Sumbangan

Dokumen Pribadi


"Pokoknya mau ta ajakin ke mall, ta ajak belanja baju, sepatu, tas, apa aja yang mereka mau buat lebaran, mereka pilih sendiri, nanti aku sama temen-temen yang bayarin."

"Siapa yang mau kamu ajakin ke mall?" tanya Bapak yang baru saja pulang dari masjid.

"Anak-anak dari kampung sebelah, Pak. Kasihan, orang tua mereka kan kurang mampu. Jadi aku sama temen-temen kantor udah ngumpulin dana buat bantu mereka. Banyak kok dananya. Cukup buat bikin mereka puas belanja di mall."

"Kenapa harus di mall?" Bapak duduk di kursi meja makan sebelah ibu yang semenjak tadi hanya diam mendengarmu bercerita.

"Ya kan orang tua mereka ga mampu, Pak. Ga mampu buat biayain mereka ke mall. Ada loh yang udah mau lulus SD sama sekali belum pernah ke mall. Sekali-kali lah, Pak. Nyeneng-nyenengin anak orang kan ga ada salahnya. Sedekah."

"Coba dipikirkan lagi saja dulu, Dek," kata Bapak.

"Memangnya kenapa sih, Pak? Aku kan bantuin mereka."

"Ya, mungkin sekarang kita kasih bantuan ke mereka. Apa bentuknya? Baju, sepatu, tas mahal yang ada di mall? Hanya itu? Hanya dipakai beberapa waktu, lalu usang. Kenapa tak di belikan saja yang fungsinya sama, tapi harganya lebih terjangkau jadi sisa uangmu bisa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat buat mereka? Pendidikan misalnya? Atau biayai mereka untuk mendapatkan keterampilan? Buku?"

"Tapi kan mereka pasti juga seneng pak diajakin ke mall."

"Sekarang mereka seneng dan bisa karena kalian bantu. Tapi setelah itu gimana? Kalo mereka pengen lagi terus nuntut ke orang tuanya gimana? Memberatkan orang tuanya ga nantinya? Dan jika kamu setahun sekali memberikan bantuan barang semacam itu, menurutmu mereka akan ketergantungan ga nanti? Akan berharap tahun depan akan dikasih bantuan lagi ga nanti?"

Kamu terdiam memandangi bapak.

Bapak berdiri. "Dek, membantu itu ada caranya. Ada hal yang harus dipertimbangkan. Kalian kan sudah dewasa semua. Coba perhatikan semua aspek dan kemungkinan dulu sebelum memberikan bantuan. Jangan sampai niatnya membantu, tapi sebenarnya kita menjerumuskan," kata bapak sambil menepuk punggungmu sebelum akhirnya berlalu.


Sukoharjo, 30 Mei 2019
#sumbangan #30CeritaRamadan2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil