Nomor Satu


ugallery.com


"Berangkat nanti aja, Pak!" Ibu muda itu memberikan tekanan pada akhir kalimatnya, memberikan semacam perintah pada laki-laki yang duduk di hadapannya.

"Nanti kemaleman, Bu. Berangkat sekarang aja." Si Bapak menjawab dengan kalem. Nadanya jauh lebih tenang daripada istrinya.

"Bapak ini, kan sebentar lagi udah masuk jam ashar. Nanti aja dulu berangkatnya!"

"Bu, ashar masih satu jam lagi. Lumayan lah di jalan satu jam."

Air muka perempuan itu langsung berubah. Dia nampak sekali tidak suka dengan apa yang baru saja dikatakan suaminya. Dia nampak sekali tidak suka dibantah.

"Utamakan sholat, Pak! Sholat itu nomor satu!" katanya keras. Bagiku, dia seperti sengaja mengeraskan suaranya agar tak hanya mereka berdua yang mendengar. Nada suaranya naik.

"Sholat itu nomor dua." Laki-laki itu masih saja menjawab dengan kalem. Dia sama sekali tidak terpancing emosi.

"Bapak! Bapak jangan sembarangan! Bapak tahu kan, kalo kita nanti mati, sholat itu yang pertama kali dihisab, pertama kali dihitung! Bisa-bisanya bapak ini menomor dua kan sholat! Sholat itu nomor satu, Pak!" bentaknya.

Laki-laki itu tersenyum. "Sholat itu nomor dua, Bu," katanya, tetap dengan nada kalemnya.

Perempuan itu sepertinya benar-benar mulai tidak sabar dengan suaminya. "Pak! Bapak ini kok kayak nggak pernah belajar agama, sih? Sholat itu nomor satu!" katanya, masih saja ngotot.

"Ayolah, Bu. Kita berangkat sekarang saja. Kalo kita tunda lagi, nanti kita bisa kemalaman. Kasihan sopirnya." Laki-laki itu masih saja mempertahankan senyumnya. Dia membersihkan bibirnya dengan tisue, menghabiskan es tehnya yang tinggal seperempat gelas, lalu berdiri.

"Pak!" Perempuan itu bertahan.

"Bu, sholat itu nomor dua. Nomor satu itu syahadat." Laki-laki itu tersenyum lagi. "Sebaiknya kita berangkat sekarang. Nanti kita berhenti di masjid di perjalanan."

Kepalaku langsung tertunduk, menahan tawaku agar tak pecah. Aku buru-buru menyeruput teh hangatku dan menghindari tatapan mata perempuan yang akhirnya berdiri dan melangkah mengikuti suaminya dengan wajah meredam malu dan kesal.


#NomorSatu



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil