenapa kalo aku nyapain?" tanyamu balik.

"Ya aneh aja. Orang ga kenal kok nyapain."

"Tapi ga dilarang, kan?"

"Nggak sih.. Cuman kan aneh aja.."

"Lagi ngejar pahala nih, Dek. Mumpung.."

"Ngejar pahala gimana?"

"Senyum itu kan sunnah. Lagian, aku kasihan aja tadi lihat bapaknya. Lesu gitu. Habis disapain jadi seger kan?"

Iya juga sih. Cuman kan...

"Udah, ah. Nyebrang, yuk!" ajakmu padaku begitu penjual itu menyerahkan kantong plastik berisi es kelapa muda dan pisang goreng bekal berbuka puasa kita hari ini.

Aku menurut. Ya walaupun... Ah, sudahlah.


Surakarta, 4 Juni 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil