Mengapa?


Mengapa kau tanya mengapa saat aku mengguncangkan tanahku?
Bukannya aku tak pernah bertanya mengapa saat kau rusak gunung-gunungku?

Mengapa kau tanya mengapa saat aku luapkan air sungai ke rumah-rumahmu?
Bukannya aku tak pernah bertanya mengapa saat kau lemparkan sampah-sampah itu ke dalam sungai dan lautku?

Mengapa kau masih saja bertanya mengapa saat kukirimkan kabut asap padamu?
Bukannya aku tak pernah bertanya mengapa saat kau bakar hutan-hutanku?

Ah, mengapa pula kau tanya mengapa saat aku xypeq#wtsreu$dnc% padamu?
Bukannya aku tak pernah bertanya mengapa saat kau me-lkdjrhncmfpr%#28 ku?

Ternate, 14 Oktober 2014 at 04:44 PM
#Mengapa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil